Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar kepada Nabi Muhammad yang diturunkan oleh Allah SWT. Di antara mukjizat nabi sebelumnya, Al-Qur’an inilah yang berbeda tapi yang paling hebat dan dahsyat.
Namun, akhir-akhir ini di media sosial sekarang masih rame-ramenya memperbincangkan tentang dukun, dan dalam praktek dukunnya itu ada yang menggunakan ayat-ayat al-Qur’an.
Bagaimana ini? Padahal dulu, 13 abad yang lalu, ayat-ayat al-Qur’an digunakan untuk membuktikan bahwa nabi Muhammad SAW bukanlah seorang dukun.
Maka dari itu, kita simak pendapat dari ustadz Adi Hidayat.
Konsultasi kepada Dukun
Pertama, sebelum membahas lebih dalam, UAH menyampaikan bahwa, “hukum berkonsultasi atau meminta sesuatu dan membenarkan dunia perdukunan itu ancamannya tinggi, berdasarkan sabda Nabi SAW.
Salah satu hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah bersabda:
“Siapa yang datang kepada ‘arrafan (paranormal), tukang sihir dan dukun. Lalu meminta sesuatu, kemudian dia membenarkan menyakini apa yang disampaikannya, maka dia telah kufur/mengingkari terhadap segala yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.”(H.R. Al-Hakim)
Ini di antara uslub/cara menyampaikan informasi yang menunjukkan kecaman yang sangat tinggi bahkan menunjukkan kepada kekufuran terhadap nilai-nilai syariat yang paling pokok yaitu akidah.
Maka dari itu, orang yang sudah mengunjungi 3 orang tersebut lalu membenarkannya, maka anjurannya adalah segera untuk bertaubat kepada Allah.
Dosa Syirik
Mengunjungi dukun atau yang lainnya merupakan satu di antara tujuh dosa besar yang berpeluang mendapatkan murka Allah SWT dan itu bisa juga mengugurkan nilai-nilai ketaatan.
So, para Milenialis sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam untuk menghindari hal itu, karena sudah disebut kufur, lalu amalan kita yang sudah dilakukan pun akan terhapus juga karena hal itu termasuk syirik, yaitu mempercayai sesuatu yang Allah larang dan menduakan keberadaan Allah.
Sebagaimana firman Allah SWT,
إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَّشَآءُ ^ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَآ اِثْمًا عَظِيْمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa besar.” (Q.S. An-Nisa : 48)
Dalam ayat itu, UAH menjelaskan, jika hal itu dibawa sampai mati. Terkecuali jika belum datang ajalnya dan kemudian dia bertaubat nasuha mohon ampun kepada Allah serta perbaiki dengan menjauhkan syirik, maka akan berpeluang mendapatkan ampunan-Nya.
Ganjaran Seorang Dukun
Itu jika yang berbuat atau konsultasi dan membenarkan. Bagaimana dengan pelakunya? Maka itu lebih berbahaya lagi jika dia mengaku muslim. Maka kita doakan semoga Allah melembutkan hati-hati orang yang menduga dukun itu profesi.
Padahal dulu Nabi dituduh sebagai penyihir, orang sinting bahkan disebut dukun juga. Tuduhan itu dilakukan oleh orang Arab jahiliyah pada masa itu karena kesal dan marah atas dakwahnya.
Maka turun beberapa ayat yang paling pokok yang langsung diturunkan oleh Allah SWT sebagai pembelaan bagi Rasulullah dan menepis dari tuduhan itu.
Lalu bagaimana sekarang ada orang yang membawa ayat Al-Qur’an dan orang itu dukun? Hal itu dosanya besar sekali. Sebagaimana Allah swt berfirman,
“Dan bukan pula perkataan tukang tenun. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.” (Q.S. Al-Haqqah: 42)
Ayat Al-Qur’an dan Jimat Dukun
Jadi, kata UAH bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu bukanlah jimatnya para dukun apalagi dilakukan untuk magic tertentu. Itu tidak boleh. Maka orang yang berpraktek seperti itu, orang tersebut kata al-Qur’an itu tidak pernah dzikir.
Dari ayat tersebut, kata qalilan maa secara balaghah menunjukkan ‘tidak pernah’. Jadi, jika seseorang melakukan maksiat, itu implikasi terbesarnya keshalihannya menurun, karena salah itu lawannya shalih.
Jadi jika shalihnya naik maka salahnya turun, tapi jika salahnya naik maka shalihnya turun. Makanya orang munafik itu sedikit dzikirnya. Sebagaimana firman Allah,
“… dan mereka tidak pernah mengingat Allah kecuali hanya sedikit.” (Q.S. An-Nisa: 142)
Kata Allah, orang munafik banyak problemnya, banyak maksiatnya, banyak salahnya, makanya kalau pun dzikir itu hanya sedikit, dan itu jika ada kebutuhannya saja. Nah para dukun disebut oleh Al-Qur’an hampir tidak pernah dzikir, bahkan belum tentu bisa membaca Al-Qur’an. Kemudian Allah SWT berfirman,
“Maka peringatkanlah, karena dengan nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula orang gila.” (Q.S. Ath-Thur: 29)
Ayat tersebut menyuruh nabi Muhammad untuk mengingatkan, pahamkan orang, ajak kepada kebaikan, doakan dan sampaikan dakwahi bahwa kamu mendapatkan nikmat Allah. kata Allah, engkau dengan nikmat Rabbmu diberikan nikmat besar. Dengan nikmat itu engkau bukanlah seorang dukun apalagi orang gila. Engkau adalah orang yang mendapatkan kelengkaan nikmat Allah swt.
Lalu UAH menutupnya bahwa hal-hal yang berkaitan dengan dukunisme, paranormalisme dan lain sebagainya itu menjauhkan seseorang dari nikmat Allah SWT.
Kenikmatan terbesar itu ketika seorang hamba tersambung dengan Allah lewat dzikir. Maka dari itu, kita hindari hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam dan doakan karena selama hidup seorang hamba masih memiliki hak untuk menjadi shalih.
Editor: Lail
Gambar: Pexels
Comments