Pedagang keliling adalah sahabat baik yang selalu mengerti kebutuhan masyarakat, terutama di kompleks perumahan, yang warganya mager buat beli kebutuhan.
Beragam hal bisa dijual oleh pedagang, mulai dari bahan mentah seperti sayur-mayur dan daging, makanan siap saji, hingga perlengkapan rumah tangga. Kehadiran pedagang keliling di sekitar kompleks perumahan membuat kehidupan penghuninya semakin semarak dan berwarna. Kok bisa? Ya bisa, karena banyak dari pedagang keliling yang menawarkan dagangan dengan cara nyeleneh.
Berikut ini tipe pedagang keliling yang nyeleneh:
1. Jualan Pakai Niat 50 Persen
Pedagang tipe ini suka datang tak diundang, pulang tak diantar, kedatangan dan kepergiannya seenak jidat. Niat berdagang hanya berkisar 50 persen. Tipikal pedagang yang jualan tapi gayanya kayak nggak butuh duit.
Ciri-cirinya baru teriak nawarin dagangan, tiba-tiba ngilang secepat kilat. Seringkali suara si bakul baru nyampe di telinga, itu pun masih proses dicerna, “Apa? Eh, dia jualan apa sih?”, tapi tiba-tiba menghilang. Begitu suaranya terdengar sekali lagi dan kini semakin jelas, calon pembeli berlari kencang membuka pintu. Tapi, ketika pintu otw dibuka, lha kok si pedagang udah nggak ada lagi wujudnya? Raib. Hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak, kecuali sayup suaranya yang makin jauh di angkasa.
Banyak pembeli yang bingung, bakul ini niat jualan atau hanya numpang lewat macam kentut? Kehadirannya semu, namun membekas dan terngiang-ngiang dalam ingatan. Saya curiga, tipe pedagang keliling yang naik motor ngegas sambil nawarin dagangan, jangan-jangan motornya memiliki waktu tempuh berkecepatan cahaya!
2. Nawarin Dagangan Macam Ngajak Duel
Tipe pedagang ini sering ditemukan pada: tukang jual bubur, angsle, bakso, dan juga bakul timba. Cirinya, mereka menawarkan dagangan dengan media tertentu dan tanpa teriak-teriak. Kalau nawarin dagangan berasa lagi ngajak tawuran.
Contohnya, penjual Bakso Malang, mereka lewat dengan membunyikan kentongan sehingga menghasilkan bunyi, “tik tok tik tok”, yang biasanya dipukul dengan asal-asalan pun tuh kentongan sudah berbunyi kencang. Tapi kok ya ada aja yang nawarin bakso sambil mukul kentongan super ngegas.
Kelakukan pedagang bakso yang ngegas ini, nggak beda jauh sama pedagang angsle dan bubur yyam, yang membunyikan garpu ke mangkoknya kenceng banget, sampai rasanya tuh mangkok mau pecah.
Lebih epic lagi aksi jualan ala pedagang timba. Bawa setumpuk timba di atas kepala, terus tangannya memukulkan kedua timba di masing-masing tangan kanan dan kiri. Mereka memukul kedua timba di tangan dengan kencang sampai menghasilkan suara dentuman mirip meriam.
3. Speaker Berjalan
Pedagang yang jualan pakai speaker berjalan itu sebenarnya lagi melakukan proses cuci otak atau gimana to? Mereka bisa muterin jingle khusus yang nadanya selalu terngiang-ngiang seumur hidup. Sepanjang dia nawarin dagangan, tuh jingle selalu muncul dengan suara speaker super kenceng.
Sekalipun udah ada yang beli dagangannya, tuh jingle di speaker selalu on. Si pedagang apa nggak stres dan berasa dicuci otaknya? Setiap hari, berkilo-kilo meter, mereka berjualan sambil dengerin jingle yang sama dengan speaker super kenceng.
Pedagang tahu bulat, susu murni nasional, dan sari roti adalah segelintir contoh pedagang tipe ini. Saking seringnya tuh bakul lewat dengan jingle yang sama, bahkan dari ujung jalan nun jauh disana pun, pembeli bisa mengidentifikasi dimanakah sang bakul berada.
4. Nyebut Jualan Seenaknya
Tipe pedagang keliling paling menyebalkan adalah mereka. Bayangkan, betapa menyebalkannya pembeli yang harus menerka apa yang lagi ditawarkan pedagang. Mau beli dagangannya aja harus mikir setengah mati, mereka niat jualan atau mau kasih soal Ujian Nasional?
Setiap bertemu pedagang yang nawarin dagangan dengan suara nggak jelas, ingin rasanya ku berikan kursus olah vokal. Dikasih kursus vokal, supaya ngerti gimana menggunakan artikulasi dengan jelas dalam menyebutkan barang dagangan.
Kalau jualan belut, harusnya disebut “B E L U T !”, bukan malah nyebut beberapa huruf saja, sehingga menjadi “U T”. Sedangkan huruf, “B”, “E”, “L” nya diucapkan dengan lebur. Nyusahin Bos! Mau beli aja harus deketin kuping di pintu buat memastikan, bakul ini jualan apa?
Mungkin si pedagang sengaja membuat para calon pembeli penasaran. Setidaknya si pembeli akan kepo karena penyebutan barang dagangan yang nggak jelas. Pembeli kepo, maka ia pun akan memanggil si bakul. Kemudian dengan sedikit terpaksa, pembeli harus beli dagangannya karena udah terlanjur dipanggil.
Namanya juga usaha, kadang-kadang pedagang pun harus menggunakan cara nyeleneh untuk menarik pembeli. Terlepas dari cara berjualan yang menyebalkan, si pedagang sudah berusaha keras untuk mendapatkan uang yang halal. Setidaknya orang-orang akan mengingat cara mereka menawarkan dagangan yang terbilang nyeleneh.
Editor : Hiz
Foto : Yaya Kids Station
Comments