Ketegangan, kelucuan, ketegangan, kelucuan harus selalu ada dalam film, terutama film super hero. Hal itulah yang membuat kita betah menonton selain karena ceritanya menarik. Film Marvel seperti Galaxy and Guardians, Thor Regnarok, Iron Man, Agent of Ultron, Infinity War, sampai Avenger Endgame sangat berhasil memadukan keduanya.
Ada perbedaan mencolok antara film super hero garapan Marvel Studio dan DC. Film kepahlawanan Marvel menurut saya lebih unggul daripada miliknya DC. Baik dari apa yang dilakukan tokoh pahlwannya maupun dari segi gaya penceritaannya.
Kekuatan Pahlawan Diperoleh Melalui Usaha
Bagi penonton rasional seperti kita, pasti kita akan melihat bagaimana sisi logis yang masih diterima oleh akal. Kekuatan tokoh pahlawan dalam film Marvel Studio selalu tidak lepas dari yang namanya usaha. Kita tahu bahwa kekuatan pahlawan film Marvel didapat dari penciptaan serum yang membuat tubuh jadi lebih kuat dari sebelumnya. Serum itu diciptakan melalui ilmuwan untuk menciptakan manusia dengan kekuatan super. Seperti yang terjadi pada Steve Rodgres yang awalnya seorang pria kurus kecil dan pendek. Setelah disuntikkan serum, ia menjadi pria gagah dan tinggi layaknya anggota militer.
Film Marvel Studio lain dalam membangun cerita pahlawan dengan dapat diterima akal sehat adalah cerita Doctor Strange. Bermula dari seorang ahli bedah syaraf yang mengalalami kecelakan dan kemudian ingin sembuh dengan mencari pengobatan alternatif di cina. Walhasil dirinya sembuh dan menjadi salah satu pahlawan dengan kekuatan meditasi ala orang cina.
Memang masih terkesan fiksi, namun dalam hal ini masih bisa diterima. Berbeda dengan kekuatan-kekuatan pahlawan di DC yang over super. Walaupun juga ada film Marvel Studio yang over super seperti Thor dan Marvels, tapi perbandingannya lebih banyak yang diperolah melalui usaha rasional.
Tapi kalau tokoh pahlawan DC kebanyakan didapat secara instan. Contohnya saja tokoh pahlawan The Flash yang dapat berlari secepat kilat setelah tersambar petir.
Alur Cerita Berdasarkan Kenyataan dan Mudah Dipahami
Entah mengapa film super hero di Marvel Studio selalu tidak lepas dari apa yang sedang terjadi di dunia. Dunia yang kita tempati ini tidak sedang baik-baik saja. Seperti halnya rasisme terhadap kulit hitam yang masih terjadi hingga sekarang. Marvel Studio dengan film “Black Panther” yang menceritakan kerajaan di Afrika, mencoba untuk mengedukasi bahwa pahlawan itu nggak melulu orang kulit putih.
Isu sosial seperti rasisme inilah yang tidak ada dalam gaya penceritaan film di DC. Di film-film DC hanya berhenti seputar pahlawan-pahlawan saja. Tidak mencoba untuk peka terhadap permasalahan sosial yang sedang terjadi. Inilah sebab film DC masih terkesan kekanak-kanakan karena terlalu fiksi gaya penceritaannya.
Humoris
Terakhir kelebihan film-film Marvel Studio adalah sense of humor-nya. Jokes-jokes segar kadang terlontar dari pemeran-pemeran di film Marvel. Seperti adegan dimana Hulk dan si Tupai kecil menemui Thor di Asgard, tempat tinggalnya. Terus si Tupai kecil ketika melihat Thor yang perutnya terlihat longsor langsung mengatakan “Seperti ice cream.”
Bahkan kelucuan di film marvel tidak berhenti di kata-kata saja, melainkan perilaku juga. Seperti penggunaan mesin quantum yang merubah Ant-Man menjadi anak-anak dan bayi. Disinilah dimana film Marvel “Avenger Endgame” mengocok-ngocok perut kita atau jika kita orangnya sulit ketawa, kita bisa dibuat senyam-senyum sendiri karena kelucuannya. Ini yang membuat kita lebih menyukai film hero Marvel ketimbang film DC.
Berbeda dengan film hero DC yang alur ceritanya minim jokes-jokes yang menghibur. Bahkan tokoh-tokoh pahlawan garapan DC hampir semuanya serius mukanya.
Editor : Hiz
Foto : IDN
Comments