Sekarang kita hidup di zaman serba post atau terulang Kembali. Segala bentuk post nampaknya jadi bagian yang laku diperbincangkan dalam kehidupan kita saat ini. Embel-embel post lah yang laku di jual. Maka dari itu muncul post-modernisme , post-histori, post-materi, post-industri dan post yang lainnya. Segala hal yang berkaitan dengan post ini nampaknya jadi konsumsi masyarakat kebanyakan bahwa, segalanya yang sekarang lebih baik dari sebelumnya. Jika yang sebelumnya adalah kuno, yang sekarang adalah menakjubkan. Begitulah pradigma yang tumbuh di kalangan masyarakat.

Ternyata realita yang terjadi sebuah post yang kita rasakan pada saat ini adalah sebuah keulang-kembalian yang abadi. Dalam etika berpakain misalnya, setelah beberapa waktu lalu skinny jeans atau yang sering disebut celana pensil jadi trend. Kini, celana cutbray menjadi salah satu fashion lama yang belakangan ini populer kembali setelah pernah menjadi tren pada tahun 1970-an baik itu untuk pria maupun wanita. Celana cutbray atau anak-anak milenial akan menyebutnya sebagai flare atau bell-bottom ini memiliki ciri khas ujung bawahnya melebar bak kipas yang dibuka.

Terulang

Kembali menyinggung permasalahan keulang-kembalian yang abadi dalam hal berpikir, berperilaku, berkompetisi, bahkan kasus pandemi Covid-19 yang saat ini kita hadapi. Ini bukan pertama kalinya dunia merasakan dampak pandemi yang menyiksa raga maupun jiwa. Segala aspek kehidupan masing masing memiliki masalahnya sendiri dari perihal pendapatan ekonomi, sosial interaksi yang terlampau dibatasi, dan pendidikan jarak jauh yang dirasa kurang maksimal.

Hal serupa pernah terjadi pada abad ke-14 di Eropa pada kasus pandemi The black death. The black death adalah penyakit kulit di bagian jari tangan, jari hidung, dan ujung hidung muncul akibat jaringan yang mati. Penyakit ini disebabkan oleh kutu yang terdapat pada hewan mamalia, yaitu tikus.

Penemuan dan lain-lain, yang mana semua itu kita dapatkan dan alami saat ini, semua itu adalah hal serupa dan sangat persis kita alami di masa lalu. Hanya saja, subjek dan objeknya berbeda. Segala pengertian post justru mengungkapkan kekritisan dan kekhawatiran terhadap kemajuan dan perkembangan yang telah terjadi. Tiada hal yang baru terjadi, semua yang kelihatan baru adalah sebuah keulang-kembalian yang abadi. Pembebasan mengulang-kembalikan perbudakan. Pencerahan mengulang-kembalikan kebodohan. Moral mengulang kembalikan amoral. Humanisasi mengulang-kembalikan dehumanisasi

Dengan demikian, post-modernisme adalah kritik akal budi di era modernisme, post-industri adalah kegalauan terhadap gemerlap industri, post-materi adalah ketidakpercayaan terhadap pengagungan materi dan post-histori adalah pesimisme yang sinis terhadap optimisme perjalanan sejarah. Menarik sekali bila kita mencermati mengenai kehidupan dunia ini dengan segala perubahan yang tetap sama.