Cuaca yang ekstrim akhir-akhir ini disertai dengan suhu udara yang meningkat di beberapa wilayah di Asia menyebabkan global warming yang kian memprihatinkan. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian penting bagi masyarakat dan pemerintah di seluruh dunia untuk menjaga lingkungan agar global warming tidak terus memburuk. Namun, hal itu sepertinya tidak berlaku bagi pemerintah Amerika Serikat dan Alaska. Mereka memiliki sebuah misi besar yang berpotensi merusak alam dan telah menjadi kontroversi sejak project tersebut diperkenalkan ke seluruh dunia. Project tersebut dinamakan The Willow Project. Tulisan ini akan membahas mengenai apa itu Willow Project beserta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
Pada hari Senin, pemerintah AS memberikan persetujuan akhir untuk Willow Project yaitu operasi besar-besaran yang akan memungkinkan ConocoPhillips untuk mengebor minyak di tanah publik di Alaska. Jika Willow menghasilkan minyak sebanyak tiga puluh tahun seperti yang diharapkan, konsumsi minyak tersebut akan melepaskan setara dengan 277 juta ton karbon dioksida ke atmosfer. Itu berarti sekitar 4 persen dari emisi tahunan AS, dari satu proyek, pada saat emisi harus turun dengan cepat agar negara ini dapat mencapai target nol emisi pada tahun 2050. Dengan menyetujui Willow, Presiden AS Joe Biden melanggar janji kampanyenya yang menyatakan bahwa tidak akan ada ” tidak akan ada pengeboran baru, titik” di tanah federal.
Hanya seminggu setelah persetujuan proyek Willow, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) mengeluarkan sebuah laporan baru yang mengamati bahwa pemerintah-pemerintah di dunia saat ini telah menyimpang dari janji mereka untuk menjaga agar suhu rata-rata global tidak naik 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit), dan lebih jauh lagi mencatat bahwa “ada jendela kesempatan yang semakin sempit untuk menjamin masa depan yang layak huni dan berkelanjutan bagi semua.” Setelah dilewati, titik kritis 1,5 derajat akan memicu serangkaian dampak yang menghancurkan, termasuk naiknya permukaan air laut dan gelombang panas ekstrem, yang dapat menyebabkan jutaan kematian di seluruh dunia pada akhir abad ini. Satu-satunya cara untuk mencegah hal terburuk terjadi, menurut para penulis IPCC, adalah negara-negara di dunia harus berhenti membakar bahan bakar fosil aktivitas yang bertanggung jawab atas lebih dari tiga perempat emisi karbon yang mendorong kenaikan suhu global.
Selama 30 tahun ke depan, Proyek Willow dapat memompa antara 278 hingga 287 juta metrik ton polusi gas rumah kaca ke atmosfer. Jumlah tersebut setara dengan emisi tahunan dari 74 hingga 76 pembangkit listrik tenaga batu bara baru-atau sekitar sepertiga dari seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara di seluruh negeri. Jelaslah bahwa Proyek Willow ConocoPhillips tidak sesuai dengan masa depan iklim yang lebih aman. Dalam sebuah laporan baru-baru ini, Pusat Perubahan Iklim Tyndall di Universitas Manchester menemukan bahwa tidak ada ruang untuk fasilitas produksi bahan bakar fosil baru jika kita ingin membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dan menghindari bencana pemanasan global.
Rencana Pengembangan Utama Willow berjarak sekitar 36 mil dari Nuiqsut, sebuah komunitas kecil penduduk asli Alaska yang sudah dikelilingi oleh aktivitas minyak dan gas. Tingkat penyakit pernapasan telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan penduduk menunjukkan peningkatan polusi karbon hitam yang berasal dari produksi bahan bakar fosil sebagai penyebab peningkatan ini. Sementara itu, lebih dari tiga perempat penduduk mempraktekkan gaya hidup subsisten tradisional, yang meliputi ikan, paus, dan rusa kutub. Banyak penduduk yang khawatir bahwa pembangunan infrastruktur minyak ini dapat semakin memperburuk dampak industri ini terhadap ekosistem yang sensitif, satwa liar, dan ketahanan pangan.
Proyek Willow juga akan memperluas ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak dikembangkan di National Petroleum Reserve-Alaska, termasuk Danau Teshekpuk, sebuah ekosistem yang sensitif dan signifikan secara global. Danau Teshekpuk adalah tempat melahirkan yang penting bagi karibu penting bagi kawanan rusa kutub, dan Proyek Willow akan membahayakan habitat bagi karibu, beruang kutub, dan burung-burung yang bermigrasi.
Berdasarkan pemaparan terkait dampak negatif adanya Willow Project terhadap lingkungan, maka wajar bagi banyak pihak yang menentang terlaksananya projek tersebut. Banyak aktivis lingkungan khawatir bahwa proyek ini akan membuka jalan bagi ekspansi industri yang lebih besar lagi ke Kutub Utara Barat dan semakin membahayakan ekosistem yang sensitif.
Referensi: Turrentine, J. (2023). Why the Willow Project Is a Bad Idea. Nrdc.Org.
Editor: Saa
Gambar: RCT UI FM
Comments