Mungkin bagi kamu sudah tidak asing dengan penggunaan hewan sebagai lambang, Ikon, ataupun maskot sebuah brand atau bahkan logo sebuah kota hingga lambang kenegaraan. Bahkan, dalam sebuah event-event tertentu, hewan juga kerap kali digunakan sebagai sebuah maskot, seperti dalam pagelaran Piala dunia maupun Olimpiade.
Tentunya di era modern ini hal tersebut telah lazim digunakan. Akan tetapi ternyata penggunaan hewan sebagai perlambangan sudah dilakukan sejak ratusan, bahkan ribuan tahun lalu. Umumnya penggunaan ini ditujukan sebagai lambang sebuah kota maupun negara.
Dilansir dari KBBI, pengertian maskot adalah orang, hewan, atau benda yang difungsikan sebagai lambang. Umumnya tujuan penyimbolan tersebut demi memberikan keberuntungan, maupun keselamatan dalam kepercayaan, atau keyakinan yang ada di sebuah sistem masyarakat. Dengan demikian secara garis besar hewan-hewan yang lazim digunakan sebagai maskot atau logo dipercaya sebagai pembawa keberuntungan atau hal-hal baik.
Hewan yang Dipilih Lazimnya Merupakan Hewan Asli Kawasan
Dalam pemilihan hewan yang akan digunakan sebagai maskot tentunya tidak sembarangan. Ada beberapa kriteria tersendiri yang menjadi tolak ukur seekor hewan dijadikan maskot, ikon, atau bahkan lambang/simbol dari sesuatu. Umumnya bisa dari kebiasaan hewan tersebut, atau jika kasusnya sebagai simbol sebuah daerah pastinya merupakan hewan asli atau endemik dari suatu wilayah tersebut.
Salah satu contoh penggunaan hewan sebagai maskot dari sebuah kota yakni bisa dilihat dari maskot kota Jakarta. Umumnya orang-orang akan mengira bahwa ikon ibukota ini adalah Tugu Monas. Akan tetapi ternyata maskot resmi dari kota Jakarta adalah Elang Bondol dan Salak Condet. Penetapan ini karena Elang Bondol merupakan satwa endemik dari DKI Jakarta yang penyebarannya didominasi di Kepulauan Seribu. Sehingga tidak heran satwa yang hampir punah ini digunakan sebagai maskot kota Jakarta.
Banyak kota-kota lain yang juga menggunakan perlambangan hewan sebagai ikon atau maskot daerah tersebut. Seperti kota Surabaya yang menggunakan perlambangan ikan sura dan buaya karena berasal dari legenda setempat. Sedangkan untuk taraf yang lebih tinggi dapat juga melihat dari lambang negara Republik Indonesia yang menggunakan Elang Jawa. Atau yang diibaratkan sebagai Burung Garuda sebagai lambang negara.
Penggunaan Hewan sebagai Kampanye
Penggunaan hewan sebagai maskot atau ikon maupun logo juga tidak terlepas dari seruan kampanye yang dilakukan beberapa pihak. Seperti yang dilakukan oleh panitian PON ke-XX di Jayapura pada 2021 silam. Maskot tersebut menggambarkan dua satwa endemik Papua yakni Kangpho yang merupakan representasi dari Kangguru Pohon dan Drawa yang merupakan perlambangan dari Burung Cendrawasih. Kedua maskot ini juga memiliki penampilan menggunakan akesoris dari Papua yang bertujuan untuk mengenalkan kebudayaan dari Papua agar lebih dikenal masyarakat.
Selain itu juga penggunaan kedua hewan ini dapat diasumsikan sebagai kampanye perlindungan satwa yang nyaris punah. Seperti yang diketahui Kangguru Pohon merupakan salah satu satwa endemik yang terancam punah. Begitu pula dengan burung cendrawasih yang juga merupakan burung endemik yang dipercaya suci oleh warga asli Papua yang juga keberadaannya kian terancam karena perburuan liar dan hilangnya habitat. Dengan penggunaan hewan-hewan tersebut diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat, agar turut serta menjaga lingkungan agar tetap lestari.
Dapat Memberikan Sugesti bagi Masyarakat
Tidak dapat dipungkiri memang pemilihan hewan sebagai ikon, maskot maupun lambang dapat memberikan efek sugesti bagi masyarakat. Umumnya strategi ini digunakan brand-brand tertentu dalam memasarkan produknya. Salah satu contohnya yakni penggunaan logo rubah yang digambarkan seperti api dalam produk Mozilla Firefox, atau bisa juga logo burung berwarna biru yang digunakan oleh Twitter sebagai salah satu social media terbesar di dunia.
Penggunaan maskot hewan yang diadaptasi lebih menarik itu tentunya dapat memberikan efek sugesti secara psikis dan dapat membuat orang tertarik karena penampilannya yang lebih menarik.
Editor : Faiz
Gambar : Google
Comments