Seakan tidak ada habisnya, sosial media kembali membuat heboh. Kali ini dari platform tiktok yang sedang digandrungi banyak milenial dan gen z. Tiktok, sosial media yang berbasis video ini sukses menjadi wadah baru bagi para konten kreator untuk menampilkan hasil karya mereka. Fitur live yang terdapat di tiktok menjadi fitur andalan yang bisa dimanfaatkan oleh para konten kreator untuk dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Bagai pisau bermata dua, fitur live tiktok ternyata juga bisa menimbulkan sisi negatif seperti yang viral akhir-akhir ini. Mandi lumpur menjadi konten viral. konten tersebut menampilkan seorang ibu-ibu yang berada di kubangan air keruh tampak menggigil kedinginan, direkam secara live entah oleh anak atau cucunya. Motifnya untuk sekadar “menghibur” para pengguna tiktok lainnya.
Ngemis Saweran Koin
Tidak hanya sampai disitu, supaya mendapatkan uang dari live tiktok. Si anak meminta saweran koin kepada penontonnya dengan membuat challenge, seperti satu siraman untuk 10 koin atau sepuluh siraman untuk 100 koin. Tentu saja dengan cepat konten ini menjadi viral sehingga membuat netizen gemas.
Sungguh ironis memang, Orang sampai tega melakukan hal tersebut kepada orang tuanya hanya untuk meraih popularitas dan mendapatkan uang. Fenomena ini layaknya seperti mengemis dengan cara yang lebih modern. Praktik eksploitasi kemiskinan menjadi tren di sosial media dengan dibungkus konten untuk menghibur orang.
Teringat Cerita Malin Kundang
Saya melihat fenomena ini jadi teringat dengan kisah malin kundang. Seorang anak yang pergi merantau meninggalkan ibunya untuk mengubah nasib. Di tanah rantauan, Malin menjadi saudagar kaya raya. Harta berlimpah lalu membuat Malin gelap mata, sehingga ketika balik kembali ke kampungnya, ia tidak mau mengakui wanita yang lusuh itu adalah ibunya.
Kedurhakaan Malin membuat ibunya sakit hati dan mengutuknya menjadi batu. Kira-kira begitulah kisah Malin kundang yang banyak menempel di ingatan kita. Kisah Malin kundang memberikan pelajaran kepada kita untuk menghormati dan menyayangi orang tua, khususnya ibu.
Malin Tidak Mengeksploitasi Ibunya
Malin kundang mungkin sudah menjadi batu. Namun, sifat kedurhakaannya tidak lekang oleh zaman bahkan beradaptasi seperti yang terjadi pada fenomena live tiktok mandi lumpur. Malin kundang sepertinya tidak terpikir untuk memandikan ibunya dengan air lumpur, melihat ibunya yang berpakian lusuh saja ia tidak mau mengakuinya.
Meskipun Malin kundang durhaka, tetapi dia merupakan sosok pekerja keras yang sukses dengan usahanya, sehingga menjadi saudagar kaya raya. Malin kundang perlu merantau jauh keluar pulau untuk mendapatkan uang. Ia tidak pernah mengeksploitasi ibunya untuk mendapatkan uang dan meraih popularitas.
Orang zaman sekarang justru sengaja membuat ibunya menjadi kotor dan dekil. Ditonton oleh orang banyak untuk mendapatkan uang. Malin kundang sepertinya akan geleng-geleng kepala melihatnya, atau bahkan ia merasa insecure melihat kedurhakaannya tidak seberapa dibandingkan dengan orang-orang ini.
Sosmed Menciptakan Neo-Malin Kundang
Sosial media bisa menciptakan Malin kundang yang baru. Kali ini dibungkus dengan konten untuk menghibur orang. Kalau dulu Malin kundang dikutuk jadi batu, orang-orang ini pantasnya dikutuk jadi apa yaa? Melihat kedurhakaan Malin Kundang jika dibandingkan dengan konten mandi lumpur, saya merasa kalau ternyata Malin masih mendingan.
Mungkin jika Malin kundang hidup di zaman sekarang, dia tidak akan mau memandikan ibunya dengan air lumpur. Melihat ibunya lusuh saja ia tidak mau. Bahkan, mungkin saja Malin membuat thread Twitter sebagai ekspresi kemarahannya terhadap orang yang telah memandikan ibunya dengan lumpur, demi kepuasan dan viral sekejap.
Editor : Faiz
Gambar : Google
Comments