Mendengar peristiwa 9/11 atau Serangan 11 September pastilah hampir seluruh penjuru dunia mengetahui perihal salah satu tragedi terbesar di abad ke-21 tersebut.
Pasalnya peristiwa yang terjadi lebih dari 20 tahun silam tersebut memang cukup membekas dan meninggalkan duka mendalam bagi warga dunia khususnya rakyat Amerika Serikat.
Bagaimana tidak, oknum teroris melakukan pembajakan terhadap empat pesawat komersil yang dimana dua buah pesawat ditabrakkan ke gedung World Trade Center di New York City.
Kedua gedung pencakar langit tersebut akhirnya roboh dan menewaskan ribuan korban jiwa. Belum lagi dua pesawat lainnya yang juga bernasib naas, yakni satu ditabrakkan ke gedung Pentagon di Virginia dan satu pesawat lagi jatuh di sebuah lapangan di Pennsylvania.
Pihak kelompok militan Al-Qaeda kemudian bertanggung jawab atas peristiwa kelabu ini dan membuat pihak Amerika Serikta bersama sekutunya melancarkan “Perang Melawan Teror” dengan mulai menyerbu negara Afghanistan dan berperang melawan rezim Taliban yang disinyalir melindungi pemimpin-pemimpin jaringan Al-Qaeda.
Dibalik peristiwa ini, selain menimbulkan duka mendalam bagi rakyat Amerika dan dunia, tentunya memunculkan sebuah ketakutan baru terhadap komunitas-komunitas muslim atau hal-hal yang berbau muslim. Hal ini identik dengan istilah Islamophobia.
Rekam Jejak Islamophobia di Era Modern
Islamophobia sebenarnya sudah ada sejak lama bahkan sebelum adanya peristiwa 9/11. Namun tidak dapat dipungkiri memang sentimen anti-islam yang telah ada tersebut diperparah dengan adanya peristiwa Serangan 11 September tersebut.
Lazimnya Islamophobia terjadi di negara-negara yang penduduknya mayoritas non-muslim yang juga kebetulan terjadi di banyak negara-negara barat.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai-nilai kehidupan di negara barat yang memang cukup kental dengan nilai-nilai dan tradisi agama nasrani atau Kristen.
Arus globalisasi juga turut memiliki andil dalam perkembangan Islamophobia di negara-negara barat. Umumnya para pendatang dari Timur Tengah atau negara dengan mayoritas pemeluk agama muslim berdatangan ke negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk bekerja maupun menempuh pendidikan.
Hal inilah yang lambat laun memunculkan kecurigaan dari para penduduk non-muslim terhadap golongan pendatang yang memeluk agama islam tersebut.
Bahkan sentimen tersebut juga tidak jarang ditunjukan secara jelas melalui beragam aktivitas diskriminasi yang dilakukan oleh beberapa orang atau golongan yang anti-islam.
Menghilangkan Sentimen Anti-Islam di Dunia
Pasca peristiwa 9/11 tentunya kian menumbuhkan rasa benci sebagian kalangan terhadap komunitas-komunitas dan orang-orang muslim di berbagai negara barat.
Tidak jarang orang-orang muslim ini menjadi sasaran tindak diskriminasi mulai dari diskriminasi secara halus hingga yang cukup ekstrim hingga melakukan kekerasan fisik yang berujung kematian.
Tentunya hal ini juga dilandasi rasa takut sekaligus dendam terhadap orang-orang muslim. Belum lagi kebanyakan kegiatan terorisme yang terjadi di dunia selalu mengarah ke agama islam baik dari ideologi maupun pelaku teror.
Namun di era kini perlahan-lahan sentimen anti-islam tersebut mulai perlahan-lahan dirubah dan dihilangkan. Beragam contoh penghilangan sentimen terhadap sebuah keyakinan atau ras tersebut mulai digalakkan dalam materi kurikulum pendidikan bahkan yang paling dasar sekalipun.
Ditambah banyak gerakan-gerakan kampanye baik di media sosial maupun dengan kampanye di jalan yang menyuarakan diskriminasi terutama islamophobia. Bahkan banyak orang-orang yang menggalakkan kampanye penghilangan islamophobia tersebut merupakan warga non-muslim.
Meskipun masih jauh dari harapan dan jalan yang dilalui pastinya masih berliku dan panjang, namun tentunya banyak masyarakat di dunia yang menginginkan kehidupan yang harmonis tanpa adanya diskriminasi atas ras dan keyakinan tertentu.
Tentunya hal ini dapat dicapai dengan adanya sinergitas bersama dan dukungan dari berbagai pihak mulai dari masyarakatnya itu sendiri dan tentunya pihak pemerintah di berbagai dunia.
Editor: Lail
Gambar: Pexels
Comments