“Kalau boleh memilih, aku pengen anak pertama laki-laki!” Ujar salahsatu kerabat. Beberapa kerabat dekat saya, ingin sekali memiliki anak pertama laki-laki. Mereka pikir anak pertama laki-laki dapat memimpin dan membimbing adik-adiknya. Wajar sih, karena yang beropini begitu semuanya laki-laki, coba dari sudut pandang perempuan, pasti kebalikannya. Hmm… lalu saya membatin, apa perempuan tidak bisa diandalkan menjadi anak pertama?
Anak pertama laki-laki dianggap mampu bekerja lebih keras dalam mencari nafkah ketimbang anak pertama perempuan. Anak perempuan sering dianggap hanya ikut maunya laki-laki saja. Perempuan hanya pelengkap yang pada akhirnya setelah menikah tunduk dan patuh pada suaminya.
Di kesempatan lain, saya pernah menemui ibu hamil yang menginginkan anak pertamanya laki-laki. Kebanyakan karena keinginan suaminya. Apa karena anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan gitu? Wajar sih sebenarnya, lha wong itu hak masing-masing keluarga untuk memilih.
“Jenis kelamin janinnya perempuan, Bu!” Ujar dokter spesialis kandungan kepada pasien sesaat setelah melakukan USG.
Si pasien menghelas napas dalam, “suami saya pengen punya anak pertama laki-laki, dok.”
Selama dua tahun terakhir, saya diberikan kesempatan menjadi asisten dokter spesialis kandungan di Saudi. Saya sering mengamati kehidupan masyarakat di sini khususnya pasien-pasien yang saya temui. Sebenarnya, kesetaraan gender di sini sudah semakin baik. Perempuan di Saudi tidak lagi dikekang dan dikungkung.
Beberapa tahun terakhir di Saudi, hak-hak perempuan untuk beraktifitas di luar ruangan layaknya laki-laki sudah fleksibel. Meskipun pemerintah sudah memberikan kelonggaran para perempuan untuk berkarya, tapi penganut patriarki masih banyak juga, termasuk beberapa pasien yang saya temui seperti contoh di atas. Budaya patriarki sudah tumbuh secara turun temurun sejak dahulu kala sehingga butuh waktu lama untuk merubahnya.
Beberapa kali saya mengamati ekspresi pasien-pasien ketika tahu jenis kelamin anak pertamanya bukan laki-laki. Perempuan acap kali merasa bersalah ketika janin yang ada di dalam rahimnya tidak sesuai dengan keinginan suaminya. Tidak, ini bukan salah ibu yang mengandung tapi salah bapak yang keliru menaruh planningnya. Sebenarnya yang paling berperan besar dalam menentukan jenis kelamin laki-laki atau perempuan adalah seorang ayah.
Perempuan tidak berhak merasa bersalah ataupun disalahkan bila jenis kelamin anaknya tidak sesuai keinginan suaminya. Bukankah ini takdir dari Tuhan Yang Maha Esa? Para pemuja logika dan sains mana percaya.
Dalam tubuh laki-laki dan perempuan terdapat kromosom seks. Kromosom XX dimiliki perempuan sedangkan kromosom XY dimiliki laki-laki. Sperma laki-laki dibagi menjadi 50% pembawa kromosom X dan 50% pembawa kromosom Y. Faktor penentu kesuksesan memiliki janin berjenis kelamin laki-laki tentu saja ditentukan oleh sperma pembawa kromosom Y.
Berbicara tentang keistimewaan, bukankah perempuan justru multitasking daripada laki-laki?
Perempuan memiliki banyak keistimewaan. Anak pertama perempuan sama tangguhnya seperti anak pertama laki-laki. Bukankah yang lagi ramai artis Maudy Ayunda baru saja di wisuda dari S2 Stanford University itu anak pertama ya? Tidak hanya Maudy Ayunda, banyak artis-artis perempuan seperti Oky Setiana Dewi dan Gita Gutawa yang termasuk anak pertama berprestasi dan menginspirasi. Mereka pasti panutan bagi adik-adiknya. Saya rasa para fansnya juga bangga pada mereka.
Saya sendiri adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kami bertiga berjenis kelamin perempuan. Sungguh, sampai detik ini saya sangat bersyukur memiliki kakak perempuan. Ia begitu peduli dengan adik-adiknya. Saya teringat perjuangannya mengantar jemput saya kuliah yang ketika itu saya sedang sakit. Jarak tempuh antara rumah dan kampus saya sekitar 73 km. Ia rela lelah memboceng saya pulang dan pergi dengan jarak berkilo-kilo meter tanpa pamrih. Hal ini sering kali ia lakukan demi saya, adiknya. Suatu saat, ia pernah menahan tangis ketika harus merawat luka jahitan saya pasca kecelakaan padahal ia seorang tenaga medis.
Anak yang lahir ke dunia ini tidak bisa memilih orang tua macam apa yang akan melahirkannya. Bahkan sekalipun orang tua yang penuh perencanaan promil untuk memiliki anak pertama laki-laki juga belum bisa dipastikan akan melahirkan bayi laki-laki. Baik anak pertama laki-laki maupun perempuan akan tumbuh atas didikan orang tuanya. Orang tua memiliki andil besar atas tumbuh kembang anaknya. Kalau Anda berpikir memiliki anak pertama perempuan tidak setangguh anak pertama laki-laki tentu saja 1000% itu salah Anda sendiri sebagai orang tua. Kemana selama ini peran Anda sebagai orang tua mendidik dan membimbingnya?
Saya memiliki seorang teman perempuan yang kakak sulungnya adalah laki-laki. Sayangnya, kakak laki-lakinya ini tidak bisa diandalkan. Teman saya yang notabene anak kedua harus menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya sudah lepas tangan menafkahi keluarganya. Kakak sulungnya seperti benalu dalam keluarga. Sungguh membuat teman saya harus banyak mengalah dan berjuang demi ibu dan adiknya.
Sudah sepatutnya pemikiran picik bin aneh yang menganggap anak pertama perempuan itu tidak lebih baik dari anak pertama laki-laki harus dihilangkan. Setiap anak sudah pasti punya keistimewaan masing-masing termasuk anak perempuan. Justru Anda sebagai ayah, sepatutnya bersyukur memiliki anak pertama perempuan karena Anda adalah laki-laki pertama yang akan membuatnya jatuh cinta.
Jadi, masih kecewa juga tahu kalau anak pertama Anda perempuan?
Comments