Era digital hari ini menghadirkan beragam perusahaan layanan serba digital. Salah satu yang paling populer adalah pinjaman online (pinjol). Selain itu, ada juga bank digital. Lalu, ada pula provider internet digital.
FYI, di Indonesia sudah ada beberapa provider digital. Meski masih menginduk ke provider lama, seperti by.U yang masih menginduk ke Telkomsel, serta Live.On yang menginduk ke XL.
Walaupun sudah hampir empat tahun provider digital ada di Indonesia, faktanya mereka belum mampu menggeser pemain lama. Dilansir dari dataindonesia.id, hasil survei Populix pada maret 2023 menempatkan Telkomsel sebagai urutan pertama sebagai provider yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan 48 persen. Disusul Indosat di urutan dua dengan 26 persen. Dan, di urutan ketiga ada XL dengan 14 persen.
Sementara by.U hanya ada di posisi keenam. Dengan perolehan tiga persen saja. Alasan apa yang membuat orang masih enggan menggunakan provider digital? Mungkin artikel di bawah ini bisa membantu menjawabnya:
Kurang Populer
Tak kenal maka tak digunakan jasanya. Kalimat tersebut sepertinya masih berlaku bagi perusahaan jasa di bidang apa pun, tak terkecuali pada perusahaan jasa provider. Baik yang pemain lama, apalagi pemain baru macam provider digital.
Terus terang saja provider digital itu kurang begitu dikenal. Jangankan Live.On, by.U saja yang notabene provider digital pertama di Indonesia juga nggak begitu dikenal oleh masyarakat secara luas. Hanya segelintir orang saja yang mengenal provider digital. Itu pun yang betul-betul melek internet.
Nggak Punya Kantor Customer Care
Sehebat apa pun provider digital dalam melayani segala kebutuhan melalui daring, konsumen bakal tetap membutuhkan customer care, terutama untuk kebutuhan yang mendesak, misalnya kartu provider kita mengalami kerusakan. Jika kita berangkat ke customer care untuk menyelesaikan masalah tersebut, pulang dari sana kita sudah mendapat kartu provider baru untuk menggantikan yang rusak.
Sedangkan provider digital perlu mengajukan permintaan penggantian kartu di aplikasi mereka. Setelah mengajukan permintaan pergantian, kita perlu menunggu beberapa hari sampai kartu provider barunya sampai di tangan. Bayangkan jika nomor itu dibutuhkan untuk kepentingan bisnis. Andai nggak aktif beberapa hari saja, mesti banyak rejeki yang lewat.
Oleh karena itu, kantor customer care tetap dibutuhkan untuk bisnis apa pun, termasuk bisnis provider digital, guna memberikan layanan terbaik untuk para konsumennya.
Belum Banyak Masyarakat yang Mengikuti Perkembangan Teknologi
Kalau ditanya lebih banyak, mana orang yang mengikuti perkembangan teknologi dengan orang yang nggak mengikuti, saya bakal jawab lebih banyak orang yang nggak mengikuti perkembangan teknologi. Orang-orang yang nggak mengikuti perkembangan teknologi ini kemungkinan besar nggak akan jadi pengguna provider digital. Mengingat orang yang tau dan kenal provider digital mayoritas yang paham teknologi.
Dalam perkara ini provider digital nggak bisa disudutkan. Soalnya pangsa pasar mereka bukan menyasar orang yang gaptek (Gagap teknologi). Melainkan, orang yang melek teknologi, dengan segala gemerlap perkembangannya.
Kepercayaan Konsumen Terhadap Provider Digital Nggak Setinggi Provider Lama
Kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk begitu penting di mata perusahaan. Makanya, perusahaan sangat menjaga kepercayaan konsumen. Dengan berbagai caranya masing-masing. Nggak ada satu pun perusahaan di dunia ini yang dengan sengaja dan sadar memberikan pelayanan kurang baik terhadap konsumennya.
Sayangnya, kepercayaan konsumen terhadap provider digital belum setinggi ke provider lama. Nggak percaya? Silakan tanya ke teman-teman sekitar kamu, mereka lebih percaya jaringan yang dimiliki Telkomsel atau by.U. Pasti lebih banyak teman kamu yang percaya dengan Telkomsel. Padahal, jaringan Telkomsel dengan by.U itu sama saja. Karena by.U masih numpang ke Telkomsel.
Hanya Menyasar Anak Muda
Saya curiga, provider digital dibuat bukan untuk jadi market leader di dunia provider. Bukan hanya karena provider digital masih menginduk pada provider lama. Provider digital juga hanya menyasar golongan anak muda saja. Golongan anak mudanya juga begitu spesifik, yaitu anak muda yang melek internet.
Andai target pasar provider digital dibuat lebih universal. Dengan cara membuat penawaran yang jauh lebih menarik untuk setiap orang. niscaya pengguna provider digital bisa berasal dari beragam golongan, mau tua atau muda, tak kenal usia dan latar belakang.
Penawaran Paket yang Hanya Berfokus pada Kuota Internet
Menurut saya, penawaran paket provider digital begitu segmented. Hanya untuk anak muda yang sudah kecanduan medsos, atau doyan main game mobile di HP, sebab penawaran paket provider digital hanya berfokus pada kuota internet.
Saya nggak bilang penawaran paket provider digital nggak menarik, ya. Tapi, tidak untuk semua orang. Ada segelintir konsumen yang nggak hanya butuh kuota saja. Butuh juga telpon dan sms. Sekali pun jumlah konsumennya nggak banyak.
Bagi konsumen yang membutuhkan internet, telpon dan sms dalam satu paket terjangkau, hal itu telah diakomodir oleh provider lama, seperti Telkomsel melalui paket combonya. Provider digital bisa gitu nggak?
Begitu sekiranya beragam hal yang membuat orang enggan menggunakan jasa provider digital. Harapan saya nggak muluk-muluk ke provider digital, semoga kekurangan di atas bisa dijadikan bahan evaluasi. Guna memberikan layanan dan penawaran paket terbaik kepada konsumen.
Editor: Yud
Gambar: Pexels
Comments