Lebaran merupakan hari kemenangan, puncak dari rangkaian ibadah selama bulan Ramadan. Lebaran tentu menjadi momen yang paling ditunggu oleh umat Islam karena biasanya di momen ini seluruh keluarga berkumpul bersama. Namun, Lebaran tahun ini menjadi Lebaran yang sangat berbeda untuk umat Islam di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tradisi semacam salam tempel pun ikut terpengaruh berubah menjadi salam tempel online.

Lebaran di tengah pandemi Covid-19 membuat banyak tradisi dan ibadah yang biasanya selalu ada di bulan Ramadan dan Syawal harus ditiadakan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan adanya penyebaran Covid-19.

Sebagaimana yang diketahui, Indonesia merupakan negara dengan banyak tradisi yang berbeda-beda di semua daerahnya. Namun, ada hal menarik yang hampir ada di semua daerah ketika hari Lebaran tiba. Tradisi tersebut adalah salam tempel.

Salam Tempel

Menurut KBBI, salam tempel adalah salam yang disertai uang atau amplop berisi uang yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami. Biasanya yang menerima salam tempel adalah anak-anak atau orang yang masih sekolah atau belum bekerja. Untuk orang yang sudah bekerja biasanya mereka mendapat THR dari pihak yang mempekerjakannya. Lalu bagaimanakah tradisi salam tempel berlangsung di lebaran tahun ini?

Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, biasanya muncul dari negara, kebudayaan atau agama yang sama.  Selain di Indonesia, ternyata salam tempel juga dilakukan oleh masyarakat di negara lain. Contohnya di Tiongkok, salam tempel disebut dengan angpau.

Angpau adalah amplop merah yang berisi uang dan biasanya diberikan kepada orang lain di perayaan hari-hari besar. Kemudian di Mesir, salam tempel disebut dengan eidya. Eidya merupakan bingkisan yang berisi permen coklat. Biasanya diberikan kepada anak-anak ketika ada perayaan Lebaran.

Pada praktiknya tradisi salam tempel tidak hanya dilakukan ketika ada perayaan hari-hari besar saja. Ketika ada seseorang berkunjung terkadang juga pemilik rumah memberikan salam tempel kepada anak dari tamu tersebut. Namun karena tradisi salam tempel di Lebaran berlangsung hampir di waktu yang sama, hal ini menjadi tradisi yang identik dengan hari Lebaran. Apalagi di momen Lebaran, orang yang sudah bekerja mendapat THR dari perusahaan sehingga ada budget lebih untuk berbagi dengan orang lain.

Tradisi salam tempel menjadi ajang untuk berbagi dengan keluarga ataupun orang lain di momen bahagia seperti Lebaran. Apalagi Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam pun menjelaskan bahwa harta seseorang tidak akan berkurang ketika mereka berbagi. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim)

Berkah Lebaran yang Ditunggu

Ada dua penafsiran dari hadist di atas, yaitu (1) Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. (2) Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.

Kemudian ada juga riwayat dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku,

لاَ تُوكِي فَيُوكى عَلَيْكِ

Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki untukmu.”

Tradisi salam tempel sangat ditunggu-tunggu oleh anak-anak ketika hari Lebaran tiba. Tapi adanya pandemi covid-19 membuat  semua orang membatasi kontak fisik dengan orang lain. Bahkan larangan mudik menjadi kabar buruk bagi anak-anak karena itu berarti salam tempel yang akan mereka dapatkan pasti berkurang dari tahun sebelumnya.

Keadaan yang mengharuskan semua orang untuk di rumah saja membuat tradisi ini hanya berlangsung di ruang lingkup keluarga terdekat. Tradisi salam tempel pada praktiknya di lebaran ini masih ada. Orang-orang masih memberikan salam tempel kepada anak-anak walaupun ada imbauan untuk membatasi kontak fisik dengan orang lain.

Tradisi memang sulit dilepaskan dari kebiasaan sosial masyarakat. Apalagi tradisi salam tempel sudah berlansung sangat lama di Indonesia, bahkan di negara lain juga.

Salam Tempel Online

Larangan untuk mudik membuat tradisi salam tempel bergeser pada praktik pelaksanaannya. Untungnya, hal ini didukung kecanggihan teknologi yang membuat semua aktivitas dan tradisi yang biasanya ada menjadi lebih mudah udah dilakukan. Tradisi salam tempel yang biasanya hanya diberikan di dalam amplop, sekarang banyak yang memberikan melalui transfer antar bank atau melalui e-wallet. Salam tempel pun menjadi salam tempel online.

Salam tempel online melalui transfer antar bank atau melalui e-wallet menjadi sesuatu yang baru terjadi sepanjang sejarah. Walaupun tidak semua orang melakukan cara ini untuk mengganti tradisi salam tempel, tapi cara ini cukup efektif untuk mengurangi kontak fisik guna menghindari penyebaran Covid-19. Di media sosial juga banyak masyarakat Indonesia yang membagikan cerita ketika mereka mendapat salam tempel online melalui e-wallet atau ditransfer melalui bank.

Hal ini menjadi kebahagian bagi orang-orang karena masih bisa merasakan tradisi yang biasanya terjadi di hari Lebaran walaupun di tengah pandemi Covid-19. Sangat menyenangkan bukan? Walaupun harus berlebaran di tengah kondisi yang sedang tidak baik-baik saja tapi bisa tetap merasakan kebahagiaan seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya.

Salam tempel memang bukan kewajiban yang harus dilakukan saat Lebaran, namun tradisi ini sudah melekat di masyarakat. Sehingga, apabila tradisi ini tidak dijalankan dirasa ada yang kurang dalam menjalani perayaan Lebaran.

Apalagi biasanya keluarga yang jarang bertemu bisa berkumpul di momen Lebaran jadi tidak ada salahnya untuk berbagi kebahagiaan dengan melaksanakan tradisi salam tempel. Ketika pandemi covid-19 pun, ternyata Allah masih mudahkan kita untuk tetap berbagi dengan orang lain.

***

Semoga pandemi ini segera berakhir, supaya segala aktivitas keagaamaan dan tradisi yang biasa dijalankan tetap bisa kita lakukan seperti biasanya. Aamiin.

Editor: Nabhan