Menulis itu tidak sulit jika kita mulai untuk menuliskan. Ide yang didapat tidak hanya terus dipikirkan tapi harus dituliskan menjadi kerangka, hingga berakhir pada tulisan utuh. Kira kira begitu semangat yang hendak ditularkan As Laksana melalui buku Creative Writing.
As Laksana menjelaskan jika dalam menulis lebih baik menulis buruk, daripada tidak menuliskannya sama sekali. Dengan bahasa yang sederhana, buku Creative Writing ini membawa pembaca pada resep-resep jitu dalam hal mengolah tulisan, terutama untuk tulisan fiksi seperti cerpen, puisi, maupun novel.
Gaya penyampaian As Laksana yang santai membuat buku ini mudah dipahami. Pembawaan bahasa ringan dan jelas sehingga memudahkan pembaca untuk termotivasi dalam hal menulis. Sebagai pemula kita sering kali merasa khawatir dan takut dalam memulai menulis. As Laksana pun menegaskan jika itu perkara yang salah, sebab yang paling penting dalam menulis adalah keberanian untuk mengawalinya.
Seandainya kita sadar, dengan menulis kita telah membahasakan apa yang kita rasa menjadi rangkain kata dan bahasa. Sehingga pada akhirnya kita menikmati kegiatan menulis menjadi sesuatu yang menyenangkan. Pada dasarnya, menulis akan terasa mudah dan menyenangkan bila kita punya keterampilan untuk itu.
Lalu apa yang mesti dilakukan saat kehilang ide, atau tiba tiba buntu ide? Kadangkala kita cukup kesulitan membuat awalan dari tulisan, atau mengakhiri sebuah tulisan. As Laksana pun menyajikan beberapa strategi jitu dalam menangani masalah yang sering dialami seseorang dalam mengawali untuk menulis.
Pada bab ‘Strategi Tiga Kata,’ kita dibawa As Laksana untuk mengerti pola yang harus dibangun saat mengawali tulisan fiksi. Alat bantu menulis cepat itu, dia sebuat dengan strategi tiga kata. Kita memerlukan tiga kata untuk membuat tulisan mengalir cepat. Strategi tiga kata ini diawali dengan memakai tiga kata dalam menyusun sebuah paragraf. Gunakan salah satu kata untuk mengawali tulisan. Tiga kata ini yang kata As Laksana akan membawa rangsangan pada otak sehingga berasosiasi menciptakan sebuah keajaiban.
Dari strategi tiga kata, kemudian mengkonkretkan konsep-konsep abstrak serinci dan sejelas mungkin agar menjadi narasi. As Laksana menginstruksikan untuk menuliskan gambaran secara jelas konsep-konsep abstrak seperti cinta, panas, pengap, dan sebagainya. Daya kreatif dalam menggambarkan itu membuat tulisan tidak jatuh pada penggambaran yang itu-itu saja.
Agar lebih jelas lagi kita mesti peka menggunakan lima indera dalam membuat deskripsi. Deskripsi dengan Lima Indra yang baik akan membuat cerita hidup di benak pembaca, yang baik . Membuat pembaca merasakan tulisan, mampu melihat sesuatu, mencium suatu bau, mendengar bunyinya, bahkan terasa mencecap rasanya. Tulisan kita akan benar-benar hidup
As Laksana kemudian menggamblangkan untuk sebaiknya tidak ‘Menulis Sekaligus Mengedit’. Sebab ketika seseorang mengerjakan dua pekerjaan besar secara bersamaan, yakni menuliskan gagasan dalam narasi paragraf sembari mengeditnya, maka akan sering menghapus tulis, lalu berhenti lama sehingga tidak ada keinginan lagi untuk menulis. Terjebak dalam menulis sekaligus mengedit mengarahkan kita tidak sabar menghasilkan tulisan yang bagus. Ekspektasi yang terlalu tinggi pada akhirnya tidak menghasilkan apa apa.
Pembahasan dalam buku ini kian mudah dipahami. Terutama karena dilengkapi dengan contoh pada setiap bagiannya. Jadi bagi kalian seorang pemula yang hendak belajar menulis, terutama karya fiksi. Buku As Laksana bisa jadi pilihan utama untuk mengawali semangat itu.
Editor: Nawa
Gambar: Maubelajarapa.com
Comments