Ngebahas seputar kesehatan mental, kayaknya ga jauh-jauh banget dari mahasiswa, apalagi buat mahasiswa baru yang harus beradaptasi dengan lingkungan barunya di dunia perkuliahan.
Bisa jadi mahasiswa ini mengalami yang namanya culture shock, karena mengalami perbedaan antara kehidupan di kampus dan di sekolah. Di dunia perkampusan, mahasiswa dihadapkan pada berbagai macam tuntutan seperti dalam hal pergaulan serta metode pembelajaran yang berbeda dibandingkan dengan di sekolah.

Oleh karena itu, secara tidak langsung mahasiswa harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Nah dengan beradaptasi di lingkungan baru ini, tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Seperti pada mahasiswa yang tingkat pendidikannya paling tinggi, jika ia tidak dapat bersosialisasi dengan baik atau tidak dapat mengatasi tekanan yang ada, maka akan menyebabkan timbulnya masalah kesehatan mental.  

Kesehatan Mental? 

Tau ga sih masalah kesehatan mental yang banyak dialami remaja atau mahasiswa adalah masalah pertemanan. Menurut (Rohman & Mugiarso, 2016), masalah pertemanan adalah ketidakmampuan individu untuk menjalin relasi pertemanan yang baik dengan temannya.
Menurut Penelitian Hightower mereka menemukan bahwa hubungan yang harmonis dengan teman sebaya selama masa remaja akan memiliki dampak yang positif pada kesehatan mental di masa dewasanya. 

Kesehatan mental adalah keadaan dimana setiap jiwa manusia dapat memanfaatkan potensi dirinya secara maksimal. Artinya, mereka dapat menangani tekanan kehidupan yang normal, menjadi produktif dan ikut berkontribusi pada komunitas mereka, terutama untuk beradaptasi dengan masalah yang mungkin timbul selama proses perjalanannya.

Lalu hubungan antara Kesehatan mental dengan mahasiswa apa? Sobat milenial pasti pernah kan merasa dibanding-bandingkan, merasa takut salah dalam mengambil keputusan, takut harapan yang diinginkan orangtua tidak tercapai, merasa insecure, tidak menemukan tempat cerita yang pas, circle pertemanan yang toxic, mendapat omongan atau masukan yang malah membuat semakin down, dan lain sebagainnya.
Sama halnya dengan mahasiswa yang mengalami masalah karena banyaknya tuntutan di rumah, kampus, dan di lingkungan luar, jadi tidak salah jika banyak mahasiswa yang merasa capek banget sampai bisa stress.
Pada mahasiswa sendiri permasalahan kesehatan mental yang sering dialami dan menyebabkan depresi adalah stress dalam perkuliahan, karena banyak mahasiswa yang tidak dapat menyesuaikan pola belajarnya dengan tuntutan kondisi perkuliahan, dan dikejutkan dengan banyaknya tugas dengan rentang waktu pengerjaan yang sangat singkat, serta tidak dapat mengatur waktu antara belajar, berorganisasi dan jadwal kuliah.
Bahkan sampai ada yang bunuh diri dikarenakan merasa sudah tidak dapat bertahan dengan tuntutan dan tekanan yang ada. Sebagai contoh tuntutan dalam perkuliahan, antara lain jika mahasiswa tidak bisa bersosialisasi dengan baik di perkuliahannya maka untuk kedepannya dia akan susah jika membutuhkan bantuan orang lain dan akan menyebabkan mahasiswa menjadi pemalu, tidak percaya diri dan canggung. 

Support System di Masa Kuliah

Support system sendiri dapat diartikan dorongan atau dukungan internal maupun eksternal yang memberikan dampak positif pada individu yang sedang mengalami tekanan atau masalah.
Seperti yang kita tahu bahwa faktor internal maupun eksternal sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan mental terutama pada mahasiswa, ketika lingkungan eksternal maupun internalnya memberikan tekanan, konflik, ketakutan, dan frustasi maka akan menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan yang berlebihan, stres, depresi, dll. 

