Bentar lagi musim wawancara LPDP nih! Aku mau share beberapa take away notes dari agenda daftar beasiswa. Beberapa mungkin terdengar klise dan sudah sering disampaikan.
Siapa Bilang Daftar LPDP Harus Pinter?
Memilih untuk berani mendaftar beasiswa adalah berani untuk mengenal diri sendiri lebih dalam.
Kalau IPK kalian gak cumlaude, gak perlu kecil hati! Cumlaude mungkin menjadi nilai plus, tapi bukan penentu. Yang penting adalah, gak boleh di bawah batas minimal persyaratan.
Syarat tiap beasiswa berbeda ya! Misal beasiswa A minimal IPK 3,3, tapi untuk daerah 3T minimal 2,8.
Seni Mengenal Diri Sendiri
Menurutku, yang lebih penting adalah bagaimana mengenali diri kita sendiri. Kita orangnya seperti apa? Plus-minus kita apa?
Motivasi terbesar kita daftar beasiswa dan mau lanjut kuliah itu apa? Itu big questions yang perlu direnungkan dalam puluhan purnama.
Mengenali diri ini konteksnya ditarik ke seberapa cocoknya sih profil kita ke beasiswa tersebut? Sudah jamak diketahui, bahwa penyedia beasiswa itu bervariasi.
Tips lolos beasiswa LPDP misal, ingin mencari anak-anak bangsa yang diharapkan nantinya akan berkontribusi untuk Indonesia di berbagai bidang.
Suka dengan anak-anak, juga memiliki kemampuan leadership yang bagus. Gak harus skala nasional dan muluk-muluk, at least bawa perubahan baik di masyarakat dalam tingkatan manapun.
Beasiswa lain? Ya tinggal baca aja di websitenya. Lihat visi dan misi mereka, refleksikan harapan mereka. Akan ada clue profil kandidat seperti apa yang mereka harapkan. Apakah ada prioritas jurusan tertentu atau background tertentu?
Kita juga bisa ngepoin dari mana funding mereka berasal. Misal mereka dapat suntikan dana dari perusahaan X, kita bisa kepoin dikit tentang itu. Meski rada jauh, tapi kadang yang bekerja sama itu mereka share value yang sama.
Nah, kecocokan profil kita dengan provider beasiswa gak akan kita ketahui kalau kita gak mengenal diri sendiri dan mengenali tanda-tanda!
Pertanda dari CV
Pertanda-pertandanya ada di CV kamu. Coba buka ulang CV kamu. Kilas balik selama ini apa aja yang udah kamu lakukan? Untuk membantu mengatalisasi dan mempersimpel perenungan ini.
Ada 3 profil yg mungkin bisa kita pertimbangkan. Renungkan apakah kamu:
- Akademisi
- Aktivis
- Both of them
Jelas lah ya, kalau akademisi berurusan dengan publikasi, conference, penelitian, dll. Kalau aktivis, bisa dari kamu aktif di organisasi apa? Aktif menyuarakan apa? Dll.
Sebenarnya gak seketat itu -hanya 3-, itu hanya tawaran -dan aku suka menggunakan katagorisasi itu- untuk memframing diri kita -dalam konteks cari beasiswa kuliah.
Gunanya apa sih ngeframing diri dengan katagori-katagori itu?
Selain untuk memperjelas apakah profil kita termasuk kandidat yg diharapkan untuk beasiswa A, B atau C, itu juga nantinya membantu saat menulis essay – wawancara.
Menurutku, ada 3 hal yang perlu digambarkan dalam essay beasiswa yang merupakan refleksi dari orang tersebut.
- Apa yang sudah kamu lakukan?
- Apa yang tengah kamu lakukan sekarang?
- Apa yang akan kamu lakukan di masa depan?
Yes! Tiga hal itu yang akan dikorek-korek penyedia beasiswa sejak mulai mengisi data pendaftaran.
Lah kok gitu? Yaiya lah! Penyedia beasiswa gak mau investasi bodong. Mereka invest banyak agar penerima beasiswa berguna untuk orang lain.
Dilihat dari potensi, kesesuaian dan kerealistisan dalam menjawab tiga pertanyaan tadi, baik di essay maupun di tiap-tiap step seleksi.
