Musim hujan sepertinya sudah datang. Hampir setiap hari dalam beberapa minggu terakhir di Jember selalu turun hujan. Saat musim hujan-hujan begini, biasanya memang paling pas minum yang hangat-hangat, kayak susu, teh, kopi, atau coklat hangat. Jika kalian kebetulan berada di Jember dan menepi karena hujan, wedang cor, minuman hangat khas Jember bisa kalian nikmati untuk menemani suasana sendu.
Asal-usul Wedang Cor
Masyarakat Jember menamai minuman ini dengan “Wedang Cor”. Tenang saja, namanya memang identik dengan adonan cor-coran, tetapi bahannya gak terbuat dari campuran semen dan batu koral, kok. Bahan-bahan wedang cor terdiri dari susu kental manis, jahe, tape ketan hitam, air panas, dan gula. Tape ketan yang dicampur dalam wedang jahe ini yang menjadi asal nama wedang cor, karena butiran beras ketan mirip dengan koral yang ada dalam adonan cor-coran.
Perpaduan hangatnya air rebusan, pedasnya jahe, manis dari gula, kentalnya susu dan sedikit kecut serta tektur yang berbeda dari tape ketan, membuat wedang cor menjadi minuman yang menghangatkan sekaligus juga pengisi perut.
Menurut Dukut Imam Widodo dalam bukunya yang berjudul Djember Tempo Doeloe, nama wedang cor mengandung makna filosofis yang berarti nge-cor badan saat malam hari. Memang kebanyakan warung yang menjual wedang cor buka sore hingga malam hari. Tempat nongkrong paling legend dengan menu wedang Cor-nya di Jember adalah warung Perhutani. Saya gak tau nama warungnya, tetapi karena letaknya di gang sebelah kantor Perhutani, maka orang-orang menyebutnya warung Perhutani.
Sewaktu SMA dulu saya lumayan sering kesana. wedang cor bikinan warung tersebut memang banyak yang mengakui paling lezat di Jember dan lebih kental dari warung lain. Selain wedang cor yang menjadi andalan, warung Perhutani juga menyediakan aneka gorengan dan sebungkus kecil tape ketan. Saat suasana dingin, biasanya perut sering keroncongan. Oleh karena itu, gorengan atau tape ketan bisa menjadi pengganjal.
Saya dulu mengira, warung itu yang pertama kali berinovasi menciptakan wedang cor. Menurut kabar yang bereda, wedang cor berasal dari kebiasaan pelanggan yang mencampur wedang jahe dengan sebungkus kecil tape ketan. Dari situlah si penjual berinovasi dengan menambahkan gula dan susu kental manis.
Ada Sejak Zaman Kolonial
Akan tetapi, menurut yang saya baca dalam buku Djember Tempo Doeloe, ternyata wedang cor sudah ada sejak zaman kolonial dulu. Penjual wedang cor zaman dulu berjualan dengan cara berjalan keluar masuk kampung bawa angkringan. Ada sedikit perbedaan antara wedang cor zaman dulu dengan zaman sekarang. wedang cor zaman dulu memakai susu sapi murni sehingga ditambah perasan jeruk nipis untuk menetralisir rasa amis pada susu sapi.
Manapun yang benar, rasa wedang cor sudah tidak perlu diragukan lagi. Kalian yang berkunjung ke Jember wajib coba minuman hangat ini. Bagi mahasiswa atau perantau yang tinggal bertahun-tahun di Jember, tetapi tidak pernah mencoba wedang cor, duh rugi banget.
Comments