Dulu, saya adalah penikmat dark jokes, bagi saya, humor gelap tersebut cukup meningkatkan mood saat diserang badai tugas perkuliahan, setidaknya saya meyakini itu.
Namun, ketika paman Coki masih dalam proses “penyembuhan”, secara kebetulan saya sering bertemu dengan humor bapak-bapak, alias Dad jokes. Saya baru tahu kalau humor ini ternyata memiliki pengikut yang cukup berserakan di berbagai media sosial, bahkan kemarin di twiter sempat menjadi tranding topik.
Meski demikian, dad jokes sering diremehkan dan dianggap garing. “ah humor bapak-bapak”. Hey! Sejak kapan humor memiliki rentan usia? Kalau lucu, mah, lucu aja kali.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan si Dad jokes, niatnya pengin ngelawak, eh malah dapet hinaan. Berbeda banget dengan si Dark jokes yang sering menertawakan fisik, kemiskinan, atau nasib buruk seseorang, tapi malah mendapat pengikut yang cukup fantastis. Bahkan jumlah video dark jokes yang mereka tonton lebih banyak daripada jumlah rakaat salatnya tiap hari.
Chaakkssz
Di rumah, saya memiliki guru yang sering banget mengeluarkan Dad jokes ketika bertemu. Dulu ketika blio mengeluarkan humornya, saya terpaksa senyum dikit untuk menghargai usahanya, meski aslinya mbatin “opo seh?”
Namun, kini saya mulai menikmati humor jenis ini. Entah karena faktor usia atau memang mulai paham di mana letak lucunya.
Jika diamati, dad jokes adalah humor paling aman karena jarang menyinggung orang lain. Selain itu, humor ini sering diakhiri dengan kalimat “xixixi ngakak abieszzt”. Penutup ini menjadi semakin lucu ketika humor yang disampaikan tidak terlalu lucu. Iya, sih, memang terkesan aneh, tapi keanehan itu adalah seni dari genre humor ini yang menyebabkan kelucuan tersendiri.
Tentu saja setiap humor tidak bisa membuat semua orang ketawa, pasti ada saja yang mbatin “hah, mana lucunya?”. Karena itu balik lagi pada selera. Lah wong makanan senikmat sate klathak saja ada yang nggak suka kok, apalagi sekadar humor bapak-bapak.
Jika dibedah lebih serius, Dad jokess ini mirip dengan humornya Uus yang kadar kelucuannya sangat receh sekali. Receh di sini yakni tidak membuat ketawa ngakak, cukup senyum, nyengir, dan mbatin “wasyuuu”.
Misalnya kayak gini: Apa bahasa inggrisnya ikan sapu-sapu? jawabannya adalah cleaning share fish.
Gimana? Nyengir kan?
Kalau dikaji lebih mendalam lagi, dad jokes ini ternyata mirip loh dengan jokes Frimawan, salah satu Stand Up Comedian jebolan SUCI 5 yang jurus andalannya adalah menggunakan satu diksi yang memiliki arti ganda dalam sebuah kalimat, sehingga memaksa kita mikir untuk menemukan di mana lucunya.
Misal seperti ini:
Sarung adalah benda paling cerdas. Sarung kalau ikut loma cerdas cermat, dia pasti bisa menjawab semua pertanyaan, karena sarung tidak pernah pas.
Butuh beberapa detik untuk mencerna humor ini. Namun ketika sudah paham, saya jamin Anda akan ketawa, atau minimal nyengir sambil mbatin “wasyuuu”.
Komposisi kalimat dengan diksi yang bermakna ganda juga dapat dengan mudah kita jumpai pada dad jokes, misalnya: Orang jelek kalau lomba tarik tambang pasti kalah, karena nggak menarik.
Atau contoh lain: kemarin ketika belanja di perlengkapan bayi, saya diberitahu oleh bapak saya untuk jangan berisik, soalnya ada susu bubuk.
Yah, terlihat sederhana sekali humor ini. Namun saya yakin diperlukan sosok yang cerdas untuk membuatnya.
Selain bermain dengan diksi, Dad jokes juga sering bermain dengan pelafalan, khususnya dipakai dalam sebuah teks, karena humor ini memang lebih sering hadir secara verbal di beberapa media sosial daripada humor panggung, misalnya: Lagi dengerin dangdut, eh yang nyanyi batuk mulu, ternyata yang nyanyi Elvi suka es sih. Xixix ngakak abiieezt.
Bagi saya, humor dad jokes ini sangat layak diberi “panggung” untuk menghibur masyarakat. Selain karena lucu, humor ini juga tidak menyinggung banyak pihak. Dulu, ketika menikmati dark Jokes, saya sering mbatin “ini pantes nggak sih diketawain?”. Namun, dad jokes tidak demikian.
Sudah saatnya si “Chaakkss” keluar, dan digantikan oleh xixixi ngakak abieszzt.
Editor : Hiz
Foto : Pexels
Comments