Connecting the Dots
“Lah… kayaknya aku gak pernah melakukan sesuatu atau sekarang juga gak ngapa-ngapain”
Kalau menurutku, masalahnya bukan pada kita yang gak pernah ngapa-ngapain. Tapi lebih ke kita masih belum lancar connecting the dots. Proses ini gak instan, jadi takes your time~
Misal, contoh lewat profil aktivis: Kita beberapa kali nulis di media tentang isu perempuan let say di https://rahma.id/
Lalu, kita sekarang aktif di organisasi keperempuanan semacam Kohati, IMMawati, Nasyiatul Aisyiah, IPPNU dll.
Nah, dotsnya mulai terlihat dan tersambung dengan baik. Tinggal bikin rencana pengabdian masa depan yang tentunya impactful untuk masyarakat.
Oiya, yang gak kalah penting adalah jujur. Aku percaya bahwa kata-kata kita yang jujur, baik ditulis atau diucapkan itu akan bisa mengetuk pintu hati orang.
Kalo belum nemu connecting the dots, coba minta pendapat orang lain. Selama ini kita terlihat aktif di mana sih? Tanyakan kualitas kita yang bisa dilihat oleh mereka apa? Nah, dari jawaban itu bisa kita ambil sebagai inspirasi.
Cerita hasil connecting the dots itu tadi coba di bagi ke semua aspek data/dokumen beasiswa. Jangan terlalu mengulang hal yang sama.
Mungkin kalo belum pernah mengerjakan aplikasi beasiswa bakal rada bingung dengan perkataanku. Tapi once nyoba buat daftar akan ngerti kok!
Tips Highlight Data
Di pendaftaran beasiswa itu butuh essay, CV, dan surat rekomendasi. Nah kita bisa highlight tentang pencapaian akademis lewat surat rekomendasi dari akademisi.
Lalu hightlight bagian kemampuan kerja kita dari rekomendasi atasan. Contoh, kalau kita nulis/bercerita pernah ngajar TPA.
Di essay, di CV dan di surat rekomendasi kita akan mengulang aja tuh, jadinya aplikasi kita kurang ‘nonjok’. Kita bisa pesan ke pemberi rekomendasi untuk highlight bagian tertentu.
Tips Wawancara
Tips lolos beasiswa LPDP selanjutnya pada bagian wawancara. Wawancara adalah proses konfirmasi dan mempertanggungjawabkan apa yang kita tulis dan cantumkan di CV, essay, rekomendasi dan personal statement dll.
Pewawancara sudah tahu garis besar tentang kita, dari dokumen pendaftaran, ngulik-ngulik kita lewat mesin pencari, termasuk juga sosial media kita.
Kita gak tahu dibagian mana pewawancara tertarik pada kita. Oleh karena itu, persiapkan semua dengan detail. Detail yang aku maksud adalah menyertakan bukti.
Another klise, but penting. Jadilah pendengar yang aktif dan baik. Mendengarkan dengan seksama, tidak memotong pembicaraan, terlalu ingin memperlihatkan kehebatan kita, atau justru gak yakin dengan diri kita, akan membawa emosi yang negatif saat wawancara.
LPDP ada psikolognya. Intinya, be prepared untuk segala kemungkinan dan be authentic (jujur) alias tidak mem“bebek” pada profil orang, jadi tips lolos beasiswa LPDP.
Kadang, karena kita sudah mempelajari pertanyaan wawancara, jawaban kita jadi terasa gak authentic dan terdengar sebagai formalitas aja.
Ketika baca profil orang yang sudah lolos beasiswa LPDP, kadang kita jadi pengen copy paste profil mereka. Kalau gitu jadi gak authentic dan genuine.
Start Lebih Awal
Kalau masih kuliah dan sudah membaca ini, aku pikir ini saat yang tepat untuk ‘merajut’ CV. Mau fokus ke akademis, gas raih cumlaude, ikut PKM, gabung penelitian dan publikasi. Mau lewat jalur aktivis, juga kudu sat set berkontribusi lewat organisasi yang kita pilih.
Aktif di organisasi silakan nikmati prosesnya, jangan kabur-kaburan, haha. Recruiter beasiswa pasti akan meninjau organisasi yang kita ikuti, jabatan yang kita emban dan berapa tahun aktif. Btw, itu bakal ditanya waktu wawancara.
Memilih untuk mendaftar beasiswa berarti harus siap mengenal diri kita lebih detail dan dalam. Good luck everyone!
Editor: Lail
Gambar: Pexels
Comments