Judul di atas adalah sebuah esai menarik yang ditulis oleh Ali Batih al-Omri dengan tema aslinya yang berbahasa Arab yaitu “Syukran Korona Laqad Ta’allamtu minka”. Selain itu ada pula sebuah pesan yang banyak beredar di grup dengan tema “Ta’allamtu minka ya Korona”.

Ali Batih memulai esainya tersebut dengan menyebut “Korona” sebagai makhluk kecil atau hanya virus kecil, tapi mampu meneror banyak negara. Dari negara miskin sampai negara adidaya. Saat ini, sebanyak 160 negara telah melaporkan kasus positif virus Covid-19 yang menjangkiti warganya dengan total keseluruhan 378.287 kasus. Adapun kasus terbanyak masih dipegang oleh China, kemudian disusul Italia, Amerika Serikat dan Spanyol.

Virus kecil ini telah melumpuhkan aktivitas banyak negara, bahkan memaksa tiap-tiap negara menutup tapal batas negara mereka (lockdown). Akan tetapi, setiap terjadi suatu bencana, di situ terdapat pula hal-hal yang menakjubkan, sebagaimana kata Ali Batih, “Dan di balik setiap bencana, saya belajar beberapa pelajaran yang berharga, dan hari ini saya belajar dari Tuan Korona”, kata Ali Batih. Berikut beberapa ungkapan Ali Batih dalam “Syukran Korona, Laqad Ta’allamtu Minka”

Terima kasih Korona.

Tampak sekali negara-negara yang berusaha menghabisimu dengan berbagai cara, tapi mereka laksana kartun yang tidak bisa berbuat banyak untuk melawanmu. Kalaupun ada yang berhasil tapi korban telah bergelimpangan.

Terima kasih Korona. Kau telah membeberkan keadaan banyak manusia, di mana ada yang menyerah ada pula yang terus berusaha, ada yang pesimis ada pula yang optimis. Saya berharap ada karantina media untuk meminimalisir rumor yang mengerikan, dan ini lebih berbahaya.

Darimu saya belajar, bahwa virus kecil sepertimu, atau serangga, atau burung adalah salah satu tentara dari banyak tentara Allah yang terkadang dikirimkan pada mereka yang sombong dan angkuh. Di mana hal seperti ini tidak bisa dilakukan oleh bom nuklir. Tentara Abrahah yang angkuh binasa hanya dengan pasukan burung. Namrud, seorang raja yang menyatakan diri sebagai tuhan terkapar hanya dengan seekor nyamuk. Dan sebuah virus pun mampu memporakporandakan sesiapa yang merasa hebat.

Terima kasih Korona. Semua orang kini giat merapal dan menghafal banyak doa, meningkatkannya dan semakin menguatkan doa-doa mereka. Dan engkau Korona, telah mengingatkan kita semua akan pentingnya kesadaran dan pencegahan yang kita abaikan selama masa-masa kebahagiaan dan kejayaan.

Ketika saya mengajar murid saya, melalui sistem pendidikan jarak jauh (‘abra nidham al-ta’lim ‘an bu’d), saya menyadari betapa pentingnya seorang “guru” dalam kehidupan kami. Saya memperhatikan banyak orang tua siswa yang tidak mampu berkreasi karena ketiadaan guru. Mereka merasakan kebosanan mengajar anak-anak sekalipun hanya satu jam, lantas bagaimana dengan guru yang mengajar tujuh jam sehari di sekolah dan sepanjang tahun.

Terima kasih Korona.

Saya semakin tahu, betapa banyak kebodohan yang menghiasi akal pikiran manusia. Ada banyak orang yang tidak memahami pesan dibalik sebuah musibah dan tanda-tandanya. Mereka hanya sinisme dan menerima begitu saja. Dan di balik wabah ini terdapat banyak hikmah, untuk belajar dan menyadari nilai dari sebuah nalar dan kesadaran!

Dalam hidup ada hal-hal yang lebih menakutkan daripada yang kita pikirkan, dan kita tidak kebal dari mereka, dan bahwa dunia telah menjadi satu desa bahkan dalam hal penyakit. Juga bahwa gerakan dan ritme kehidupan dapat berubah dan berhenti kapan saja.

Terima kasih Korona. Dari Anda saya tahu bahwa staf medis adalah seorang prajurit yang selalu siaga, dan saya hormat kepada para pejabat negara yang telah berusaha mencari solusi atas musibah ini dengan kemampuan, kemauan, dan kesigapannya.

Terima kasih korona, untuk ide tulisan ini. dan mudah mudahan Allah tidak menjadikan saya dan pembaca bagian dari korban korona “al-Koroniyin”.

Sebelum mengakhiri tulisannya, Batih mengutip perkataan Abu al-Bandari,

“Betapa bodohnya ketika seseorang melihat musibah yang menimpanya dianggap sebagai cobaan, dan musibah yang mengenai orang lain sebagai siksa atau hukuman!”

Setiap musibah, entah itu mungkin cobaan atau hukuman bagi kita, selalu ada hikmah yang dapat kita petik. Dan wabah dahsyat ini, mungkin dapat memberikan pelajaran bagi kita, karena tidak setiap zaman Allah berikan epidemi seperti ini. Dulu dan dulu ada Kolera, Tha’un, Black Death, setelah ada HIV, SARS dan lainnya, kemudian menjadi sejarah bagi kita. Korona di zaman kita, akan menjadi sejarah bagi generasi kita, entah bagaimana mereka mengisahkan korona di masa mereka nanti.

Penulis: Fathan Faris Saputro (Founder Rumah Baca Api Literasi)

Ilustrator: Ni’mal Maula