Beberapa waktu lalu, pak presiden Jokowi kembali menyatakan sikap gusarnya dihadapan suatu forum resmi terkait belanja pemerintah yang mayoritas masih membeli produk impor.
Hal ini bukan yang pertama kali terjadi, pak presiden juga sempat menegur jajaran menterinya yang kerap belanja barang impor bukan produk buatan Indonesia.
Sikap tegas dari pak presiden sebenarnya perlu diacungi dua jempol, sebab jika sebagian besar pembelian barang diutamakan pada produk lokal maka bisa menggerakkan perekonomian di dalam negeri.
Meskipun ini suatu teguran yang sangat bagus, tapi ada beberapa hal unik yang telah saya bayangkan, jika pemerintah benar-benar melanjutkan teguran presiden secara serius.
Apa saja hal-hal tersebut? Mari simak sebagai berikut:
1. Laptop Kantor Pemerintahan Merek Zyrex atau Axioo
Perihal produk perangkat elektronik dalam bentuk komputer lipat, Indonesia cukup ketinggalan dibandingkan merek-merek keluaran perusahaan asing.
Saya hanya ingat dua merek laptop produksi dalam negeri yaitu Zyrex dan Axioo. Di luar kedua merek tersebut, jujur saya kurang tau.
Sudah bisa saya bayangkan PNS yang sebelumnya menggunakan laptop dari merek asing. Kedepannya akan menggunakan laptop dari produk lokal seperti Zyrex dan Axioo.
Semoga tidak dijadikan sebuah alasan, apabila ada penurunan performa dan kinerja untuk melayani masyarakat.
2. Enggak ada Kontroversi Seragam DPR dari Bahan Brand Ternama Dunia
Apakah kalian masih ingat kasus viral tahun lalu tentang seragam anggota dewan yang terhormat di DPRD Kota Tangerang yang konon memiliki bahan yang berasal dari brand ternama dunia yaitu Louis Vuitton.
Sebenarnya berita seperti itu bukan terjadi pertama kali di Indonesia. Beberapa tahun sebelumnya, konon pakaian dinas anggota dewan di DPRD provinsi Sulawesi Selatan menggunakan bahan yang setara dengan merek Hermes.
Jika peraturan belanja pemerintah mewajibkan semuanya berasal dari dalam negeri. Maka pembelian bahan pakaian dinas untuk anggota DPR enggak bisa lagi menggunakan produk luar negeri seperi Louis Vuitton dan Hermes. Kalau Bapak-Ibu anggota dewan tetap ngotot mau beli bahan dari brand ternama luar negeri, silahkan pakai uang sendiri, jangan pakai uang rakyat.
3. Enggak ada Anggaran Satu Milyar untuk Ponsel Mewah Anggota DPR
Di awal tahun ini publik sempat dikagetkan dengan anggaran sebesar satu milyar yang digelontarkan pemerintah kota Bandung untuk membeli 47 ponsel mewah anggota DPRD Kota Bandung.
Nominal yang sangat besar hanya untuk sebuah alat komunikasi yang katanya bakal menunjang pekerjaan anggota dewan.
Kalau semua belanja barang pemerintah diwajibkan pakai produk dalam negeri. Anggota DPRD Kota Bandung enggak bakal bisa beli ponsel mewah karena pasti dari brand luar negeri.
Palingan mereka cuma dapat ponsel dari merek Mito, Advan atau Evercross yang harga dan kesannya jauh dari kata mewah.
4. Motor Dinas dengan Merek Viar dan Kaisar akan Naik Daun
Untuk saat ini, ketika kita melintasi jalan protokol untuk berangkat dan pulang kantor kerap kali melihat motor plat merah dengan merek pabrikan Jepang.
Jika berlakunya kewajiban belanja pemerintah untuk membeli produk lokal. Maka motor dinas dengan pabrikan asal Jepang bakal berkurang.
Yang akan naik daun adalah motor-motor dari merek lokal seperti viar dan kaisar.
5. Peralatan Rumah Tangga di Pantry Kantor Pemerintah Mayoritas Menggunakan Merek Maspion
Kalau aturan belanja pemerintah telah mewajibkan pembelian produk dalam negeri. Kita tentu sudah tau untuk urusan barang-barang di pantry kantor pemerintahan harus menyerahkan ke siapa?
Tentu saja barang-barang di pantry yang menggunakan brand asing bisa diganti dengan produk dalam negeri yaitu Maspion.
Kenapa harus Maspion? Karena Maspion adalah brand yang telah lama mengkampanyekan kepada masyarakat untuk mencintai ploduk-ploduk dalam negeri.
Jika keputusan ini dapat memulihkan kondisi ekonomi Indonesia pasca gempuran wabah Covid-19. Saya akan mendukung keputusan ini seratus persen sampai benar-benar bisa diterapkan.
Akan tetapi perusahaan dalam negeri wajib untuk meningkatkan kualitas barangnya juga.
Editor: Lail
Gambar: Google
Comments