Siapa sih yang tidak menyukai permainan? Baik kalangan muda atau tua sepertinya sepakat senang dengan memainkan suatu permainan. Bahkan beberapa diantara kita sempat lupa waktu jika terlanjur asyik bermain. Tidak berhenti di situ, ada juga yang tenggelam dalam candu dua permainan ini.
Aktivitas satu ini sering diidentikan dengan hal yang negatif. Padahal tidak semua permainan itu berdampak buruk, asal melakukannya dalam batas wajar dan tidak berlebihan. Seperti dua permainan ini yang mampu memberikan edukasi finansial pada generasi milenial.
Kedua permainan tersebut yakni dakon dan monopoli. Meskipun permainan ini tergolong pada permainan jadul atau lama, namun jangan di remehkan fungsinya sebagai media belajar mengatur keuangan. Penasaran bukan kenapa mereka bisa dikatakan permainan yang mampu ajarkan kita mengenai literasi keuangan? Simak ulasan lengkap di bawah ini, milenial.
Dakon atau congklak
Rupa dakon berbentuk sebilah papan yang memanjang dan memiliki beberapa lubang saling berhadapan. Masing – masing lubang terdiri dari 7 lubang kecil. Bahan dasar papan dakon beraneka ragam mulai dari plastik, kayu hingga logam. Isian dakon juga bisa berasal dari biji –bijian plastik, batu atau bahkan cangkang kerang yang ukurannnya kecil.
Pada era digital seperti sekarang ini, memang jarang atau nyaris punah menemukan orang bermain dakon. Permaianan yang berisi 16 lubang ini tidak sekedar berbentuk seperti itu saja. Ada makna atau filosofi terendiri mengapa papan dakon ini berisi 16 lubang dengan 2 lubang besar di ujung papan.
Ketahuilah dengan bermain dakon, secara tidak sadar, kita diajarkan agar mampu mengalokasikan uang kita secara tepat dan bijak. Sistem permainan dakon ini adalah pemain diharapkan mampu membagi rata isian ke dalam masing – masing lubang. Tentu saja dengan sistem permainan tersebut, kita belajar bahwa saat kita mendapatkan uang atau rezeki maka hendaknya jangan terlena untuk foya-foya.
Sebab masi ada pos – pos pengeluaran yang terbagi menjadi beberapa kebutuhan yakni kebutuhan mendesak, dasar dan tambahan. Permainan ini juga mengajarkan supaya jangan terlalu fokus pada satu pengeluaran. Sebab setiap manusia punya berbagai pengeluaran yang berbeda.
Perlu di ingat bila aset kalian belum sebanyak selebgram Aw Karin maka jangan adopsi visi – misi dia, yakni visi foya sedangkan misi foya juga. Bila digabungkan maka visi – misi menjadi foya – foya don’t play – play bosquh. Justru yang ada malah foya – foya berujung huru – hara dan berimbas petaka. Pasti kalian tidak ingin perkara itu terjadi kan?
Sadar atau tidak ketika memainkan dakon bahkan lubang lawan juga perlu di isi menggunakan isi – isian itu. Hal ini menandakan bahwa saat kita memiliki rezeki yang lebih dari cukup, jangan lupa berbagi sebab diantara banyaknya rezeki yang diperoleh ada hak rezeki orang lain di dalamnya.
Permainan Monopoli
Selain permainan tradisional dakon yang mampu mengingatkan kita tentang perlunya mengatur keuangan, ada permainan monopoli yang tidak kalah pentingnya mengenai penggunaan uang. Seperti yang kita tahu, saat memainkan monopoli masing – masing akan memeroleh beberapa lembaran uang mainan.
Lalu uang tersebut bisa di tukar dengan aset mainan berupa tanah dan rumah. Nah, dari permainan ini kita menjadi mengerti jika aset berupa tanah dan rumah itu penting. Terlebih tanah, bayangkan populasi manusia seiring berjalannya waktu terus bertambah sedangkan jumlah tanah di dunia ini akan tetap sampai kapanpun. Tidak mampu bertambah. Maka jangan heran bila haga aset tanah selalu melonjak tinggi tiap tahunnya.
Dari permainan monopoli ini kita belajar agar bisa membelanjakan uang dengan baik, yakni membeli aset berupa tanah dan rumah. Selain itu, dalam monopoli juga menyediakan pilihan hutang bagi kondisi tertentu. Akan tetapi tentu kita perlu hati – hati dalam memilih opsi tersebut sebab permainan monopoli juga memberikan ruang penjara. Maka jangan sampai salah langkah.
Begitulah kiranya beberapa permainan yang mampu mengedukasi perihal keuangan. Coba kalian pilih tim permainan yang mana nih? Lebih suka permainan dakon atau monopoli?
Editor: Nawa
Gambar: Lifepal
Comments