Meskipun agak telat karena kita sudah memasuki bulan muharram, tapi tidak ada salahnya ya, kalau sejenak kita bicarakan seputar muharam, supaya kita bisa memaksimalkan bulan ini, yuk kenalan dengan bulan muharram, hehehe.

Muharram atau yang dikenal masyarakat jawa dengan sebutan bulan suro merupakan salah satu dari empat bulan suci dalam islam dzulqo’dah, dzulhijjah, muharam dan rajab disebutkan dalam hadis

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Satu tahun ada 12 bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan haram (suci), tiga diantaranya beurutan, yaitu , Dzulhijah dan Muharram. Kemudian Rajab Mudhar yang diapit bulan Jumada (al akhir) dan Sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Barangkali nama bulan ini familiar di telinga kita biasanya karena mistisnya, atau pantangan-pantangan di dalamnya, padahal bulan ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan bulan lainnya bahkan Nabi menyebutnya sebagai syahrullah atau bulannya Allah. Bulan ini juga terpilih menjadi bulan pertama dalam kalender hijriyah, setelah sahabat umar bin khattab pada tahun ke 16 Hijriyah selaku khalifah pada saat itu bermusyawarah dengan para sahabat. Kemudian diputuskanlah bulan ini sebagai pembuka untuk kalender hijriyah, alasan memilih bulan ini karena pada bulan ini muncul tekad untuk berhijrah ke kota Madinah, kiranya demikian yang diterangkan Ibnu Hajar-rahimahullah– dalam Fath Bari (7/335).

Rasa-rasanya menjadi penting untuk penulis untuk sedikit menyampaikan perihal bulan ini, baik dari aspek penamaan, keutamaan dan amalan yang dianjurkan dalam bulan tersebut.

Penamaan Bulan Muharram

Ada dua pendapat yang menjelaskan alasan penamaan bulan ini :

Pertama, dinamakan Muharram dari kata haram yang maknanya adalah larangan, sebagai penegasan terhadap keharaman berperang di bulan ini. Karena dahulu orang-orang Arab mengubah-ubah urutan bulan ini, mereka menghalalkan perang pada suatu tahun kemudian mengharamkan pada tahun berikutnya.

Kedua, dinamakan Muharram karena bulan ini termasuk salah satu dari empat asyhur al hurum (Bulan-bulan haram) yang disinggung dalam surat At Taubah ayat 36 di atas. Imam Ibnu Katsir –rahimahullah– menyatakan,

“Syaikh Alamuddin As Sakhowi menyebutkan dalam salah satu jilid karya yang beliau kumpulkan, yang beliau beri judul al masyhur fi asma-i al ayyam wa asy-syuhur, bahwa dinamakan Muharram karena bulan ini termasuk bulan haram. Adapun menurutku, dinamai Muharom sebagai penekanan terhadap keharaman berperang di bulan tersebut. Karena kaum Arab dahulu mengubah-ubah urutan bulan ini, mereka menghalalkan perang di suatu tahun lalu mengharamkan di tahun berikutnya” (lihat: Tafsir Ibnu Katsir 4/146)”.

Ringkasnya, penamaan muharam berkaitan dengan larangan berperan pada bulan ini selain memang langsung diberi nama oleh Allah dan Rasulnya.

Lalu Apa Saja Keutaman Bulan Ini?

Pertama, bulan ini termasuk bulan yang suci, sebagaimana disebutkan, dan bulan ini dihormati oleh umat islam sebagaimana perkataan imam az zuhri dalam kitabnya al mushannaf : dulu para sahabat menghormati syahrul hurum yang 4.

Kedua, sebagai permulaan tahun baru hijriah, dan spirit hijrah pada saat itu, bis akita artikan hijrah sekarang sebagai spirit menjadi yang lebih baik.

Ketiga, syahrullah atau bulannya allah terkait penamaan ini, ada penjelasan dari imam suyuthi

As-Suyuthi mengatakan, Dinamakan syahrullah –sementara bulan yang lain tidak mendapat gelar ini– karena nama bulan ini “Al-Muharram” nama nama islami. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datang, Allah ganti nama bulan ini dengan Al-Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3:252)

Amalan di Bulan Muharram

Mendapati bulan Muharram merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang mukmin. Karena bulan ini sarat dengan pahala dan ladang beramal bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan hari esoknya. Memulai awal tahun dengan ketaatan, agar pasti dalam melangkah dan menatap masa depan dengan optimis.

Pertama: Berpuasa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram.

Hadits ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunnah yang paling afdhol setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram. Maksud puasa disini adalah puasa secara mutlak. Memperbanyak puasa sunnah pada bulan ini seperti puasa senin kamis, Dawud atau utamanya ketika hari ‘Asyura (10 Muharram) yang bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu.

Akan tetapi perlu diingat tidak boleh berpuasa pada seluruh hari bulan Muharram, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Ramadhan saja.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini adalah puasa yang paling afdhol bagi orang yang hanya berpuasa pada bulan ini saja, sedangkan bagi yang terbiasa berpuasa terus pada bulan lainnya yang afdhol adalah puasa Daud.

Kedua: Memperbanyak amal shalih

Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. Bagi yang beramal shalih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hambanya. Amal shalih di sini sangat luas, semua hal baik seperti shalat, membaca Al-Quran dan lain-lain.

Ini adalah keutamaan yang besar, kebaikan yang banyak, tidak bisa dikiaskan. Sesungguhnya Allah adalah pemberi nikmat, pemberi keutamaan sesuai kehendaknya dan kepada siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada yang dapat menentang hukumnya dan tidak ada yang yang dapat menolak keutamaanNya

Demikian saja kiranya, karena perkenalan tidaklah pantas jika terlalu panjang lebar. Semoga yang sedikit ini bisa dipahami, dan kita semua bisa memaksimalkan bulan ini.