Seringkali kita bertanya-tanya, ‘saat di sekolah, untuk apa kita menghitung kecepatan batu jatuh dari atap, atau menghitung berapa lama bak mandi akan terisi penuh’. Kenyataannya, memang banyak dari pelajaran kita di sekolah atau kampus yang tidak relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan sesuatu yang relevan dan hampir semua dari kita akan menghadapinya di masa depan, tidak diajarkan di sekolah seperti cara membayar pajak, mengurus keuangan, dan lain-lain. Hal itu menjadi salah satu faktor yang membuat efektivitas dan dampak dari pendidikan kurang terlihat signifikan.

Buku ‘The Case Against Education’ karya Bryan Caplan menggambarkan pada kita, garis besar permasalahan pendidikan pada hari ini dan memberikan solusi yang relevan dari permasalahan tersebut. Berikut adalah sesuatu yang perlu diperhatikan dalam ranah pendidikan.

Peran Signifikan Pengajar

Pengajar mengambil peran yang signifikan dalam kegaitan belajar mengajar. Entah apapun pelajaran yang mereka ajarkan, jika pengajar tersebut mampu menginternalisasi pelajaran dan memberi inspirasi bagi murid-muridnya, maka bisa dikatakan bahwa mereka berhasil menghidupkan kelas, mereka berhasil memantik intelektual para murid.

Tetapi realita hari ini, saat menjadi pengajar hanyalah dipandang sebagai sebuah pekerjaan, kewajiban yang harus dilaksanakan untuk melanjutkan kehidupan, fungsi seorang pengajar menjadi berkurang dan hanya sebatas formalitas saja. Fungsi guru yang paling fundamental adalah menjadikan murid untuk terus merasa ingin tahu. Pengajar tidak bisa memberi banyak hal kepada murid. Selanjutnya, biar murid sendiri yang akan mencari, memodifikasi dan mencari solusi.

Mental Disiplin, Tanggung Jawab, dan Selalu Ingin Tahu

Sekolah bukan hanya tempat untuk penataran intelektual tetapi juga mental. Mental untuk berdisiplin mengumpulkan tugas, mengerjakan ujian, juga mental terus ingin tahu dan bergerak maju yang mana pengajar memiliki peran penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Permasalahan selanjutnya adalah murid yang apatis. Mereka terlalu banyak menerima informasi yang mereka pikir tidak perlu dan tidak menarik. Tetapi mereka terus dipaksa untuk memahami hal tersebut dan jika tidak juga paham, mereka harus menghafalkannya yang mana hafalan itu hanya akan bersifat sementara di kepala mereka. Sebatas digunakan untuk ujian saja.

Yang perlu diperhatikan di sini bukanlah banyak atau sedikit informasi yang murid-murid dapatkan, tetapi apakah informasi yang diberikan kepada mereka itu dapat memantik rasa ingin tahu mereka.

Cara penyampaian informasi di sini juga mengambil peran penting. Sebagai contoh, kenapa banyak anak-anak yang lebih hafal nama-nama artis daripada nama-nama sahabat nabi dan ilmuwan? Karena tentunya artis lebih populer dan sedang hangat dibicarakan media. Untuk menghadapi situasi seperti ini, menjadikan materi pelajaran relevan dengan kehidupan sehari-hari menjadi penting. Misal, relasi antara pelajaran dan kegiatan artis favorit mereka atau apa yang mereka sukai, untuk meningkatkan rasa ingin tahu, juga untuk menjelaskan bahwa segala sesuatu ada ilmunya.

The Case Against Education

Bryan juga percaya bahwa pendidikan terbaik adalah dengan praktik. Maka dari itu, ia percaya bahwa sebaik-baik materi kejuruan adalah pekerjaan itu sendiri. Pemuda harus dimotivasi untuk bekerja secepatnya, semuda-mudanya. Bahkan, pendapatnya yang kontroversial menyatakan bahwa hukum ‘child labour’ harus diamendemen. Mungkin akan banyak orang berfikir bahwa eksploitasi anak itu berbahaya. Tetapi dengan regulasi dan hukum yang jelas, bekerja di waktu muda akan menambah pengalaman mereka dan menjadikan mereka lebih memahami situasi.

Penulis: Haekal Adha Al Giffari

Penyunting: Aunillah Ahmad