Sekilas catatan ospek menurut saya. Bulan Agustus kerap kali menjadi awal mahasiswa baru menginjakkan kaki di dunia perkuliahan. Ada satu rangkaian kegiatan yang hampir pasti dirasakan oleh semua mahasiswa baru: Ospek.
Ospek sendiri merupakan singkatan dari orientasi studi dan pengenalan kampus. Istilah ini sekarang diganti oleh pemerintah menjadi Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Beberapa kampus juga memiliki istilah sendiri untuk menyebut kegiatan orientasi kampus yang mereka lakukan, mulai dari PPSMB, OKK, OSKM, dan masih banyak lagi.
Dan sesuai namanya, kegiatan ini secara ringkas bertujuan mengenalkan mahasiswa baru ke lingkungan kampus. Tapi apa memang hanya itu?
Lomba Selebrasi hingga Konsumsi
Ospek yang pernah identik dengan kekerasan sekarang menjadi identik dengan selebrasi formasi. Panitia antar kampus berlomba-lomba membentuk formasi menarik dengan mahasiswa baru sebagai pemerannya. Ada saja kreativitas para panitia dalam membuat formasi yang menarik.
Salah satu universitas yang pertama kali hadir dengan kegiatan selebrasi ketika ospek adalah UGM. Di tahun 2012, sebanyak 9.839 mahasiswa baru UGM membuat formasi berbentuk peta Indonesia dan memecahkan rekor MURI dalam kategori flashmob dance dengan peserta terbanyak.
Tradisi membuat formasi tersebut berlanjut dari tahun ke tahun. Kampus lain seakan tak mau ketinggalan, bahkan pada tahun ini IPB berhasil memecahkan rekor dunia usai membuat 59 formasi.
Mahasiswa baru yang bangga turut memamerkan hasil formasi kampus mereka ke media sosial. Bukan hanya formasi, konsumsi yang diterima selama ospek juga saling dipamerkan. Ini menjadi sebuah hal yang baik selama dilaksanakan dengan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan.
Yang perlu diingat adalah kadang panitia terlalu terobsesi dengan keberhasilan formasi sehingga melupakan kondisi para mahasiswa baru. Dari sini lalu muncul bentakan demi bentakan menyuruh mempercepat jalannya, padahal sebenarnya bisa disampaikan baik-baik.
Kekerasan dan Perpeloncoan
Salah satu hal yang rupanya masih belum hilang sepenuhnya dari pelaksanaan ospek di seluruh Indonesia yaitu kekerasan. Saya sendiri beruntung tidak pernah merasakan kekerasan baik verbal maupun non-verbal ketika menjadi mahasiswa baru. Kampus saya sendiri sangat tegas dalam memastikan hal tersebut. Sayangnya, hanya karena saya dan teman satu kampus saya tidak merasakan, bukan berarti kekerasan tidak dirasakan oleh mahasiswa di kampus lain.
Ketika pandemi membuat ospek harus diadakan secara daring selama dua tahun terakhir saya mengira tidak mungkin ada kekerasan yang terjadi. Perkiraan yang naif karena ternyata sempat viral kakak tingkat yang marah-marah perihal penggunaan ikat pinggang. Buat apa coba marah-marah di zoom?
Tahun ini ketika ospek akhirnya mulai dilaksanakan lagi secara luring rupanya masih ada saja kelakuan panitia yang aneh-aneh. Menjemur mahasiswa baru di lapangan, marah-marah waktu pada baris, dan mungkin banyak kejadian lain yang tidak viral. Mereka dendamnya dari mana sihh?
Catatan ospek untuk panitia
Sesuai namanya, ospek bertujuan mengenalkan dan mempersiapkan agar mahasiswa baru dapat lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus dan sistem pendidikan di perguruan tinggi. Alih-alih balas dendam, yang harusnya ada di hati panitia adalah semangat balas budi. Bagaimana caranya agar adik-adiknya yang masih mahasiswa baru ini bisa menjalani kuliah dengan baik.
Percaya deh, dengan bersifat ramah gak bakal bikin mahasiswa baru hilang rasa hormat kok. Disiplin dan tertib itu perlu, tapi sampaikan dengan memberi teladan bukan dengan bentakan. Yuk bisa yuk kita ciptakan ospek (yang sekarang namanya PPKMB) yang lebih manusiawi dan bermanfaat. Susun rangkaian kegiatan yang mengasah critical thinking, kerja sama, hingga keberanian untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat. Itulah tadi catatan ospek yang ingin saya ceritakan.
Editor: ciqa
Gambar: dok. pribadi penulis
Comments