“Oh no, it wasn’t the airplanes. It was beauty killed the beast.”
Adakah sobat milenialis yang familiar dengan quote tersebut? Yups, kutipan tersebut berasal dari film King Kong. Diucapkan oleh Carl Denham ketika melihat tubuh King Kong jatuh dari menara gedung pencakar langit di Manhattan sana. Kalau dialihbahasakan kira-kira berarti “bukan, bukan (peluru) pesawat yang membunuhnya, melainkan kecantikan (Ann Darrow).”
King Kong meregang nyawa karena menjadikan dirinya perisai bagi Ann Darrow. Membiarkan tubuhnya tertembus ratusan peluru dari puluhan pesawat terbang US Air Force demi melindungi si reporter cantik pujaan hatinya. Di puncak Empire State Building saudara!!! Oh what a romance.
Adegan tersebut masih menjadi adegan bucin ter-epic dan terbaik yang terekam di benak saya. Entah kenapa scene tersebut lebih menggetarkan dibanding adegan-adegan romantis lain semacam Jack-Rose di Titanic atau bucinnya Jay Gatsby terhadap Daisy Buchanan dalam The Great Gatsby.
Dari ranah perfilman Hollywood memang tidak ada (setidaknya bagi saya) yang mengalahkan bucinnya King Kong. Namun dalam ranah wayang jawa banyak tokoh-tokoh yang tak kalah bucin dari King Kong, Jack Dawson maupun Jay Gatsby. Mumpung masih dalam suasana Valentine Day, berikut saya rangkum beberapa diantaranya:
1. Abimanyu
Abimanyu atau Angkawijaya adalah anak dari Raden Arjuna dan Wara Subadra. Ihwal bucinnya Abimanyu ini terjadi ketika dia jatuh cinta pada Dewi Utari. Utari sendiri bersedia dipinang dengan syarat si laki harus masih perjaka.
Karena saking bucinnya, Abimanyu bersumpah bahwa dia masih perjaka. Yang namanya sumpah ksatria ya gak kaleng-kaleng. Dia rela mati dengan seribu luka di medan laga jika ternyata sumpahnya bohongan. Padahal ketika bersumpah itu dia sudah beristrikan Siti Sundari.
End of story kita tahu semua, Sang Angkawijaya pralaya di pertempuran Bharatayudha. Lengkap dengan seribu anak panah di tubuhnya sebagai karma dari sumpah palsunya kepada Utari.
2. Ekalaya
Nama lengkapnya Bambang Ekalaya, dalam pewayangan jawa kadang disebut sebagai Palgunadi. Dia sakti mandraguna, sangat hebat dalam menggunakan panah. Keahlian memanahnya konon setara dengan Arjuna.
Bucinnya Ekalaya ini bukan kepada wanita. Eits, jangan buru-buru menuduh dia penyuka sesama jenis ya. Si Ekalaya ini bucin banget kepada Begawan Drona yang dianggapnya sebagai guru. Padahal Drona sendiri sudah bersumpah tidak menerima murid selain Pandawa dan Kurawa. Akhirnya Ekalaya membuat patung Drona dan berlatih olah keprajuritan di hadapan patung tersebut hingga bisa memiliki kesaktian yang mumpuni.
Mengetahui hal tersebut Drona kuatir kalau sampai Ekalaya mampu mengalahkan Arjuna, murid kinasihnya. Maka Resi Drona meminta jari telunjuk Ekalaya sebagai syarat agar diakui sebagai murid. Sudah macam Yakuza saja nih. Karena saking bucinnya, Ekalaya manut saja. Padahal secara nalar, apalah artinya seorang pemanah tanpa jari telunjuk?
3. Gatotkaca
Siapa yang tak kenal Gatotkaca? Tokoh ini sangat populer di Indonesia, merupakan gambaran ideal seorang ksatria. Berperawakan tinggi-besar, gagah, berjiwa perwira dan sakti mandraguna. Namun siapa sangka jika wayang segagah itu pernah hampir gila gara-gara wanita?
