“Tarik siiiiss, semongko!” Teriakan seorang anak memecahkan kantuk saya. Hari masih pagi, tapi anak-anak tetangga sudah rajin sepedaan kesana kemari. Hampir setiap pagi saya mendengar mereka bermain, bersepeda, berteriak, tertawa, bahkan bernyanyi setiap melintasi jalan depan rumah. 

Kedengarannya menyenangkan bisa memulai pagi seperti mereka. Ceria, gembira, dan yang jelas tak perlu risau tentang kuliah, kerja, maupun UTBK. Kegiatan mereka adalah bermain, bertengkar, dan tidur siang. Saya sering menikmati berisiknya mereka dari dalam rumah. Kalau tidak teriak main petak umpat, menangis, ya bernyanyi lagu-lagu remix tiktok hits yang familiar di telinga anak-anak ini. 

Earworm dan lagu tiktok

Sebenarnya lagu tiktok adalah lagu pada umumnya yang diremix sedemikian rupa hingga punya ritme yang asik untuk berjoget di tiktok. Jadi izinkan saya menyebutnya lagu tiktok. Tidak hanya bagi anak-anak. Lagu tiktok memang sangat mudah tersimpan di memori kepala. Biasanya suka muncul tiba-tiba saat sedang cuci muka. Peristiwa lagu terngiang-ngiang di kepala ini disebut earworm. 

Earworm bahkan sering terjadi meski itu bukan lagu yang kita suka. Sama seperti jingle iklan toko online yang seringkali kita dengar, lagu tiktok yang overplayed dengan lirik berulang pastilah mudah tertancap di kepala tanpa diminta. Jadi earworm ini nggak mesti terjadi oleh lagu-lagu bagus, yang penting ear catching dan sesering mungkin didengar telinga. Jadi memang tidak heran kalau anak-anak tetangga saya sering nyanyi lagu-lagu tiktok setiap pagi.

Alternatif lagu untuk anak

Mungkin sebagian orang atau bahkan orangtua tidak mempermasalahkan lagu tiktok yang dinyanyikan anak-anak mereka. Namun, tidakkah lebih menyenangkan jika mereka gembira bersama lagu-lagu gembira yang cocok untuk mereka? Iya, lagu anak-anak. Tidak tega rasanya ketika mendengar mereka menyanyikan lagu-lagu cidro milik Denny Caknan. Patah hati tidak semenyenangkan itu anak-anak. 

Maka biarkan saya memperkenalkan Naura, penyanyi cilik idola saya. Anak kelahiran 2005 ini debut di usia 8 tahun dengan albumnya yang berjudul Dongeng. Lagu Naura usia 8 tahun memang bukan lagu anak sederhana seperti Potong Bebek Angsa atau Aku Punya Ikan milik penyanyi cilik Saga. Lirik dalam setiap lagu Naura punya makna dan spirit positif yang dalam bagi setiap pendengarnya. Bahkan bagi orang dewasa seperti saya.

Naura pandai sekali menyajikan lagu yang mengaduk-aduk emosi. Saya selalu tertular energi positif dari lagu Dunia Kita Penuh Cinta setiap kali mendengarnya. Di waktu yang lain, saya juga pernah menangis tengah malam bersama lagu Dikelilingi Cinta. 

Yap, lagu Naura banyak dan beragam. Ada yang seperti hymne dan membuat terbawa perasaan sendu, ada pula yang enerjik dan bisa untuk joget tiktok. Dalam konsernya, Naura memang khas  dalam membawakan lagu-lagunya bersama tarian koreografi yang keren. Sepertinya menyenangkan bisa datang ke Konser Dongeng Naura dan bernyanyi bersama anak-anak di sana.

Prestasi Naura tidak perlu diragukan lagi. Sudah empat kali ia didapuk sebagai penerima Anugerah Musik Indonesia kategori lagu anak. Ia juga bermain film musikal Naura & Genk Juara serta film DoReMi & You yang rilis tahun 2020 lalu. Di kedua film itu berisi lagu-lagu yang ia nyanyikan bersama teman-temannya.

Tidak hanya bernyanyi, tapi juga menginspirasi

Naura remaja tumbuh dengan kedewasaan yang membuat saya iri. Dalam podcast Sandiaga Uno empat bulan lalu, ia banyak menceritakan pengalamannya sebagai seniman musik yang memulai karir sejak dini. Meskipun lahir dari keluarga penyanyi Rafionola (Nola personil AB Three), Naura tetap ditempa untuk berjuang penuh dalam karirnya. Pada Oktober 2020 lalu, ia pun meluncurkan podcastnya yang bernama Naw You Tell Me sebagai wadah berbagi cerita tentang kehidupan, mental health, dan isu-isu remaja seusianya.

Fakta menarik bahwa saya menulis artikel ini sembari mendengar lagu-lagu Naura adalah bukti bahwa Naura benar-benar menginspirasi. Terimakasih Naura sudah menemani. 

Kita tidak kekurangan lagu anak

Naura hanyalah satu contoh dari saya. Masih ada Neona, adik Naura yang juga berkecimpung di dunia musik anak Indonesia. Masih ada penyanyi anak berbakat lainnya yang saya tidak tahu. Indonesia sendiri sering mengadakan kontes bernyanyi bagi anak. Tapi seringkali lagu yang dibawakan bukan lagu anak. Saya mengerti, hal ini mungkin terjadi karena tingkat kerumitan lagu anak kebanyakan bukanlah level yang pas untuk menguji skill bernyanyi para kontestan. Tapi cobalah dengar lagu-lagu Naura dan lihat bagaimana level bernyanyinya. 

Dengan banyaknya jebolan kontes bernyanyi anak setiap tahun, ini membuktikan bahwa kita tidak kekurangan penyanyi anak. Jika tidak kekurangan penyanyi anak, semestinya sebanding dengan tidak kekrangan lagu anak. Saya harap follow up dari kontes bernyanyi anak adalah mereka bisa menciptakan lagu anak. Agar ketika diminta menyanyikan lagu anak kita punya pilihan selain hanya mengenang lagu keemasan Sherina dan Tasya Kamila.

Biarkan anak senang dengan lagu anak dan galau dengan lagu anak pula. Sebagaimana lagu Bully oleh Naura adalah cerminan kegalauan versi anak. Bukan lagu patah hati ditinggal selingkuh sang pujaan hati.

Seperti yang saya utarakan sebelumnya, bahwa lagu bisa familiar adalah karena intensitas pemutarannya. Ini bukan perkara kita kekurangan lagu anak, tapi kita mesti membuatnya familiar bagi anak-anak. Kita harus melakukannya agar lebih banyak lagi seniman musik anak Indonesia yang mewarnai hari kita dengan karya-karya mereka.

Penyunting: Halimah
Sumber gambar: Blog Alfacart