Humor itu bukan sekedar humor. Humor itu ada seninya. Kata Peter Berger, manusia itu homo ridens. Artinya, manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang bisa tertawa. Humor menjadi sifat alami manusia. Bayangkan, betapa sumpeknya hidup kita jika selalu dihadapi dengan serius. Dalam humor dikenal sense of humor atau diartikan kepekaan humor. (Bukan harus dia doang yang peka).

Tiap orang punya kepekaan humor yang beda-beda. Makanya, kita mengenal istilah receh. Biasanya orang yang receh adalah orang yang punya selera humor yang tinggi. Akan tetapi, receh ini hanya sebagian kecil dari pengertian sense of humor. Sense of humor atau kepekaan humor adalah kemampuan untuk membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme koping dan untuk mencapai tujuan sosial. 

Nah, berikut 3 hal yang bisa mengukur kamu memiliki kepekaan humor yang tinggi atau nggak?

Pertama, conformist sense yaitu kemampuan memahami humor. 

Membuat humor itu susah. Salah satu kesusahannya adalah kita harus paham tingkat pemahaman lawan bicara kita. Ada humor yang dapat dipahami masyarakat umum. Tak jarang, humor tidak berhasil membuat lawan bicara atau audiens tertawa, sebab mereka gagal paham. Jika kamu diberi lelucon dan lelucon itu membuatmu berpikir panjang, artinya kamu kurang memiliki conformist sense. Humor itu harus dipahami bukan dengan jalan berpikir biasa.

Kedua, quantitative sense yaitu seberapa seringnya kamu tertawa dan mudah gembira. 

Ini nih yang kata orang disebut receh. Jika kamu mudah tertawa melihat hal-hal kecil yang lucu artinya kamu punya quantitative sense yang cukup tinggi. Pun jika kamu mudah bergembira dengan hal apapun. Bersyukurlah, setidaknya kamu tidak terlalu stres menghadapi kenyataan hidup yang akhir bulan harus siap sedia indomie. Hehe.

Ketiga, productive sense yaitu kemampuan membuat humor. 

Skill ini sudah tingkat lanjutan seseorang yang memiliki kepekaan humor yang tinggi. Biasanya seseorang yang humoris akan mudah membuat humor. Sebab dia sudah memiliki kepekaan humor. Memproduksi humor juga merupakan bentuk berpikir kreatif. Dia harus memiliki jalan pikiran yang tidak biasa dilewati jalan pikiran ilmiah.

Nah, ukurlah diri kalian dengan tiga hal tersebut. Jika kalian punya kepekaan humor yang tinggi, saya ucapkan selamat. Setidaknya, kamu masih bisa menertawakan dan menikmati hidup nelangsamu. Piss. Tetapi, jika kamu punya kepekaan humor yang rendah, mungkin kamu harus belajar. Sesekali tertawakan hidupmu sendiri. Siapa tahu keridloanmu terhadap jalan hidup yang Allah berikan padamu berbuah ridlo Allah kepadamu. Kalimat terakhir itu saya kutip dari Gus Baha’.

Penyunting: Halimah
Sumber gambar: Friendship Village