Beberapa waktu yang lalu, ketika sedang melakukan aktifitas sehari-hari di dalam bilik kamar, tak sengaja saya mendengar ada salah seorang dari teman satu kamar saya yang melantunkan sepenggal lirik lagu.
Entah lagu dengan judul apa dan penyanyi siapa, namun yang menarik dari apa yang saya dengar ialah penggalan lirik yang ia tuturkan yang berbunyi, “hidup ini penuh dengan tanda tanya…”.
Saya pun tau pasti irama yang dibawakannya, namun seketika suaranya yang cukup lantang mengingatkan saya perihal arti kehidupan ini.
Dari kejadian tersebut, saya jadi teringat suatu hal perihal kehidupan. Bahwasannya dalam memahami kehidupan ini, saya teringat bahwa ada satu hal penting yang sama-sama perlu kita sadari dalam menjalani kehidupan yang abstrak ini.
Menyadari bahwa hidup ini penuh dengan tanda tanya dan selalu berusaha untuk menjawab tanda tanya tersebut ialah suatu hal yang dirasa harus mulai saat ini sama-sama kita pahami betul.
Dan hal tersebut pun ternyata sudah disadari dan dilakukan jauh-jauh hari oleh umat manusia jauh sebelum mengenal kehidupan yang begitu kompleks ini.
Ini akan selaras ketika kita berkenalan dengan filsafat. Yang mana dalam pengantar dasar sekaligus pembuka tokoh filsafat, kita akan diperkenalkan dengan seorang tokoh bernama Thales.
Sesosok manusia yang dikenal juga dalam dunia barat sebagai filsuf pertama itu sebagaimana dalam buku-buku pengantar filsafat berusaha menggunakan akal pikirannya dalam menjelaskan alam semesta ini termasuk manusia di dalamnya, disaat orang-orang lain di zamannya masih percaya akan mitologi Yunani kuno.
Semua Bermuara dari Sebuah Pertanyaan
Tidak akan lebih detail membahas mengenai filsafat pada masa awalnya, namun yang perlu disadari ialah bagaimana cara berpikirnya yang kemudian dari apa yang telah dilakukan oleh Thales, yakin atau tidak, bermula hanya dengan simbol “ ? ” kita saat ini bisa merasakan kehidupan yang serba cepat.
Peradaban manusia seketika mengalami perkembangan ketika manusia mulai memikirkan perihal hal-hal dasar yang ada di dunia ini, lebih berani untuk berpikir kenapa dan bagaimana, sehingga hal-hal yang sebelumnya terkesan mustahil bisa diwujudkan.
Bahkan sedia kala dengan simbol “ ? ” manusia mampu menciptakan pakaian, tempat tinggal, perkakas rumah, berburu, bercocok tanam, dan membuat sesuatu apapun itu.
Itulah mengapa tidak salah jika bisa dikatakan bahwa peradaban manusia terbentuk dengan manusia berfilsafat.
Sadar tidak sadar, misalnya dari pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang asal-usul alam semesta bisa melahirkan ilmu fisika.
Pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana cara menjalankan negara dengan baik melahirkan sistem negara.
Pertanyaan tentang cara menjalankan suatu pertandingan olahraga yang adil melahirkan sebuah peraturan.
Hingga pertanyaan tentang bagaimana cara hidup yang baik dan benar melahirkan pemahaman dan keyakinan (ideologi).
Itulah salah satu guna filsafat di dunia, semua lahir dari sebuah pertanyaan tentang kehidupan. Dan ini bukanlah perihal filsafatnya, melainkan bagaimana manusia menggunakan akal pikirannya.
Rasa ingin tahu manusia akan banyaknya pertanyaan tentang kehidupan, yang dari pertanyaan itu kemudian melahirkan logika yang menjadi ilmu matematika, sebuah alat untuk mengukur semua hal di alam semesta ini.
Kemudian tak selesai sampai disitu dari hal tersebut menginspirasi lahirnya metode saintific, mencari tahu kebenaran lewat bukti tentang asal-usul alam semesta hingga bagaimana ia bekerja.
