Sabar adalah suatu sikap menahan emosi (kemarahan atau lain sebagainya) dan keinginan serta membebaskan perasaan dari hal negatif, bertahan dalam situasi sulit, dan tidak mengeluh. Sabar ini terkesan sulit, tetapi sebenarnya mudah dilakukan. Tanpa kita sadari, kita sering dihadapkan dalam situasi yang mengharuskan kesabaran bermain dalam dada.
Kehidupan yang berliku melatih manusia menjadi sosok yang sabar. Dihempas kemarahan yang tak terkendali dan terkadang mau tidak mau harus bersabar. Kesabaran ini identik dengan menahan, membebaskan, dan menunggu hingga pada akhirnya akan membawakan hasil kepada tuannya.
Kesabaran juga terkadang membuat manusia merasa kehilangan harga diri, seolah menjadi manusia yang tidak berguna. Padahal kesabaran merupakan pilar yang dapat mengokohkan manusia untuk tetap dapat berdiri dan melangkahkan kakinya menuju hal yang diinginkan. Pada saat manusia berlindung dibawah kesabarannya, maka ia akan aman dari terpaan serta tidak menimbulkan dampak kehancuran dari emosi yang diledakannya.
Kejahatan dan fitnah banyak terjadi di negara ini, di mana-mana manusia saling sikut dan menyinggung satu dengan yang lain. Hanya karena kebosanannya menjalani hidup, membuat mereka dengan mudahnya memancing emosi positif orang lain menjadi emosi negatif.
Selain itu, orang-orang yang sabar juga banyak dijadikan sebagai bahan gunjingan dan tuduhan yang tidak mendasar seperti persoalan yang sedang dialami ulama kita, ustadz Adi Hidayat dan masih banyak lagi yang lainnya.
Saya mendengarkan cerita salah satu teman, bahwa ia harus membalaskan sakit hatinya dengan temannya yang telah menyakitinya bertubi-tubi. Saya katakan padanya untuk apa membalas? Ia katakan pada saya bahwa temannya tersebut telah berkali-kali menyakitinya dan ia biarkan ternyata semakin melebar kejahatannya.
Lalu saya bertanya kepadanya, setelah ia melepaskan emosinya tersebut lalu apa yang akan diperolehnya? Ia hanya mengatakan “yang penting saya melakukan perlawanan dan menunjukkan bahwa saya tidak bersalah dan saya puas”. Saya katakan padanya, silakan saja asalkan tidak merugikan diri sendiri. Karena biasanya setelah meledakan kemarahan banyak kerugian yang didapatkan.
Apa saja kerugiannya? Mengapa manusia harus bersabar? Apa dampak menahan kemarahan dan keinginan yang menggebu? Menjadi orang sabar memang tidak mudah, tetapi dapat dipraktikkan secara perlahan. Berikut penjelasannya.
Kerugian dari Kemarahan
Kemarahan merupakan cara manusia melepaskan emosi negatif. Kemarahan juga datang dari insecure, merasa tersinggung dari sikap orang lain yang ditujukan padanya. Namun, kemarahan juga memiliki dampak negatif, kerugian yang beruntun dirasakan setelahnya.
Emosi yang dilepaskan memberikan banyak dampak, baik itu kerugian secara fisik maupun psikis. Menyemburkan kemarahan serta menahannya dalam dada, keduanya membawa dampak yang sama. Menahan kemarahan merugikan diri sendiri dan mengeluarkan kemarahan merugikan orang lain dan diri sendiri. Emosi juga tidak menyelesaikan masalah yang ada.
Memangnya tidak boleh tersinggung bila disinggung? Ya boleh-boleh saja, tetapi kemarahan yang dilepaskan ini pastinya menyakiti orang lain dan diri sendiri. Hubungan semakin renggang dan tersimpan pada memori orang lain bahwa tipikal kita adalah seorang yang pemarah dan beringas. Tidak hanya itu, orang yang marah kadang mendapat julukan tidak baik di mata orang lain yang melihatnya.
Kemarahan juga memberikan dampak negatif kepada diri sendiri berupa datangnya berbagai penyakit. Apabila individu marah terhadap sesuatu, maka hormon kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenalin menjadi over produksi. Hormon stres tersebut menghasilkan kolestrol jahat dalam tubuh.
Semakin sering marah, maka kolestrol LDL semakin banyak terbentuk. Tentunya kita mengetahui bersama bahwa LDL dapat membunuh manusia. Merusak pembuluh darah dan menjadikannya pecah sehingga dapat mengalami stroke.
Kemarahan yang disimpan atau dilepaskan akan memberikan dampak yang sama. Ketika manusia mengalami kemarahan, maka kelenjar adrenalin akan terpicu dan membuat peningkatan detak jantung serta meningkatkan tensi darah karena adanya LDL dalam darah. Hal tersebut dapat berakibat pada rusaknya pembuluh darah di jantung.
Selain itu, masih banyak kerugian lainnya, seperti, pikiran sulit untuk positif, tidak mudah merasakan kebahagian, tidak mudah menemukan solusi dalam hidup, hidup cenderung mengalami stagnan, dan berada dalam kondisi tidak sehat secara mental yang dapat menimbulkan dendam. Produksi hormon bahagia dan hormon baik lainnya akan terganggu. Dengan demikian, akan banyak penyakit yang menanti.
Mengapa Manusia Harus Bersabar?
Pada prinsipnya kesabaran adalah untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. Keuntungan dan kerugian kita yang merasakannya. Bila dipancing kemarahan oleh orang lain sebenarnya tidak menjadi masalah untuk diam dan bersabar. Seperti kalimat ini:
Dia yang memiliki kesabaran dapat memiliki apa yang dia mau
Benjamin Franklin
Kehilangan kesabaran berarti kalah dalam pertempuranMahatma Gandhi
Kesabaran tidak menghilangkan apa pun dari diri kita, melainkan banyak manfaat yang akan kita peroleh. Sering kita melihat orang-orang yang sabar hidupnya justru lebih bahagia dan selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Lebih sehat secara lahir dan batinnya.
Mengapa harus bersabar? Bila menyayangi diri sendiri tentunya kita akan bersabar terhadap apa pun. Sekali lagi, memang tidak mudah, tetapi dapat dipraktikkan dalam keseharian. Kebaikan dan keberhasilan akan mengikuti orang-orang yang sabar.
Dampak Menahan Kemarahan
Apa pun itu yang ditahan tentu tidak enak dan menjadi sakit. Apa sebaiknya bila mengalami kemarahan dan keinginan yang belum terkabul? Mengalami kemarahan hanya dengan melepaskan atau me-release kemarahan tersebut berupa uap saja. Dan keinginan yang belum terkabul hanya dengan bersabar.
Bersabar itu energinya tinggi, memasuki zona ikhlas, dan merupakan energi positif. Sebagian orang telah salah mengartikan orang-orang yang sabar dengan pengecut, tidak pintar, dan menganggap orang yang sabar itu memang mengalami keasalahan. Padahal sebaliknya.
Memilih untuk bersabar adalah cara cerdas menyikapi banyak hal. Dalam proses menunggu dapat merubah level emosi menjadi apatis. Akibat perasaan kurang sabar tersebut membuat manusia menjadi kehilangan motivasi hidup.
Editor: Nirwansyah
Gambar: Merdeka.com
Comments