Umat manusia meyakini bahwa kita masing-masing punya sifat dasar atau biasa disebut dengan fitrah. Sifat dasar itu sudah ada sejak ia lahir, kelompok agamawan biasa meyakininya sebagai sifat yang diberikan oleh Tuhan, dan bukan hasil pembentukan lingkungan tempat manusia hidup saling berinteraksi.
Salah satunya ialah sifat kuriositas, secara sederhana kuriositas bisa dimaknai sebagai rasa ingin tahu. Kalau dipikir-pikir memang betul juga sih semua manusia sejak nabi Adam sampai bayi yang baru lahir bersamaan dengan tulisan ini ditulis pasti dalam dirinya punya rasa ingin tahu.
Tapi tunggu dulu. Kalau memang semua manusia punya sifat kuriositas, kenapa yah di Indonesia ada pengetahuan yang dilarang untuk diketahui? Pengetahuan apa sih itu? Apalagi kalau bukan pengetahuan tentang komunis.
Sejak era Orde Baru asuhan pak Harto sampai era pembangunan infrastruktur ala Pakde Jokowi, pengetahuan akan komunisme selalu saja menjadi pengetahuan yang dilarang untuk diketahui.
Semua sarana yang berpotensi mengandung ajaran komunisme ditolak keberadaannya. Bisa dilihat dengan masifnya aksi penyitaan buku, ataupun pembatalan dan pembubaran diskusi. Semua itu terjadi karena satu alasan, yakni mengandung ajaran komunisme.
Alasan itu semua dilakukan karena ajaran komunisme diyakini akan mengganggu keberadaan ideologi Pancasila dan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku Tap MPRS No. XXV/1966.
Memangnya apa yang salah sampai dilarang? Sebelum membahas perihal komunisme, ada baiknya kita kenalan singkat dulu dengan tokoh yang selalu identik dengan komunisme, ialah Karl Marx.
Mengenal Sosok Karl Marx dan Pemikirannya
Karl Marx lahir di Trier, kota kecil di Jerman. Marx selama hidupnya pernah berkuliah di Universitas Bonn, Berlin dan Jena. Istrinya bernama Jenny, Marx juga punya teman dekat bernama Engels. Marx dengan segala sifat berontaknya melihat sistem yang tidak adil harus mendapatkan konsekuensinya yaitu ia harus selalu berpindah tempat tinggal diantaranya Jerman, Prancis, dan Inggris.
Terlepas dari perjalanan hidup Marx, ada kebiasaan Marx yang sebaiknya kita semua ikuti termasuk kalian para netizen budiman yang sering nyinyir tanpa pengetahuan, penganut teori konspirasi ala Jerinx, penonton setia Kekeyi di media sosial. Apa sih kebiasaan Marx tersebut?
Dalam buku Nyoto yang berjudul Marxisme Ilmu dan Amalnya, mengutip kata Paul Lafargue
“Marx adalah seorang yang selalu mendasarkan dirinya pada fakta yang sepenuhnya diyakini, Marx tidak akan memperkenankan dirinya berbicara tentang sesuatu sebelum dia mempelajarinya secara mendalam”.
Tuh ingat baik-baik ya, wahai netizen yang sukanya dikit-dikit berkomentar padahal sok tahu.
Dalam tulisan yang sama pula, Nyoto mengutip tulisan Marx yang berjudul Thesis on Feurbach. Marx mengatakan,
“Ilmu tidak boleh menjadi kesukaan diri sendiri. Mereka yang beruntung mampu mencurahkan dirinya kepada pengujian ilmu harus menjadi yang pertama, menempatkan pengetahuan mereka untuk mengabdi umat manusia. Bekerjalah untuk umat manusia!”.
Apa yang ingin dikatakan Marx adalah bahwa dalam memproduksi, mengkonsumsi pengetahuan, seharusnya pengetahuannya berorientasi pada tujuan untuk memecahkan permasalahan struktural dan konkrit umat manusia. Contohnya permasalahan sistem kapitalisme yang kita alami hari ini. Emang kalau memproduksi, mengkonsumsi pengetahuan tentang Kekeyi dan settingan percintaannya, permasalahan konkrit apa yah yang terselesaikan?
Dalam tulisan Marx yang berjudul Thesis On Feurbach, Marx mengatakan bahwa para ahli filsafat hanya telah menafsirkan tentang dunia, dengan berbagai cara, akan tetapi lebih penting ialah bagaimana cara mengubahnya. Ingat yah, yang dimaksudkan Marx disini bukan hanya mengedepankan praktis dibanding teori, tetapi lebih tepatnya menyatukan teori dan praktek. Catat juga untuk kalian para aktivis buta!
Paham Komunisme
Setelah mengenal singkat Marx, saya ingin berbagi sedikit pengetahuan dengan apa yang dimaksud dengan komunisme. Apa sih komunisme itu? Singkatnya, komunisme bermakna sistem sosial ekonomi politik dengan tujuan mewujudkan dunia tanpa kelas dan tanpa penindasan. Eh tunggu dulu. “Tanpa kelas? Trus anak sekolah, kuliah, belajar dimana?”
Bukan itu maksudnya. Dunia tanpa kelas yang dimaknai Marx adalah kelas penindas dan kelas yang tertindas. Dalam sistem kapitalisme, ada dua kelas. Pertama, kelas yang menindas yakni kelas borjuis atau pemilik sarana produksi. Dan kedua, kelas yang tertindas yakni kelas proletariat atau pekerja yang tidak mempunyai kepemilikan apa-apa selain tenaganya sendiri.
Jadi bukannya bagus ya kalau ada dunia tanpa penindasan? Kalau seperti itu, kenapa dilarang yah pak bu? Penting jadi catatan kalau teori Marx bukan hanya tentang komunisme, tetapi teori untuk mengkritik sistem kapitalisme kita ini. Sistem yang membuat saya, kalian, dan mayoritas masyarakat Indonesia terjebak pada kemiskinan, ketimpangan, dan sulitnya mencari pekerjaan.
Berangkat dari penjelasan saya ini, seharusnya sih kita berterimakasih banyak sama Marx. Kalau perlu sih sampai sungkeman, bukannya malah dilarang ajarannya.
Sebelum saya tutup tulisan ini, sekedar mengingatkan yak pakde Jokowi. Bahwa apa yang saya sampaikan disini hanyalah sekedar opini dan tidak punya motif menggulingkan kekuasaan apalagi mengganti ideologi Pancasila. Tulisan ini hanya sekedar pengingat supaya kita hendaknya mempelajari sesuatu lebih dulu sebelum menstigmakan sesuatu yang belum diketahui. Termasuk isu komunisme.
Oh iya buat kalian yang masih suka melarang-larang dan anti dengan ajarannya Karl Marx nih. Taukah teman-teman kalau dengan teori Marx kita bisa melacak mengapa BPJS naik terus, mengapa ada jutaan kasus PHK, mengapa perlu disahkannya UU Minerba juga Tapera, tagihan listrik yang kian melonjak, dan paling terbaru nih kenapa vonis pelaku penyiraman air keras Novel Baswedan dituntut cuma setahun penjara?
Penasaran? Kalau gitu monggo baca sendiri. Salam NKRI harga mati dan ingat, Pancasila sudah final. Ya kan Pakde?
Comments