Kesuksesan adalah suatu keadaan yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Banyak orang yang terlena dengan sawang sinawang, karena di dalamnya banyak ditemukan kenikmatan-kenikmatan yang tiada duanya. Oleh karena itu, banyak orang yang berjuang mati-matian untuk menuju ke sana.

Bahkan ada yang sampai ‘menghalalkan’ segala cara demi meraih kesuksesan tersebut, Na’udzubillah. Sudah jamak dipikiran orang bahwa sukses itu ketika seseorang dapat menjadi pejabat. Padahal Gus Dur pernah berkata, tidak ada jabatan di dunia yang perlu dipertahankan mati-matian.

Tidak ada salahnya Jika memandang kesuksesan adalah ketika menjadi pejabat atau apapun itu, lebih-lebih pejabat di pemerintahan. Tetapi pandangan tersebut menjadi sempit jika menolak pandangan lain tentang kesuksesan. Jika menelisik lebih dalam lagi, banyak kok yang jadi pejabat di pemerintahan tetapi justru membuat kondisi negara menjadi kacau berantakan. Apakah hal seperti itu yang dinamakan kesuksesan? Saya rasa semua manusia setuju bahwa hal tersebut adalah jauh dari kesuksesan meskipun ia berhasil menjadi seorang pejabat. Dari sini, kesuksesan bukanlah sekedar kelak nanti jadi A ataupun B. Sukses adalah perkara kita komitmen dengan tugas-tugas kita. Jika kesuksesan yang dipandang adalah menjadi pejabat pemerintah, maka jadilah seorang pejabat yang amanah dalam menjalankan tugas-tugasnya, niscaya kesuksesan itu tidak akan kemana. Begitu juga ketika kita menjadi santri atau apapun itu.

Setiap orang itu unik

Melihat orang sukses terkadang memang membuat kita menjadi insecure, kok bisa ya dia sukses seperti itu, padahal sekolahnya tidur mulu? Kapan ya saya bisa sukses seperti pejabat-pejabat seperti itu? Sakit memang jika kita memahaminya seperti itu. padahal setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda-beda dalam mencapai kesuksesan dan inilah yang membuat setiap orang itu unik.

Keunikan inilah yang seharusnya dimanfaatkan oleh orang-orang, bukan malah insecure yang berlebihan. Karena dengan keunikan tersebut, kesuksesan itu akan datang dari arah yang tak diduga-duga. Jika parameter kesuksesan yang digunakan santri seperti diungkap di muka, maka jangan harap ada buah manis dari hasil kesuksesan yang diraihnya.

Sebagai seorang santri, tidak seharusnya lupa dengan apa yang menjadi tugasnya yaitu belajar dan mengajar. Santri dapat dikatakan sukses jika apa yang dipelajarinya di pondok menjadi bermanfaat baik bagi kehidupan dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Tidak jarang, demi menuju kesuksesan, seorang santri sampai rela melepas segala hal yang terkait dengan ke-santrian-nya seperti tidak ada bekas-bekas mondoknya gitu. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, sederhana kok kesuksesan ala santri itu. Cukup dengan mengajari ngaji adik-adik yang belum dapat ngaji (membaca Al-Qur’an) sampai dapat membacanya dengan baik dan benar adalah sebuah kesuksesan yang jarang dipikirkan oleh orang zaman sekarang.

Bayangkan saja jika adik-adik yang diajari tersebut suatu saat nanti menjadi orang-orang sukses seperti menjadi pejabat ataupun pengusaha atau apapun itu, dan juga menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Masyallah tidak ada ruginya sama sekali. Justru keuntungan yang akan  didapat berlipat-lipat. Keuntungan dunia juga dapat, keuntungan akhirat juga dapat. Siapa yang tidak mau seperti itu? Mau nggak, mau nggak? mau lah ya masa enggak. Hehe

Hidup itu sawang sinawang

Kata orang memang hidup itu sawang sinawang (melihat yang terlihat), padahal banyak hal yang belum kita lihat. Ibaratnya jika kita hanya melihat sisi enaknya saja pasti akan lupa dengan sisi tidak enaknya. Ketika seseorang telah mencapai kesuksesan, seringkali sebagai orang awam kita melihat hidupnya kok enak-enakan terus. Padahal tidak demikian. Menjadi apapun itu, bukanlah titik finish bagi seseorang untuk dikatakan sukses. Justru dari seseorang itu mencapai kesuksesan seperti berhasil menjadi pejabat adalah titik awal untuk meneruskan tonggak estafet kesuksesannya.

Baik santri ataupun pejabat, sama saja jika tidak melaksanakan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin. Citranya sebagai santri ataupun pejabat akan rusak dan parahnya kerusakan itu akan berdampak pada kelompok-kelompoknya, tidak hanya dirinya sendiri tetapi orang lain juga yang sejenis dengannya.

Oleh karena itu, meraih kesuksesan tidak menunggu ditentukan kelak menjadi apa, tetapi kesuksesan itu bisa dimulai dari sekarang. Dari hal-hal sederhana seperti mengajar ngaji. Jangan pikir mengajar ngaji tidak bisa menjadi orang sukses. Stop negative thinking, begin to doing the best as soon as possible.

Allah tidak menyuruh hambanya menjadi apa, tetapi Allah menyuruh hambanya untuk selalu bertaqwa kepadanya. Karena dengan ketaqwaan inilah orang-orang yang benar-benar sukses dan orang-orang yang ‘sekedar’ sukses dapat dibedakan.

Salam sukses!

Editor: Nawa

Gambar: Gudang Jogja