Pernah mendengar ungkapan, “Cintailah apa yang Anda lakukan, jika Anda tidak dapat melakukan apa yang Anda cintai?” Atau nasehat, “jangan mencela tempat Anda diberi makan”. Banyaknya motivasi untuk kita dalam dunia kerja menunjukkan bahwa dunia kerja adalah salah satu penyebab menurunnya kesehatan mental, seperti munculnya stres yang sering disebut working burnout.
Akibat Working Burnout
Akibanya, selain dapat berdampak pada pikiran, tubuh kita juga menjadi sakit dan kelelahan. Hal tersebut juga akan mempengaruhi relasi kita dengan orang-orang di sekitar terutama keluarga. Banyak perusahaan dan kantor rutin melaksanakan hiburan bagi pegawainya. Hal ini bertujuan untuk menghindari stres yang berlebihan. Dengan berkurangnya stres, maka otomatis produktifitas akan meningkat. Produktifitas meningkat, maka pihak perusahaan akan diuntungkan sehingga akan menghasilkan bonus yang tinggi yang dapat dinikmati juga oleh seluruh pegawai.
Namun demikian, tidak semua hal dapat kita capai dari apa yang kita impikan. Kadang kala situasi yang harus kita jalani adalah tuntutan kondisi sekitar atau dampak dari pilihan sebelumnya. Bahkan karena tidak ada pilihan lain sehingga kita berada dalam kondisi tersebut.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan jika kita didera syndrome working burnout ini. Hal ini sangat tergantung dari personal masing-masing. Tidak semua hal dapat diterapkan pada seseorang, bisa jadi hanya satu solusi yang digunakan dan akhirnya terbebas dari working burnout ini. Solusi dalam tulisan ini bukanlah tentang mencari alternatif untuk menenangkan diri, tetapi lebih kepada penerimaan terhadap situasi dan kondisi yang harus dihadapi. But it’s work to me. Hehehe
Tetap Disiplin Masuk Kerja
Setiap orang yang bekerja di bawah kepemimpinan orang lain tentunya harus disiplin dalam bekerja. Hal ini bukan berarti jika menjadi boss untuk diri sendiri tidak perlu disiplin. Dalam konteks tulisan ini, disiplin masuk kerja adalah tepat waktu masuk kerja dan tepat waktu juga pulang kerja. Fokus untuk melakukan pekerjaan saat jam kerja tanpa adanya gangguan lain. Sehingga saat pulang kerja, tidak mengerjakan sisa pekerjaan tadi, bahkan tidak perlu memikirkan permasalahan kantor lagi.
Masalah utama kita didera stres adalah tidak disiplin pada diri sendiri. Kita tidak fokus dengan pekerjaan pada jam kerja, bahkan kita memikirkan pekerjaan saat bukan di jam kerja. Dengan masuk kerja dan pulang kerja juga membuat kita membangun pola kebiasaan tepat waktu. Artinya seseorang akan terbiasa untuk bergerak, berfikir, berbicara tentang pekerjaan hanya di dalam jam kerja saja. Di luar jam kerja, kita memberi kesempatan untuk jiwa dan pikiran untuk lebih relax sehingga tingkat stres dapat berkurang bahkan dihindari.
Hanya Mengerjakan Pekerjaan Sesuai Jobdesc
Melaksanakan pekerjaan hanya sesuai dengan jobdesc yang kita terima tentunya juga berkaitan dengan disiplin diri dalam bekerja. Mengerjakan pekerjaan sendiri tanpa mencampuri pekerjaan orang lain membuat pikiran lebih kreatif dan memprioritaskan tanggung jawab sendiri atas pekerjaan yang diberikan kepada kita.
Membantu pekerjaan orang lain bukan berarti kita lalai dalam melaksanakan jobdesc sendiri. Dalam hal ini, kita juga meyakinkan diri bahwa kita membantu bukan bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang lain. Apalagi jika atasan memberikan tanggung jawab kepada kita yang merupakan jobdesc orang lain, tentunya kita dapat memberi argumen tentang tanggung jawab dan kinerja kita yang tidak akan merusak tanggung jawab dan kinerja orang lain.
Atasan Kita Bukanlah My Stupid Boss
Saya pernah membaca komik My Stupid Boss, bercerita tentang seorang anak buah yang harus menghadapi bos yang luar biasa. Luar biasa dalam berargumen, bersikap, memimpin anak buah, pokoknya luar biasa dari kebiasaan pada umumnya.
Bawahan yang lebih pintar dari atasan banyak terdapat di kantor-kantor. Akan tetapi, bukan berarti bawahan boleh mencela atasannya seperti komik My Stupid Boss. Bagaimana pun atasan itu adalah bos saat kita bekerja. Se-menjengkelkan apa pun atasan bagi kita sehingga dapat menimbulkan stres yang berkepanjangan, tetap saja kita tidak dapat mencela dan marah-marahnya secara langsung seperti orang marah-marah di pasar atau terminal. Kita masih mempunyai kode etik bekerja.
Solusi yang sering saya jumpai jika ada atasan seperti My Stupid Boss, biasanya si bawahan cuekin si boss. Tetap bekerja, tetapi mengabaikan hal-hal yang bisa meningkatkan stres kita.
Banyak cara mengabaikan jenis atasan seperti ini. Namun, semua tergantung sifat dan sikap si atasan terhadap bawahannya. Ingat saja, jika ingin marah-marah dengan atasan seperti ini, maka ingatlah bahwa suatu hari nanti kita akan membutuhkan orang tersebut untuk menolong kita. Prinsip itu bekerja pada saya. Dan dapat mengurangi spedometer kemarahan saya sewaktu saya ingin marah-marah.
Rencanakan Perubahan
Ingin kehidupan lebih baik? Buatlah rencana perubahan. Jangan saklek terhadap sesuatu. Hidup itu dinamis. Tidak ada yang bersifat statis. Demikian juga situasi di tempat kerja. Jika suasana tidak mendukung produktifitas Anda, maka mulailah untuk memikirkan perubahan karir Anda.
Saya bukanlah motivator pekerjaan. Saya hanyalah pekerja yang kadang-kadang berada juga dalam situasi working burnout.
Jika pun situasinya tidak ada pilihan sehingga mengharuskan bekerja dalam suasan tekanan dan dapat meningkatkan stres selama bekerja, maka ubahlah mindset diri sendiri. Bagaimana pun hanya diri sendiri yang tahu sebatas mana daya tahan diri terhadap permasalahan yang muncul.
Working Burnout: Resign atau Pensiun Dini
Pilihan terakhir, resign atau pensiun jika telah merasa mantap. Dunia kerja itu fleksibel. Saat Anda keluar, maka akan ada 1000 orang lain yang berencana mengisi posisi Anda. Kadang kala keputusan sulit itu harus diambil, jika taruhannya adalah kewarasan kita. Karena akan sangat mempengaruhi orang-orang di sekitar kita nantinya.
Nah, bagaimana dengan Anda, adakah solusi untuk working burnout yang Anda alami? Atau Anda mempunyai solusi sendiri? Silahkan dipilih, kemudian dijalani dan pastikan telah siap dengan segala konsekuensi yang timbul dari setiap pilihan kita.
Editor: Nirwansyah
Ilustrasi: TopCV
Comments