Pandemi Covid-19 ini sudah memasuki tahun kedua di Indonesia. Sejak Maret 2020 silam, berbagai cara telah kita lakukan demi mencegah bertambahnya kasus positif. Beberapa wilayah melakukan lockdown mandiri, PSBB, PPKM Mikro, hingga saat ini pemerintah memutuskan untuk melakukan PPKM Darurat. Di mana kantor kembali WFH, pembelajaran tatap muka kembali diundur, tempat-tempat keramaian ditutup, karena naiknya kasus baru secara signifikan.

Tanpa disadari, munculnya pandemi ini telah mengajarkan kita sesuatu yang sebelum pandemi datang maka akan sulit didapatkan. Atau bahkan, jika pandemi ini tidak datang, bisa-bisa kita tidak bisa mendapatkannya. Apa yang telah kita dapat?

Hubungan Keluarga Jadi Harmonis

Sekolah ditutup, kantor WFH, adalah salah satu keuntungan besar bagi seorang anak untuk dekat dengan orang tuanya. Begitu juga sebaliknya. Di mana orang tua banyak waktu untuk anaknya. Setiap hari ada waktu kumpul keluarga. Mulai dari makan bareng, ngobrol sambil nonton televisi, bahkan bisa bermain bersama.

Sebelum ada pandemi, anak rantau terkadang hanya bisa bertemu orang tua hanya ketika momen lebaran Idulfitri. Ketika anak di rumah masih sekolah, ayah pergi bekerja sebelum anak bangun dan pulang setelah anak tidur. Ini sering saya saksikan. Bahkan beberapa teman saya yang berada di perumahan, dia lebih banyak bersama pembantunya dibanding kedua orang tuanya. Pandemi ini telah menjadikan hubungan keluarga semakin harmonis.

Bermasyarakat Semakin Baik

Di kampung saya tidak pernah mengadakan ronda sebelumnya. Akhirnya sejak adanya pandemi kampung saya mendirikan beberapa posko ronda. Para pegawai negeri sipil atau aparatur negara juga ikut ronda. Mulai dari orang tua, anak remaja, pemuda, hingga sesepuh kampung ikut ronda. Akhirnya, setiap malam ada obrolan bersama antar warga. Bahkan sesekali, di tempat ronda mereka saling bertukar ide untuk menanggulangi bencana Covid-19.

Secara tidak langsung, pandemi ini telah mempererat tali silaturahmi sesama warga. Tidak dapat jatah ronda saja tetap main ke posko ronda meski hanya sekadar bermain remi atau domino. Grup kampung yang biasanya sepi pun mulai berdering setiap saat, meski isinya terkait Covid-19 melulu. Minimal, saling sapa antar warga itu terjadi setiap hari.

Sering Membaca

Terutama berita. Masyarakat Indonesia semakin hobi membaca. Saya melihat beberapa grup WA saya banyak share-share berita Covid-19, utamanya WA kampung. Lalu, sesama warga saling balas pesan dengan mengambil referensi dari media massa lain. Pola semacam ini bagus bagi Indonesia. Sebab, Indonesia masih berstatus bacaan rendah. Koran yang selama ini menjadi pajangan di suatu jalan kampung, bahkan sampai saya lihat dibawa sampai ke pos ronda.

Setiap orang mempunyai berita baru. Ada yang share WA tentang cara ibadah di masa pandemi dari ulama. Secara tidak langsung akan menambah wawasan warga tentang ibadah ala pandemi tersebut. Ada yang share info menjaga diri dan keluarga sesuai protokol kesehatan. WAG kampung mendadak jadi ladang informasi. Mau tidak mau masyarakat akan banyak membacanya.

Hidup Jadi Kreatif

Banyak terobosan melewati lika-liku pandemi ini. Ketika pemerintah memutuskan peraturan secara mendadak, masyarakat dituntut untuk kreatif mengatur kehidupan utamanya di bagian ekonomi keluarga. Ketika kantor dan pabrik ditutup, masyarakat langsung mencari pekerjaan sampingan sedapatnya dan secepatnya. Ada yang membuka angkringan online. Ada yang buka jasa loundry kilat antar jemput. Dan masih banyak lagi.

Pandemi ini memang merugikan banyak orang dan banyak hal. Tetapi, sedih saja tidak cukup. Kita bisa-bisa malah hanya buang-buang waktu kalau setiap hari hanya bersedih. Sebaliknya, kita harus tetap bersyukur saat diberikan kesehatan dan menggunakannya dengan baik.