Kemarin, setelah seharian rasanya muak akan kerjaan yang mengharuskan diri untuk berfikir, akhirnya ada waktu untuk istirahat dan sesekali cek-cek keseruan yang ada di twitter. Niatnya sih Cuma ingin mencari hal-hal yang lucu-lucu, tapi malah jadi ada yang buat kepikiran. Salahsatu teman saya bertanya dalam tweetnya, apa sih resep bahagia itu?

Ngomongin resep rasa bahagia dan hal-hal yang bisa membuat kita gembira, kita tampaknya adalah makhluk-makhluk yang hatinya gampang kebas, ya? Bercermin pada diri sendiri dan juga membaca dari beberapa balasan pada tweet itu yang mengatakan bahwa “uang banyak” adalah jawaban utamanya.

Iya, saya setuju, tapi bukankah masih banyak hal-hal atau pencapaian kecil yang bisa menaikkan hormon bahagia? Memang, kejadian yang terulang tidak akan seberkesan saat pertama kalinya. Kegembiraan perlahan kehilangan rasanya; dari euforia menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja.

Fenomena ini tentu wajar adanya, bahkan pada ilmu ekonomi ada teori diminishing marginal utility atau Utilitas marjinal yang menurun. Hal itu dikarenakan ketika individu mengkonsumsi lebih banyak unit barang atau jasa, unit tambahan yang ia konsumsi malah memberikan total kepuasan yang semakin menurun.

Sebenarnya utilitas marjinal yang menurun juga ada dampak positifnya, ia justru bermanfaat mendorong agar manusia terus bereksplorasi dalam kehidupannya; memperluas pengalaman dan wawasan, dan bisa menghasilkan hal-hal baru yang lebih menyenangkan.

Mengabaikan pencapaian-pencapain kecil

Namun, sayangnya keadaan ini malah membuat kita cenderung mengabaikan capaian-capaian kecil atau yang dianggap sederhana menjadi hal yang biasa-biasa saja. Tanpa disadari, kita terus menaikkan standar sampai ke batas yang tidak jelas, seolah-olah hanya pencapaian besar saja yang pantas dirayakan dengan merasa gembira, bersyukur, dan berterima kasih.

Seorang kawan sempat bilang, ia kagum dengan kegemaranku dalam dunia tulis menulis. Ia memuji dengan menyebutkan beberapa kalimat pembahasan pada tulisanku. Di akhir kalimat, ia mengatakan bahwa sejujurnya ia mempunyai ekspetasi lebih untuk saya speak up, bukan hanya melalui tulisan seperti apa yang selama ini saya jalankan. Lucu, kan?

Sembari mengernyitkan dahi, kujawab ekspetasinya dengan beberapa pertanyaan; bahwa apakah harus ikut demo besar-besaran dulu, baru dikatakan speak up? Apakah harus, membuat thread di twitter dan dapat ribuan like baru dikatan speak up? Apakah speak up itu indikatornya hanya sebatas viral dan tenar? Sebagai closing statement, saya pun mengatakan bahwa tulisan-lah media yang saya pilih untuk saya menyuarakan pendapat yang saya punya.

Peristiwa itu seakan sama gambarannya saat kita mencari apa resep bahagia itu sendiri. Ketika tekanan dari perbandingan meningkat berkali-kali lipat; saat upaya membandingkan apa yang dimiliki orang lain dianggap hal yang biasa, atau sesederhana melalui ujung jari saja, kita menjadi manusia yang kian susah bisa merasa puas diri akan capaian-capaian kecil dan sederhana.

Capaian yang dinilai pantas untuk dirayakan dan membahagiakan adalah hal-hal yang harus besar, signifikan, dapat dilihat dan disukai banyak orang. Misalnya; harus menjadi sosok besar di media sosial yang ditandai dengan jumlah followers berjuta-juta; memiliki rumah yang besar; atau menikah dengan pesta yang besar nan mewah.

Resep bahagia

Padahal tidak harus begitu, rasanya seakan-akan kita jadi manusia yang sombong karena acuh akan pencapaian-pencapaian kecil yang telah kita lalui. Karena bisa jadi, memperhatikan dengan sepenuh hati dan merayakan pencapaian-pencapaian kecil dalam kehidupan sehari-hari bias membantu kita merawat kewarasan. Memperluas dan memperlebar kapasitas hati untuk menjalani kehidupan. Sampai akhirnya, tersadar bahwa sebenarnya yang memilih keebahagiaan itu bergantung pada diri kita sendiri.

Lalu, seperti apa pencapaian-pencapaian kecil yang patut untuk dirayakan? Sempat melakukan panggilan kepada Ibu meski tak sampai 15 menit, bisa berolahraga di pagi hari, atau Kamu bisa bahagia sesederhana mencium aroma parfum favoritmu. Dan masih banyak lagi contoh pencapaian-pencapaian kecil nan sederhana, yang sejatinya tetap bisa memberikan arti dan suatu kebahagiaan.

Semoga dengan tulisan ini, Saya pun pembaca jadi makin lebih ramah lagi akan resep Bahagia yang kita miliki, tak harus besar dan validasi banyak orang, Bahagia itu sepenuhnya adalah pilihan kamu.

Pict from humairoh.com