Sebagai seorang Muslim optimis. Begitu kan? Karena dengan optimisme, hidup jadi bersemangat. Tidak mudah putus asa. Juga terarah. Bagi sebagian orang, tidak mudah memang. Tapi jangan takut. Ada beberapa kiat yang bisa dicoba. Berikut adalah kiat-kiatnya.
Berprinsip dan Merdeka
Untuk membangun sikap optimis, kita harus berprinsip. Hidup itu harus berprinsip. Ini penting. Kalau tidak punya prinsip, kita akan mudah terombang-ambing kesana kemari. Orang berkata anu, kita ikut anu. Ini tidak berprinsip namanya.
Kalau kita berprinsip, tidak akan mudah terikut arus. Apapun kata orang, kalau tidak sesuai dengan prinsip kita, say no….! Sebaliknya, meskipun orang-orang berkata tidak, kalau sesuai dengan prinsip kita, say yes….!
Berprinsip artinya, kita punya karakter. Seperti kotak segi empat sama sisi. Dibolak-balik pun akan tetap sama. Tidak seperti bunglon. Lain tempat lain warna.
Terlebih lagi di era sosial media. Arus informasi mengalir deras seperti gelombang pasang setinggi 50 kaki yang terus menerpa tiada henti. Jika tidak punya prinsip, bisa-bisa kita karam ditempa gelombang pasang seperti itu.
Kemudian, hidup harus merdeka. Merdeka artinya independen. Independen artinya mandiri. Kita berhak menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan kita sendiri.
Jadi, merdeka artinya kemampuan untuk mengatakan yes or no dengan pertimbangan kita sendiri. Tanpa ada yang meyetir. Tanpa ada yang membisiki dari belakang. Tanpa pengaruh orang lain. Terapkan ini untuk berbagai hal.
Punya Prioritas
Selanjutnya, kita harus punya prioritas. Prioritas bisa dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Ingat, harus bisa menentukan priorotas. Kalau tidak punya prioritas, akan sulit menentukan mana yang harus dikerjakan lebih dulu.
Kalau punya prioritas, kita bisa dengan mudah menentukan mana yang perlu dikerjakan dan mana yang tidak perlu dikerjakan. Mana yang perlu didahulukan. Dan mana yang bisa dikerjakan nanti saja.
Termasuk dalam keseharian. Kadang semua pekerjaan terasa penting. Sementara kekuatan kita terbatas. Tangan kita hanya dua. Karena itu, punya prioritas itu penting. Punya prioritas akan sangat membantu.
Prioritas juga akan memandu langkah-langkah kita dalam jangka panjang. Karena masa depan adalah milik diri kita masing-masing. Misalnya, apakah kita akan melanjutkan studi atau bekerja. Jika studi, studi di mana. Jika bekerja, sebagai apa. Harus terencana. Muslim milenial harus begitu.
Logis dalam Menentukan Pilihan
Kadang, seseorang dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Dalam hal ini kita perlu logis. Logis artinya masuk akal. Logis dalam menentukan pilihan sangat penting dalam membangun optimisme.
Kadang, orang menentukan pilihan tanpa pertimbangan yang masuk akal. Ingat, menentukan pilihan bukan berdasarkan mampu dikerjakan atau tidak. Tapi pilihan itu logis atau tidak. Masuk akal atau tidak. Artinya, tidak semua hal yang mampu dikerjakan perlu dikerjakan. Tapi hanya yang masuk akal saja.
Optimis dan Berpandangan ke Depan
Berpikir positif artinya melihat sesuatu dengan perspektif yang baik. Melihat sesuatu dengan sudut pandang kebaikan. Semua hal kalau dilihat dengan perspektif yang tidak baik, pasti jadinya tidak baik. Sebaliknya, jika dilihat dengan mata pandang yang baik, akan tampak sisi baiknya. Ingat ya, selalu ada kebaikan dalam sesuatu.
Dalam sebuah riwayat dikatakan, “jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” Potongan hadits ini mengajarkan kita untuk melihat sesuatu dengan sudut pandang yang baik. Bukan sebaliknya.
Soal rejeki, harus optimis juga. Yang penting, kita berusaha dengan baik. Dan hasilnya serahkan pada yang di atas. Alias tawakkal. Ingat kisah burung kecil dalam sebuah hadits? “Ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” Artinya, kalau mau berusaha dengan baik pasti membuahkan hasil yang baik.
Kemudian, berpandangan ke depan juga penting. Berpandangan ke depan artinya, kita bisa memikirkan hari esok, esoknya lagi, dan esoknya lagi.
Memikirkan hari esok bisa membuat kita mawas diri. Memikirkan hari esok bisa mendorong kita untuk melakukan persiapan akan datangnya hari esok. Sederhananya, jika kita punya rejeki hari ini, simpan sebagiannya untuk besok. Jangan dihabiskan hari ini. Mudah bukan?
Ingat, hidup harus terencana. Supaya tidak asal melangkah. Kita harus pikirkan ke mana akan melangkah besok pagi. Besok paginya lagi, dan besoknya lagi.
Hari esok bukan berarti hari akhirat kan. Namun masa depan. Kita harus pikirkan akan menjadi seperti apa di masa depan. Dengan demikian, kita bisa memulai langkahnya hari ini. Demikian kiat-kiat ini. Semoga bermanfaat. Selamat mencoba. []
Penulis: Khusnul Khuluq (Human Right Defender, Kader Muda Muhammadiyah)
Ilustrator: Ni’mal Maula
Comments