Konon ketika Gatotkaca berjumpa untuk kali pertama dengan Pergiwa, mereka bersitatap mata. Hanya dari pandangan mata tersebut dia jatuh cinta pada Pergiwa. Benar-benar love from the fisrt sight dah.
Namun apa daya, Arjuna si bapaknya Pergiwa tidak merestui hubungan tersebut. Si Bapak malah hendak menjodohkan Pergiwa dengan Lesmana Mandrakumara yang lebih tajir melintir. Walhasil linglunglah si ksatria gagah perkasa tapi bucin tersebut hingga setengah gila. Kisah hampir gilanya Gatotkaca ini bahkan diabadikan dalam sebuah tarian epic berjudul ‘Gatotkaca gandrung.
4. Banowati
Kalau ada yang menganggap bucin dalam lakon wayang hanya dari kaum pria, maka dia salah. Ada tokoh wanita yang gak kalah bucin dari para pria di atas. Namanya Banowati, wanodya cantik jelita anak dari Prabu Salya dan Dewi Pujawati/Setyawati. Sejak awal, kisah asmara Banowati memang rumit. Dia mencintai Arjuna tapi malah menikah dengan Prabu Duryudana raja Hastinapura.
Cerita selanjutnya bisa ditebak. Secara fisik dia adalah permaisuri Duryudana, tapi di hatinya cuma ada kanda Arjuna seorang, eh sewayang. Sebagai bukti betapa bucinnya Banowati ini, dia meminta Arjuna menikahinya pasca kematian Duryudana di perang Bharatayudha.
5. Bhisma
Jika ada kasus bucin kepada orang tua, maka Bhisma a.k.a. Dewabrata adalah contoh yang paling paripurna. Dia rela mengambil sumpah tidak akan menikah demi ayahnya, Prabu Santanu. Ceritanya Prabu Santanu ingin meminang Satyawati. Satyawati bersedia menerima lamaran dengan syarat anaknyalah yang kelak akan menjadi pewaris tahta Santanu.
Mendengar syarat tersebut Bhisma bersumpah tidak akan mau menjadi raja. Dia juga bersumpah tidak akan menikah agar anak Satyawati bisa naik tahta. Semua dilakukan Sang Dewabrata demi kebahagiaan Santanu, ayahnya.
6. Rahwana
Membicarakan bucin dalam pewayangan jawa tanpa menyebut Rahwana ibarat ngomongin Shakespeare tanpa Romeo-Juliet, ndak lengkap. Menurut saya Rahwana berhak menyandang status wayang bucin paling gila sepanjang masa.
Bagaimana tidak? Jika tokoh wayang lain cukup berkorban jiwa, raga atau harta demi menunjukkan eksistensi bucinnya; Sang Raja raksasa Rahwana mengorbankan segalanya, termasuk kerajaannya. Demi seorang gadiskah? Nope, melainkan demi Shinta yang notabene masih berstatus istri Prabu Rama.
Rahwana nekat merebut Shinta dari suaminya. Rama yang tidak terima balik menyerbu Alengkapura untuk menyelamatkan istrinya. Akhir cerita Rahwana kalah dan lampus di tangan Rama.
Sudah kalah, pujaan hati lepas, dianya tewas, kerajaanpun kena imbas. Tapi kayaknya Rahwana telah memenangkan hati para bucin se-Indonesia Raya. Terbukti dengan populernya quote dari sang raja raksasa “ Tuhan, jika cintaku pada Shinta terlarang; mengapa Kau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku”.Nah, itu tadi beberapa contoh bucin dalam lakon wayang dari jaman baheula. Semoga bisa menambah wawasan budaya para milenialis.
Bagaimana dengan fatwa haramnya wayang dari Ustadz Khalid Basalamah? Ah, era sudah beranjak 4.0 begini kok masih saja ngomongin halal-haram. Gak usah direken.
Editor : Faiz
Gambar : Kompas.com
Comments