TikTok merupakan platform media sosial yang kini menjadi primadona segala kalangan tak terkecuali anak muda karena memiliki daya tarik luar biasa. Dalam hitungan detik, kita dapat menyaksikan dan menciptakan video kreatif yang dapat disaksikan pengguna TikTok di seluruh dunia. Namun, seiring dengan popularitasnya yang melesat, muncul fenomena yang enggak bisa diabaikan yaitu standarisasi tren dan gaya hidup yang mulai mencemari mindset anak muda.
Standarisasi Tren dan Gaya Hidup
TikTok punya algoritma yang cerdas. Setiap orang yang menggunakan aplikasi ini akan dengan cepat disuguhkan dengan konten yang sesuai dengan preferensi mereka. Sayangnya, algoritma tersebut juga dapat menciptakan efek standarisasi. Semakin banyak anak muda menggunakan platform ini, mereka semakin terobsesi untuk mengikuti tren, gaya hidup, bahkan cara berpikir yang ada di platform tersebut. Bagi mereka konten yang viral seringkali memiliki standar tertentu yang dianggap “keren” atau “terkini”, padahal kenyataannya, itu hanya sebatas tren sesaat.
Kebanyakan anak muda yang ingin mendapatkan perhatian atau popularitas di TikTok dengan cara mulai meniru apa yang mereka lihat di video-video viral. Misalnya, tren dance, challenge, atau bahkan cara berpakaian. Semua ini menuntut mereka untuk mengikuti standar tertentu, padahal setiap individu seharusnya punya cara dan gaya hidup yang berbeda. Akibatnya, mereka kehilangan jati diri dan lebih fokus untuk terlihat sesuai dengan tren yang ada.
Pencemaran Mindset: Citra Tubuh dan Kesuksesan Instan
Salah satu dampak paling nyata dari standarisasi TikTok adalah pencemaran mindset anak muda tentang citra tubuh dan kesuksesan. Banyak konten di TikTok yang menonjolkan fisik “sempurna”, standar kecantikan tertentu, dan gaya hidup mewah. Hal ini dapat memberi tekanan besar bagi pengguna, terutama mereka yang merasa belum memenuhi standar tersebut.
Coba kita perhatikan, banyak influencer yang pamer barang mewah atau liburan ke tempat eksotis. Gaya hidup seperti ini seringkali dicontohkan sebagai bentuk kesuksesan. Padahal, belum tentu itu mencerminkan kenyataan. Banyak orang yang terjebak dalam pola pikir bahwa jika mereka enggak bisa mengikuti tren atau memiliki hidup seperti yang terlihat di TikTok, mereka merasa kurang atau gagal.
Terlalu Fokus Pada Popularitas dan Apresiasi Eksternal
Di TikTok, like, komentar, dan jumlah pengikut menjadi ukuran utama popularitas. Anak muda pun jadi terobsesi untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain melalui angka-angka itu. Padahal, standar ini sering kali bersifat dangkal dan tidak mencerminkan kualitas atau keaslian seseorang.
Anak muda mulai menggantungkan kebahagiaan mereka pada jumlah like dan pengikut. Jika video mereka tidak viral atau tidak mendapat perhatian, bisa-bisa mereka merasa minder dan tidak percaya diri. Padahal, hidup enggak semudah itu. Sukses bukan cuma soal jumlah pengikut, tapi tentang bagaimana kita bisa jadi diri sendiri dan berkembang dalam kualitas pribadi.
Efek Negatif terhadap Mental Health
Selain dampak psikologis dari standar kecantikan dan kesuksesan, TikTok juga bisa memengaruhi kesehatan mental anak muda. Tekanan untuk selalu tampil sempurna dan sesuai dengan tren yang ada bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan rasa tidak puas terhadap diri sendiri.
Banyak anak muda yang merasa terisolasi karena merasa kehidupan mereka enggak se-keren apa yang mereka lihat di TikTok. Padahal, kita enggak bisa hanya mengukur kebahagiaan atau kesuksesan lewat apa yang dipamerkan di dunia maya. Semua orang punya proses dan jalan hidup yang berbeda, dan enggak perlu membandingkan diri dengan apa yang ada di layar.
Solusi: Kembali ke Diri Sendiri
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Solusinya adalah kembali ke diri sendiri. TikTok memang menyenangkan untuk hiburan, tetapi kita perlu ingat bahwa tren atau konten viral bukanlah tolak ukur kebahagiaan atau kesuksesan. Cobalah untuk lebih selektif dalam mengonsumsi konten, dan jangan terlalu terbawa arus. Jadilah diri sendiri, bukan apa yang dunia TikTok inginkan.
Lebih penting lagi, cobalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang sehat. Jangan terjebak dalam pencarian pengakuan dari luar, tapi fokus pada pengembangan diri yang lebih positif. Dunia nyata jauh lebih kompleks daripada apa yang kita lihat di TikTok, dan yang terpenting adalah merasa bahagia dengan diri sendiri, bukan sekadar mengikuti standar yang enggak ada habisnya.
TikTok bisa jadi platform yang menyenangkan dan kreatif, tapi jangan biarkan standarisasi tren merusak cara kita berpikir dan melihat dunia. Kita lebih dari sekadar angka, lebih dari sekadar tren, dan lebih dari sekadar pengikut.
Editor: Pratama
Gambar: Aaron Weiss on Unsplash
Comments