Ketika film Filosofi Kopi booming, saya adalah orang yang ikut terkena racunnya. Melihat kopi yang diceritakan sangat elegan dalam film ini membuat ketertarikan saya untuk mendalami seluk beluk kopi begitu besar. Bahkan saya sudah sempat googling, tentang bagaimana cara menjadi seorang penikmat kopi sejati.
Dari berbagai sumber yang saya temui. Syarat utama untuk menjadi seorang pencinta kopi yaitu harus meminum kopi espresso. Bisa dikatakan espresso ini adalah intinya minuman kopi. Orang belum sah dikatakan sebagai penikmat kopi jika belum meminum espresso.
Sebagai orang yang buta tentang perkopian, tanpa mencari tahu lebih dalam mengenai espresso, saya langsung menuju ke coffe shop terdekat untuk mencoba minuman kopi ini. Yang mana hal tersebut adalah sebuah penyesalan yang seharusnya tidak dilakukan.
Ketika sampai di coffe shop, saya langsung memesan espresso ukuran besar seharga Rp 20.000. karena kebetulan saat itu saya sedang haus. Setelah memesan, saya sempat dibuat kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan Mbak barista kepada saya. “Masnya udah pernah minum espresso?”. Walaupun saya belum pernah minum, tapi karena gengsi saya bilang pernah meminumnya.
Saya sedikit bertanya-tanya, apa maksud si mbak barista bertanya demikian. Apakah penampilan saya tidak mencerminkan seorang pecinta kopi? Sehingga mbak barista mencoba untuk memvalidasinya? Semoga saja pertanyaan itu hanya untuk basa-basi saja.
Ketika sampai di meja, saya sempat dibuat bingung dengan apa yang disajikan kepada saya. Ada dua gelas disajikan ke saya. Satu gelas seukuran ibu jari orang dewasa yang berisi cairan hitam kental. Satunya lagi segelas air putih ukuran medium. Dalam hati saya bertanya-tanya “mana kopinya?” Sempat saya ingin menanyakannya ke Mbak barista, “Mbak kopi saya mana?”. Namun itu semua tidak mungkin saya lakukan, karena di awal tadi saya sudah bilang jika pernah minum espresso.
Namun karena aroma yang kuat dari cairan hitam tersebut, saya dapat pastikan bahwa itu adalah kopinya. Tapi saya sempat bingung. Perasaan tadi di awal saya pesan ukuran besar, tapi kok yang datang cuma seloki cairan hitam pekat ini. Di situ juga ada air putih, apa jangan-jangan lagi ada promo, beli espresso gratis air putih.
Tanpa melakukan selidik terlebih dahulu, saya langsung menyruput kopi berwarna hitam pekat tersebut. Dan booom. Sejak saat itu, semua persepsi saya terhadap rasa kopi berubah. Rasa pahit yang luar biasa dari cairan hitam yang disebut espresso ini, seakan merusak tatanan saraf indra pengecap saya.
Saya sangat kaget dengan sensasi rasa yang dihadirkan, karena rasa kopi yang ada di benak saya selama ini tidak demikian. Bagi saya, rasa kopi itu, ya seperti Good Day, Coffemix, dan produk sejenisnya. Namun setelah meraskan espresso, persepsi rasa terhadap kopi buyar. Tujuan awal saya yang ingin menikmati kopi, justru berakhir dengan rasa traumatis yang cukup mendalam.
Pada saat itu saya merasa tertipu. Saya merasa, ungkapan yang mengatakan bahwa espresso adalah minuman wajib sebelum menjadi penikmat kopi, adalah omong kosong saja. Namun setelah saya riset lebih mendalam. Ternyata langkah yang saya ambil itu salah. Harusnya, jika ingin menjadi penikmat kopi, mulailah dari kopi yang tidak terlalu berat.
Hal terpenting adalah pelajari dulu seluk beluk rasa kopi. Jangan seperti saya yang tiba-tiba langsung minum espresso. Kapasitas lidah penikmat kopi pemula untuk menerima setiap rasa yang ada di espresso bisa dikatakan belum terlatih. Sehingga ketika nyruput espresso, ya kaget.
Editor: Nawa
Gambar: Republika
Comments