Dari ilmu sains tersebut kemudian juga digunakan kita untuk mencoba mengerti kompleksnya makhluk hidup, termasuk kita manusia.
Bagaimana tubuh dan otak seorang manusia bisa bekerja termasuk juga berkembang hingga bagaimana jutaan manusia yang punya otaknya masing-masing saling berinteraksi satu sama lain sampai membentuk masyarakat.
Dari fakta diatas, sudah tentu kita seharusnya semakin sadar bahwa akal yang kita miliki, kemampuan berpikir yang telah Allah install dalam diri kita merupakan anugerah yang sudah semestinya bisa dimanfaatkan dengan baik dan benar.
Menjadi manusia yang banyak memiliki pertanyaan kehidupan dan kritis seharusnya bukanlah masalah bagi manusia lainnya.
Karena kita tak bisa menafikkan bahwa hal-hal besar yang hadir di sekitar kita saat ini merupakan hasil buah pikiran manusia-manusia terdahulu yang tentunya bertanya-tanya soal kehidupan ini, sehingga dari hasil perenungannya tersebut ketika diaktualisasikan dalam kehidupan mempunyai pengaruh dan dampak yang cukup terasa bahkan hingga saat ini.
Maka dari itu, jika kita mungkin pernah terbenak dalam pikiran; “mengapa hidup ini penuh dengan tanda tanya”, ya, memang itu benar adanya.
Dan perasaan seperti itulah yang merupakan pemantik bagi kita untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, baik pertanyaan akan hal-hal sepele sampai hal-hal besar.
Allah Meminta Manusia Untuk Berpikir!
Mungkin dengan pembahasan diatas masih ada saja seorang muslim yang langsung berpikir negatif perihal filsafat atau segala jenis yang bersangkut paut dengannya.
Namun agaknya pemahaman seperti itu harus disingkirkan terlebih dahulu, karena dalam Al-quran banyak ayat yang ternyata Allah sendiri dalam kalam-Nya meminta kita untuk berpikir, bertanya-tanya, merenungi, dan menghayati perihal apa-apa yang ada dan terjadi di kehidupan ini.
Allah SWT biasanya menyindir hal tersebut dengan kalimat-kalimat yang posisinya di akhir ayat dengan kalimat; la’allakum tatafakkarun, afalaa ta’qiluun, in kuntum ta’qiluun, afalaa tatafakkarun, afalaa tatadzakkaruun, dan lain sebagainya.
Penggalan kalimat dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut memiliki satu kesatuan makna yang sebenarnya merujuk pada keharusan kita untuk senantiasa merenungi dan memikirkan segala sesuatu tentang kehidupan ini.
Agar pada gilirannya kita bisa mengambil pelajaran darinya, dan menjadikan hidup yang kita jalani ini terus dinamis, ada perubahan ke arah yang lebih baik, yang karena itulah Allah kemudian tak cukup sekali menyinggung akan hal itu dalam Al-Qur’an.
Dengan berangkat langsung dari kitab suci Al-Qur’an, seharusnya kita yang mengakunya sebagai umat muslim bisa memahami setiap ayat-ayatnya.
Ilmu yang tersedia dalam kehidupan ini banyak, salah satunya filsafat. Dalam filsafat sendiri kita akan dikenalkan dengan metode berpikir yang kritis dan dalam, dan itu tentu dirasa tidak bertentangan dengan Islam selagi dalam pelaksanaannya masih dalam koridor Islam.
Cukup jadikan filsafat sebagai alat. Dan ini tentu juga malah sangat selaras dengan apa yang sudah Allah sering singgung. Jadikan penghantar untuk pertanyaan tentang kehidupan.
Bukan malah pola berpikir kritis dan rasa ingin tau umat muslim dimanapun berada justru seolah dikurung dan dianggap sesat dan menyesatkan. Sehingga nantinya manusia cenderung akan terjebak dalam kejumudan.
Editor: Lail
Gambar: Pexels
Comments