Siapa yang pernah bermain meriam bambu semasa kecil?
Menunggu waktu buka biasanya diisi dengan beragam hal. Ngaji, nonton video, main gadget, main game, dan kegiatan lain yang bikin kita nggak ngerasa kalo waktu buka itu sudah dekat. Istilah itu umumnya kita sebut sebagai ngabuburit.
Dulu di era 90-an saat teknologi belum secanggih sekarang ini. Orang-orang masih mengandalkan permainan tradisional untuk menghabiskan waktu menunggu buka puasa.
Permainan-premainan seperti kelereng, congklak, boi-boian, bola bekel, gasing dan sebagainya masih menjadi kegemaran di masa itu. Namun semakin ke sini, permainan-permainan ini mulai ditinggalkan. Sebab orang-orang lebih suka memainkan gadget dengan segala kecangihan yang ditawarkannya.
Omong-omong tentang permainan, ada beberapa jenis permainan yang mungkin sampai saat ini masih ramai dimainkan apalagi saat bulan puasa. Permainan itu identik dengan ledakan. Umumnya dimainkan mulai pagi selepas subuh hingga sore menjelang buka.
Untuk mengetahui permainan apa saja itu, saya sudah merangkumnya ke dalam daftar di bawah ini.
#1 Meriam bambu
Anak era 90-an pasti sudah nggak asing dengan permainan ini. Permainan ini merupakan salah satu permainan yang paling populer di seluruh wilayah Nusantara. Umumnya, meriam bambu ini diledakkan menggunakan karbit atau minyak tanah. Sisa menyulut api di bagian belakang bambu yang sudah dilubangi untuk membuatnya bekerja.
Cara membuat meriam ini cukup sederhana. Siapkan bambu diameter sepuluh sentimeter atau lebih. Potong beberapa ruas bambu dengan panjang satu sampai satu setengah meter. Setiap ruas bambu dilubangi kecuali di bagian belakang. Bagian belakang bambu ini yang kemudian berfungsi sebagai tempat lubang sumbu. Sisa memasukkan minyak tanah secukupnya melalui lubang yang telah dibuat. Sulut dengan api. Duarrr. Meriamnya telah bekerja.
#2 Petasan busi
Di awal era 2000-an saya termasuk orang yang sering memainkan permainan ini untuk mengisi waktu menunggu saat berbuka. Selain suara, yang memberi keseruan saat bermain petasan ini adalah saat businya terpental ke atas sesaat setelah meledak.
Petasan busi ini diledakkan menggunakan fosfor korek api kayu dan dimainkan dengan cara dilempar. Saat penutup businya beradu benda keras, maka akan menciptakan ledakan yang membuatnya terpental jauh ke atas.
Saat ingin memainkan permainan ini sebaiknya mencari tempat yang sepi dilalui orang, bisa juga mencari tempat yang jauh dari pemukiman penduduk. Sebab bisa jadi masalah, jika busi yang terlontar ke atas setelah meledak ini mengenai kepala atau malah jatuh ke atas rumah penduduk.
Duuuuh. Jadi bernostalgia masa kecil.
#3 Petasan pentil
Penggunaan petasan pentil ini tidak jauh beda dengan petasan busi. Cara kerjanya sama, mengandalkan fosfor korek api kayu sebagai bahan peledak. Namun dibandingkan dengan petasan busi, petasan pentil ini lebih aman karena punya daya ledak kecil. Selain itu, petasan ini juga bisa dimainkan di mana saja.
Penggunaan petasan pentil ini pun lebih hemat jika dibandingkan petasan busi. Jika petasan busi membutuhkan lima sampai tujuh batang korek api kayu, petasan petil hanya membutuhkan dua sampai tiga batang korek kayu. Satu kotak korek api kayu, cukup membuat kalian bisa memainkannya berkali-kali.
Namun semakin kesini, petasan jenis ini sudah jarang terlihat dimainkan. Mungkin karena selain daya ledaknya yang kurang greget, pembuatannya pun tergolong cukup ribet.
#4 Meriam kaleng
Meriam kaleng ini muncul belakangan bahkan termasuk meriam yang paling ramai dimainkan saat ini. Menggunakan spirtus sebagai bahan peledak, suara yang dihasilkan dari meriam kaleng ini cukup besar.
Di platform media sosial seperti TikTok, kerap kita melihat aksi seseorang yang memamerkan suara meriam kaleng hasil buatannya. Bahkan nggak jarang para pemilik meriam kaleng ini memenuhi permintaan pengguna TikTok lain untuk menyemprot spirtus dalam jumlah tertentu. Sebab diyakini semakin banyak semprotan spirtus ke dalam meriam kaleng, maka semakin besar pula suara yang dihasilkan.
Selain karena suaranya yang besar serta praktis dibawa, harga spirtus yang murah mungkin menjadi pertimbangan sehingga lebih banyak orang yang memilih memainkan meriam jenis ini ketimbang meriam jenis bambu.
Comments