Enak ya punya support system? punya seseorang yang selalu memberikan dukungan, motivasi, serta mendengarkan keluh kesah kita kemudian diberikan feedback yang enak adalah impian semua orang termasuk saya sebagai mahasiswa. Support system sendiri biasanya ada dalam lingkungan terdekat seperti, keluarga, teman, maupun pacar.
Terkadang memang tempat keluh kesah ternyaman menurut saya sebagai mahasiswa, ada di saat kita ibadah dan di pasangan. Mungkin di teman juga bisa, tapi balik lagi ga semua bisa saling paham dan kasih feedback enak, ada yang disaat kita curhat eh dianya malah adu nasib.
Nah kemudian jika dalam lingkungan terdekat sendiri memberikan dampak yang sebaliknya atau tidak seperti yang kita harapkan, apa yang terjadi? Pasti makin tambah stress, makin nambah beban, nangis, tidak fokus kuliah, semua campur aduk. Hal ini sudah sering kita temui di sekitar kita bahkan bisa jadi kita sendiri yang merasakan.
Dalam hal ini support system atau dorongan dari internal ataupun eksternal sangat penting dan berpengaruh terhadap proses perkembangannya. Karena itulah semakin banyak motivasi dan dukungan terutama dalam lingkungan terdekat, maka individu tidak akan merasa sendiri dan akan tetap berpikiran positif, sehingga ia tidak terlalu mencemaskan masalahnya terlalu dalam yang mengakibatkan stress yang berlebih.

Hubungan Agama dengan Kesehatan Mental

Pasti sering banget kita menemui anak muda yang dimana saat dia stress, karena banyak pikiran dan semua campur aduk, dia memilih pergi ke bar, perjudian, minum alkohol, dan narkoba hanya untuk melepaskan kepenatannya. Nah membahas hal ini, ada kaitannya dengan agama, karena dengan kita memiliki kepercayaan, kita diajarkan bagaimana mengatasi permasalahan di hidup.
Seperti mengajarkan makna hidup dan kemana tujuan setelah hidup berakhir. Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa hidup yang kita jalankan saat ini tidak luput dari cobaan (penyakit, musibah atau kegagalan) dan kita harus yakin bahwa semua hal akan ada jalannya dan akan baik-baik saja. 

Selain itu dalam segi hadits yang merupakan sumber ajaran dalam agama Islam terdapat kaitannya dengan kesehatan mental. Salah satu hadits yang yang berkaitan yaitu dari HR.Tirmidzi: Rasulullah saw bersabda Artinya: “Dan Ubaid Ibn Muhanshan al-Khitmi bahwa Rasulullah saw bersabda: Barang Siapa di antara kalian yang telah merasa aman dengan lingkungan atau kelompok sosial, tubuhnya sehat dan mampu mencukupi kebutuhan makannya setiap hari, maka baginya sepadan dengan memiliki dunia dan segala isinya.”
Kesimpulannya bahwa kebahagian dan ketenteraman bisa dicapai jika manusia dapat merasakan bahwa ia diterima di lingkungannya, mempunyai tubuh yang sehat, terhindar dari penyakit dan bisa memenuhi segala kebutuhan primer. 

Jadi Kesehatan mental itu lebih prioritas ya sobat milenial. Dan untuk masalah circle pertemanan secapek apapun kalian jangan dilampiaskan ke hal-hal yang negatife.
Jika kalian ada di circle pertemanan yang ngebuat ga nyaman mending menjauh atau jaga jarak dan gausah takut gapunya temen, daripada kesehatan mental kalian keganggu.
Untuk orang yang dimana kalian cerita kemudian dia malah adu nasib, jangan dibalas adu nasib juga jika dia sedang cerita, tetapi cukup pahami dan lebih bisa memilih lagi mana orang yang tepat dijadikan tempat berkeluh kesah agar mental tidak semakin down. “Kesehatan bukan hanya tentang apa yang kamu makan. Ini tentang apa yang kamu pikirkan dan rasakan juga.”

Editor: ciqa

Gambar: pexels