Lagi viral #berkainbersama, apa itu? Kehadiran globalisasi di tengah kehidupan manusia sejak awal abad 20 sudah menjadi fenomena yang tidak asing lagi di masyarakat. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dari berbagai aspek memberi kemudahan untuk menciptakan interaksi antar negara.
Globalisasi memungkinkan adanya pertukaran informasi tanpa adanya batas. Secara umum memang globalisasi tampak memberi kemudahan masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupannya dengan segala produk inovatif. Namun yang menjadi tantangan dari adanya berbagai kemudahan ini adalah semakin menjamur pula budaya-budaya asing yang kadang tidak sesuai dengan identitas bangsa.
Hal ini tentu menjadi ancaman bagi kebudayan-kebudayaan lokal dari berbagai daerah di Indonesia, lama kelamaan kebudayaan lokal akan ditinggalkan karena dianggap ketinggalan zaman akibat fenomena westernisasi. Pada akhirnya memang sikap selektif yang dibarengi dengan upaya-upaya pelestarian kebudayaan lokal sebagai warisan bangsa diperlukan masyarakat untuk mencegah hilangnya budaya asli Indonesia.
Salah satu warisan kebudayaan lokal yang mulai ditinggalkan masyarakat adalah batik. Setiap daerah pada dasarnya mempunyai motif tersendiri dengan nilai-nilai filosofis yang diangkat setiap daerah di Indonesia. Namun melihat fakta yang terjadi sekarang adalah masyarakat terutama generasi muda lebih suka meniru fashion asing. Batik menjadi salah satu kebudayaan lokal yang mulai hilang keberadaanya di masyarakat.
Kesadaran akan identitas kultural pada masyarakat terutama gen Z sebagai generasi penerus semakin berkurang. Tantangan globalisasi yang membawa panji-panji kapitalisme mewarnai pembangunan kembali identitas batik. Adanya globalisasi seharusnya dapat menjadikan masyarakat Indonesia mengambil sikap yakni mempertahankan nilai-nilai dan beliefs system melalui karya seni batik yang menjadi ciri khas bangsa karena batik merupakan identitas, penjelasan strata sosial, bahasa kebudayaan, spiritualitas manusia, penemuan teknologi, dan perjalanan suatu peradaban yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Maka yang kemudian menjadi tugas bersama adalah mengangkat kembali batik sebagai identitas asli Indonesia sebagai hal membanggakan yang diakui dan diterima di tengah menjamurnya kebudayaan asing. Digitalisasi lewat media sosial oleh gen Z dapat menjadi solusi untuk permasalahan ini. Upaya literasi budaya yang dikemas mengikuti tren media sosial tentu akan menarik masyarakat untuk melihat secara luas tentang apa yang terjadi pada lunturnya warisan budaya dan bagaimana nantinya masyarakat dapat ambil bagian untuk ikut melestarikan.
Gen Z dengan penguasaan teknologi yang baik dapat memanfaatkan media sosial sebagai wadah pembangunan identitas batik. Hal tersebut dapat diimplementasikan lewat pembuatan konten-konten video yang menarik maupun penciptaan trend lewat tagar. Salah satu media sosial yang dapat digunakan adalah instagram. Berdasarkan data yang dilansir Napoleon Cat, kelompok dalam rentang usia Generasi Z (18- 24 tahun) tercatat menjadi pengguna Instagram dengan jumlah yang paling banyak, yakni sebesar 37,3% atau sekitar 23 juta orang pengguna (Putri, 2019).
Pada tahun 2021, muncul satu trend fashion instagram lewat tagar #berkainbersama yang mengangkat kembali kain batik agar para generasi muda berbangga menggunakannya bahkan untuk outfit sehari-hari. Tren #berkainbersama juga menunjukkan ketertarikan generasi muda terutama gen Z terkait estetik dari kain batik itu sendiri.
Tagar ini telah gencar bersirkulasi di media sosial instagram dengan jumlah lebih dari 20.000 postingan sampai pada awal tahun 2023 ini, pada intinya tren ini mendapat respon positif di kalangan generasi muda. Kain batik yang digunakan disini disesuaikan kembali dengan style generasi muda sekarang sehingga lebih menarik. Sebelumnya memang kain batik dianggap terlalu formal dan tidak cocok dipakai sehari-hari.
Namun kemunculan tren ini dapat menjadikan kain batik sebagai kombinasi yang cocok untuk dipakai sehari-hari, dilihat berbagai modifikasi pemakaian dari kain batik menjadi lebih modern dan stylish. Keberhasilan tren #berkainbersama tidak lepas dari para content creator instagram yang memperlihatkan nilai dan estetika kain batik lewat berbagai video yang menarik. Hal ini kemudian berkaitan juga dengan gen Z yang seringkali mencari identitas mereka lewat content creator yang sekiranya sesuai dengan mereka. Pada akhirnya secara tidak langsung para gen Z ini meniru apa yang mereka lihat dari content creator tersebut.
Tren #berkainbersama dapat menjadi suatu campaign positif yang dapat menghapus stigma “old fashioned” dari pemakaian batik itu sendiri. Selain itu, tren ini juga dimaksudkan sebagai wujud pelestarian budaya lokal melalui culture knowledge yang merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi maupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Pada akhirnya tren #berkainbersama menjadi upaya untuk menyatukan generasi-generasi muda dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, dan menyadarkan masyarakat bahwa budaya lokal kain batik Indonesia sangatlah kaya dan beragam. Harapannya semoga trend ini dapat terus berkembang, merambah semakin luas pada masyarakat sehingga menjadikan batik sebagai budaya yang terus dibanggakan.
Editor: ciqa
Gambar: google
Comments