Momentum lebaran memang menjadi momentum yang paling ditunggu oleh semua orang, baik yang ada di kota maupun desa. Biasanya, saat bulan Ramadhan tiba, orang-orang sibuk memperindah dan membersihkan rumah mereka, persiapan menjamu tamu-tamu mereka saat lebaran. Sandang, papan, dan pangan terbaik disiapkan untuk menyambut hari kemenangan dan kebahagiaan setelah berpuasa selama satu bulan penuh ini. Tidak hanya itu, lebaran juga dapat menjadi momen untuk meningkatkan kualitas iman, salah satunya melalui ziarah kubur.

Ziarah kubur biasanya dilaksanakan oleh pihak keluarga untuk mendoakan dan membersihkan pusara. Tradisi ziarah yang dilakukan sebelum dan sesudah Ramadhan ini dilakukan agar keluarga yang berziarah tersebut mampu mengambil pelajaran dari mereka yang telah meninggal dunia terlebih dahulu. Agar mereka mengingat bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, oleh karenanya kita mengejar dunia hanya sekedarnya saja, tak perlu mengejar dunia terus-menerus hingga melupakan kehidupan di akhir kelak.

Apa hukumnya?

Hukum ziarah kubur ialah sunnah, sebagaimana merajuk pada hadist Rasullulah Saw. yang menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus Muhammad menceritakan kepada kami Mu’arrif bin Wasil dari Muharib bin Disar dari Ibnu Buraidah dari Ayahnya, berkata: Rasulullah saw bersabda:

“Aku melarang kamu untuk menziarahi kubur maka ziarahilah, sesungguhnya ziarah itu sebuah bentuk dari tazkirah (mengingat kematian).”

Maka, jika ditarik kesimpulan dari hadist tersebut hukum melaksanakan ziarah kubur ialah sunah, sebab dianjurkan oleh Rasullulah SAW. Memang, pada zaman dahulu Rasullulah pernah melarang untuk berziarah karena dikhawatirkan banyak yang memuja, dan meminta pertolongan kepada kuburan.  Namun setelah adanya hadist tersebut, Rasullulah mengizinkan bahkan menyuruh para sahabat untuk melaksanakan ziarah kubur.

Kenapa ziarah kubur identik dengan idulfitri?

Sebab momentum idulfitri, adalah saat dimana keluarga memiliki waktu libur yang relatif sama, sehingga seluruh anggota keluarga dapat pergi bersama-sama berziarah ke pusara keluarganya. Ziarah bersama keluarga besar, menjadikan persaudaraan antara yang tinggal di kota dengan keluarga yang bertempat tinggal di desa menjadi lebih erat. Mereka yang biasanya tidak bertemu, kini bersama-sama berzikir dan membaca alquran di dekat pusara nenek buyutnya. Di keluarga saya sendiri apabila selesai berziarah dari pusara nenek buyut, biasanya keluarga yang tinggal di kota mampir terlebih dahulu di rumah kerabat yang tinggal di desa untuk silaturahmi dan dijamu dengan berbagai macam hidangan khas lebaran. Ziarah bukan hanya ada dalam tuntunan agama, namun sudah menjadi bagian dari tradisi idulfitri di Indonesia.

Editor: Halimah

*sumber gambar: www.tribunnews.com