Jika sebelumnya kita bisa saling berkomunikasi dengan mudah dan melakukan kegiatan yang begitu variatif. Sekarang, kita masih harus berkutat dengan pembelajaran daring yang monoton dan hal ini sudah dilewati selama kurang lebih satu tahun belakangan. Yang lama-lama akrab dengan kegiatan contek-mencontek tugas yang diberikan.
Kegiatan saya sebagai mahasiswa sekarang ya gitu-gitu aja. Diawali dengan bangun tidur dalam keadaan baru merem sekitar 3-4 jam, disambut dengan tugas yang sudah menunggu di Google Classroom atau Google Form, mendengarkan dosen dengan kondisi mata yang masih ingin menutup, dan mengerjakan laporan praktikum yang seakan nggak ada habisnya.
Di tengah-tengah kebosanan yang semakin menyeruak karena keadaan seperti ini, nafsu untuk mengerjakan tugas pun juga ikut terkena imbasnya dan sudah semakin menipis. Mau bagaimana lagi? Satu tahun berkutat dengan rutinitas yang sama tidak hanya menjadikan kami menjadi semakin terbiasa, tetapi tarafnya sudah melebihi dari itu dan sekarang lebih ke perasaan eneg. Saya sendiri pun sudah memasuki tahap bahwa saat ini saya bukan lagi mengerjakan tugas, tetapi tugas yang mengerjai saya.
Oleh karena itu, sudah banyak teman saya dan juga saya sendiri pun semakin nggak niat dalam mengerjakan tugas. Saya paham betul bahwa nggak ada alasan untuk menormalisasi sebuah kesalahan, tetapi frekuensi menyontek tugas saat ini memang sudah semakin merajalela. Tapi tenang dulu, saya pun sebenarnya nggak jarang menjadi seorang donator sukarela pemberi lemparan jawaban ke teman saya. Makanya, saat ini saya mau review beberapa tingkatan orang yang diberikan contekan dari yang normal sampai yang nggak tahu diri.
#1 Pencari Referensi
Orang yang masuk ke dalam tingkatan ini sebenarnya masih belum pantas jika disebut sebagai penyontek. Mereka ini adalah orang yang sebenarnya sanggup mengerjakan sendiri semua tugas yang diberikan, hanya saja mereka perlu sebuah batu loncatan yang membantu mereka dalam mengembangkan ide.
Kalau pun ada jawaban dari milik kita yang tetap dipertahankan, mereka biasanya memberikan laporan yang runtut bagian mana saja yang mereka kutip dari jawaban milik kita sehingga kita sebagai orang yang memberikan umpan manja pun tak perlu was-was. Tingkatan ini masih sangat bisa ditolerir karena terkadang mereka juga bisa memberikan koreksi terhadap jawaban kita sehingga terjadilah simbiosis mutualisme dimana mereka mendapatkan referensi dan kita juga mendapatkan koreksi atas kesalahan dalam jawaban kita.
#2 Pemodif Ulung
Tingkatan kedua sebenarnya juga masih belum meresahkan karena orang yang bergabung ke dalam tingkatan ini masih memiliki effort untuk mengganti beberapa bagian yang dirasa memerlukan pendapat pribadi dari masing-masing orang. Mereka masih memiliki empati terhadap orang lain yang sudah bekerja keras dalam memberikan bantuan.
Walaupun pada bagian tertentu mereka request untuk nggak mengganti sama sekali, tetapi orang yang masuk ke tingkatan ini paham betul bahwa jawaban yang diberikan ke mereka perlu dimodif sedemikian rupa sehingga tak terdeteksi oleh dosen bahwa hasil jawaban mereka adalah hasil kerja sama antar mahasiswa. Parafrase adalah senjata utama mereka dalam menghasilkan ilusi yang sangat ampuh dalam urusan mengelabuhi dosen atau guru.
#3 Benalu
Inilah tingkatan tertinggi dari seorang yang memutuskan untuk menyontek hasil tugas milik temannya. Mereka yang sudah masuk ke tahap ini tak ingin memberikan effort sedikitpun karena yang terpenting bagi mereka adalah tugas terkumpul walaupun ada orang lain yang harus ikut dikorbankan. Dengan entengnya, mereka meminta kepada teman hasil jawaban tugas dan hanya sekadar mengganti nama teman tersebut menjadi nama milik sendiri. Lebih parahnya lagi, ada yang langsung mengumpulkan jawaban temannya tanpa mengganti nama terlebih dahulu karena lupa. Edyann!
Orang yang masuk ke dalam tingkatan ini sangat pantas disebut benalu. Mereka hanya mau menerima hasil akhir tanpa mau berusaha sedikitpun dalam mengerjakan tugas tersebut. Selain itu, mereka terkadang juga bisa membawa kita sebagai pemberi contekan ke dalam permasalahan baru apabila mereka ketahuan menyontek tugas karena jawaban yang tak diganti sedikitpun.
Bagaimanapun juga, sebisa mungkin sebagai pelajar maupun mahasiswa, kita seharusnya bisa mengerjakan tugas tersebut secara sendirian. Saya sendiri pun sebenarnya juga nggak mau melakukan itu, tetapi gimana lagi namanya khilaf. Walaupun kalau sudah berkali-kali nggak pantas disebut khilaf juga, sih.
Intinya, kalau memang mampu dan punya waktu luang lebih baik ya dikerjakan sendiri dan dengan kemampuan sendiri. Saya ngomong gini sebenarnya yo sambil ngaca juga wong aku yo kadang masih nggak jujur juga. Hehe~
Comments