WFH merupakan sebuah singkatan dari Work From Home yang berarti bekerja dari rumah. WFH memang istilah asing yang booming akibat pandemi covid-19. Hal ini disebabkan pemerintah menyuruh semua orang untuk social distancing dan menjalankan seluruh aktivitas di rumah. 

Namun, seiring berjalannya waktu, Work From Home merupakan sebuah kebiasaan. Banyak loh sekarang lowongan pekerjaan yang memfasilitasi karyawan untuk wfh. Di mulai dari pekerjaan yang ringan seperti content writer, copy writer, tentor hingga pekerjaan berat seperti data analyst, web development, software engineer. Semua pekerjaan sah-sah saja sebenarnya dilakukan di rumah, namun tahu sendiri kan masyarakat Indonesia memiliki tingkat kepo yang maksimal. 

Apalagi nih bagi kalian yang tinggal di lingkungan desa, wah jangan sampai nih kalian mengambil pekerjaan wfh. Loh kenapa? Yang pentingkan menghasilkan uang dan halal. Ada 3 hal yang membuat kalian perlu waspada jika mengambil pekerjaan wfh di lingkungan pedesaan. Apa aja sih memang? Yuk baca artikel ini hingga selesai agar tidak salah paham. 

Beban mental 

Mental kalian harus dijaga banget nih ketika sudah dewasa. Jangan sampai kalian stress karena tekanan mental dari orang-orang di sekitar. 

Karena kalian hidup di desa, sudah pasti cctv banyak. Cctv ini bukan lagi alat tersembunyi, namun cctv ini nyata yaitu manusia. Yup, orang-orang di desa layaknya cctv, karena mengetahui semua hal. 

Apalagi nih kalau kalian kerja WFH, sudah pasti kalian di rumah saja, wah ini akan mendapatkan banyak tekanan mental dari tetangga. Misalnya “Loh sudah besar, kok di rumah saja. Banyak loh lowongan pekerjaan, jangan di rumah saja. Gimana mau dapat pekerjaan kalau di rumah saja”

Yakin deh lama-lama mental kalian bakalan kena dan bingung mau ngadepin kayak gimana. Ya kali kita klarifikasi ke semua orang jika kita WFH. Awalnya mungkin kita akan sabar, lama kelamaan capek ya mendengarkan pertanyaan yang nggak bermutu. Kalau mental kalian sudah diserang, gimana mau menyelesaikan deadline dari pekerjaan jarak jauh, pasti akan terbengkalai dong. 

Dikatakan pengangguran

Tahu diri dong standar bekerja orang Indonesia seperti apa? Berangkat pagi, memakai seragam rapi, pulang petang dan gajian setiap bulan. 

Sedangkan WFH, kerjanya di rumah dan menghadap laptop. Sudah pasti ketika orang berkunjung ke rumahmu dan melihatmu setiap hari menatap laptop atau handphone akan dikatakan pengangguran. Iya kalau orang tua mengerti pekerjaan WFH bakal dibela, namun kalau orang tua tetap berpikiran kolot ya akan sama mengatakan kamu pengangguran. Padahal WFH nggak pengangguran loh, kan kita bekerja. 

Walau kerja kita nggak memakai seragam, yang penting kan kita mencurahkan tenaga dan pikiran kita. Asal kita menghasilkan duit. Lagi pula WFH gajinya gede loh, tergantung pekerjaan yang kamu ambil. Malah enak nggak sih WFH, udah kerja di rumah, gak perlu pakai seragam atau beli baju kerja, di gaji sesuai skill pula.

WFH dikira pesugihan

Ini paling mengesalkan, ketika kita merintis Work From Home dikira pengangguran dan menjatuhkan mental, sekarang ketika sudah tau penghasilan dari WFH dikira pesugihan. Hadeh.Tapi memang begitu faktanya ya gais. Harus banyak-banyak edukasi nih masyarakat di lingkungan pedesaan. 

Sekarang kan zaman sudah canggih, sudah selayaknya kita mengikuti zaman. Udah ada internet, smartphone, laptop, ya kita manfaatkan dengan baik dan benar dong. Padahal kita bekerja Work From Home menjual skill yang kita miliki. Oleh sebab itu, yuk tingkatkan skill kalian supaya bisa kalian jual dan mendatangkan cuan. 

Nah itu tadi 3 alasan mengapa kalian perlu waspada ketika mengambil pekerjaan wfh di lingkungan pedesaan. Sebenarnya Work From Home tidak masalah, WFH bisa dijadikan sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Tergantung pribadi kita masing-masing saja, asalkan gaji dari kerja jarak jauh dapat mencukupi kebutuhan kita ya gapapa. Asal bekerja ya gais, tidak mengantongi uang orang tua.