Sejak film Bad Genius bisa dinikmati secara gratis, teman-teman dekat saya beramai-ramai mengunduh atau langsung menyaksikan film tersebut. Film ini bercerita tentang aksi contek menyontek siswa SMA di sekolahnya sampai berhasil membocorkan kunci jawaban ujian masuk perguruan tinggi di luar negeri.

Meski film Bad Genius diproduksi di Thailand, film ini tetap relevan untuk dijadikan bahan renungan tentang pendidikan di negeri kita: Aksi menyontek yang merupakan hal yang tidak dibenarkan di sekolah, tetapi masih sering kita jumpai di sekitar kita.

Prolog

Bermula dari seorang anak perempuan bernama Lynn yang cerdas dengan terpaksa menuruti permintaan ayahnya untuk pindah ke sekolah bergengsi agar lebih mudah mendapatkan beasiswa studi ke luar negeri. Di sekolah yang baru, ia berteman dengan Grace, siswa yang bisa dibilang kurang pintar. Suatu hari, Lynn mendapati soal-soal privat milik Grace yang tidak diajarkan di kelas bisa sama persis dengan soal-soal ujian sekolahnya. Lynn berpikir bahwa gurunya telah melakukan bisnis dengan cara membuka les privat tersebut.

Di waktu yang lain, ia bertemu dengan Pat, teman sekelasnya yang kurang pintar tetapi kaya raya. Pat mengatakan bahwa sekolah mereka menjadi tempat bisnis, dibuktikan dengan uang pelicin yang harus dibayar untuk perawatan sekolah. Ia juga menemukan bukti pembayaran miliknya di rak ayahnya. Dari dua kejadian tersebut, Lynn memilih sekolah menjadi tempat bisnis dengan cara memberi jawaban ketika ujian sekolah tiba. Dari satu-dua teman yang tertarik, menjadi banyak.

‘Bad Genius’

Berawal dari hanya memakai penghapus untuk memberi jawaban, ia kemudian membuka privat kelas piano ketika semakin banyak teman yang mengikuti ‘komplotan’ ini. Les piano ini ia jadikan kedok untuk perantara mengajarkan jawaban melalui gerakan jari tangan yang seolah sedang memainkan melodi piano.

Singkat cerita, tak semulus dugaan Lynn, akhirnya ia ketahuan melakukan ‘praktik kotor’ ini. Beasiswa sekolahnya dicabut dan ia tak bisa mendapatkan beasiswa luar negeri. Tetapi, ‘tekad’ para pemuda ini tak berakhir disitu. Lynn, Grace, Pat dan seorang teman bernama Bank menjalankan sebuah misi untuk membobol jawaban soal ujian masuk perguruan tinggi luar negeri. Meskipun misinya berhasil, Bank tertangkap di tempat saat ketahuan membocorkan soal ujian. Keduanya, Lynn dan Bank akhirnya harus dikeluarkan dari sekolah.

Ketika menonton adegan seorang siswa memberikan jawaban kepada teman-temannya, kita seolah sedang menonton film thriller pembunuhan yang sangat mencekam dan membuat tegang sebab emosi penonton ditarik untuk merasakan adegan demi adegan yang sedang berlangsung di film. Tak hanya soal aksi menyontek, film ini juga menyuguhkan tentang persahabatan, percintaan, juga tentang hubungan orang tua tunggal dan anaknya.

Pendidikan dan Masalah Sosial

Penonton akan merenung setelah menonton film ini. Bukan tentang aksi menyonteknya, namun bagaimana orang tua dan sekolah tidak harus menuntut anak didiknya untuk mengejar nilai A,B,C,D dan seterusnya semata.

Lebih dari itu, penanaman mental tangguh dan karakter siswa yang berintegritas menjadi keharusan. Sebab seperti di film Bad Genius, siswa akan melakukan segala macam cara termasuk membayar seseorang demi mendapatkan nilai bagus atau untuk membanggakan orang tuanya. Sekolah yang hanya mengajarkan anak didiknya menghafal membuat siswanya gagap ketika menghadapi soal-soal baru lainnya.

Konflik kelas sosial juga disajikan dalam film ini. Anak-anak yang bisa dibilang tumbuh di keluarga yang mampu akan dengan mudah membayar dengan harga tinggi jawaban dari seorang anak yang miskin tetapi pintar.

Epilog

Akhirnya, Lynn, tokoh utama mengakui kesalahan yang telah ia lakukan dan bercita-cita menjadi seorang guru untuk berbagi ilmu pengetahuannya. Ia juga berusaha agar kelak anak didiknya tidak melakukan hal tidak baik seperti apa yang pernah ia lakukan.

Penulis: Ana Khasanah

Penyunting: Aunillah Ahmad