Harapannya membaca tidak lagi menjadi aktivitas yang selalu disosialisasikan, melainkan harus bisa tumbuh kesadaran dalam diri individu manusia untuk bisa menyempatkan waktu membaca. Akan tetapi, ketidaksadaran membaca masih menjadi problem untuk anak-anak bangsa yang tinggal di Indonesia ini. 

Manfaat membaca tentu amat banyak, bukan hanya dapat menambah pengetahuan, tetapi dapat mengasah pola pikir, terlebih dapat memberikan perubahan positif pada perilaku manusia. Ketika seseorang membaca, lalu mempraktekkan hasil bacaannya dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan ada perubahan baik dalam dirinya. 

Di era sekarang ini membaca tidak lagi susah, beda halnya dengan nasib para pendahulu-pendahulu kita, mereka kadang sangat susah mendapatkan akses bacaan. Selain akses yang susah juga dapat terancam nyawa jika ketahuan membaca, apalagi kalau bahan bacaan ada bau-bau komunisme seperti pada zaman Orde Baru. 

Tetapi sekarang sudah beda dan semua bisa diakses, apalagi perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat orang semakin mudah mendapatkan bahan bacaan. Termasuk buku yang juga sudah banyak dalam versi digitalnya. 

Ngomongin soal membaca, tentu kita berharap apa yang dibaca dapat dipahami, mampu mengambil benang merah suatu bahan bacaan  untuk dijadikan sebagai kesimpulan. Misalnya kita membaca buku, maka sangat penting mampu membacanya dengan baik agar isi buku tersebut bisa dipahami. 

Memahami isi buku bukanlah hal mudah, apalagi jika kita termasuk orang yang tidak handal dalam membaca. Ditambah pula kalau bukunya sudah tebal dan bahan bacaan keras, jangankan memahami isi buku tersebut, minat kita membaca saja membuat dahi berdenyut dan kadang membuat kepala puyeng. Makanya sangat penting ada kesadaran dan motivasi membaca. 

Selain itu, memahami isi buku tidaklah cukup kalau hanya dibaca saja, tetapi mesti dibarengi dengan diskusi. Buku yang sudah dibaca ketika didiskusikan, tidak menutup kemungkinan hal yang tak bisa kita lihat atau tak bisa dipahami, justru terjawab melalui forum diskusi. 

Mendiskusikan isi buku kerap dijumpai di kalangan mahasiswa dengan istilah bedah buku. Melalui cara itu, forum-forum diskusi akan berjalan dengan lancar apalagi kalau setiap peserta diskusi membaca buku yang dibedah, atau bahkan ada referensi lain berkaitan dengan tema yang diangkat. 

Melalui diskusi pula, apa yang sudah kita baca bisa saja akan mudah diingat dan terdongkrak sendiri karena ada media pengingat melalui diskusi. Mungkin kita tidak pernah sadar apa yang sudah kita baca, tetapi pada saat dalam forum diskusi tiba-tiba ada tema yang diangkat malah dipikiran kita justru muncul bahwa memang tema tersebut pernah dibaca. 

Berdiskusi tentu tidak ada ruginya karena di situ terjadi saling tukar pikiran di antara kepala-kepala yang ada. Tentu isi kepala setiap individu manusia berbeda-beda, namun pada saat diskusi perbedaan dari isi kepala tersebut justru bisa menghasilkan suatu kesepakatan dan kesimpulan baru secara bersama. Dengan begitu, pengetahuan makin bertambah dan dapat membuat cara berpikir kita makin objektif. 

Bukankah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai dasar negara lahir dari proses diskusi? Atau kita pasti ingat sejarah lahirnya Pancasila yang juga menuai perdebatan pada sidang BPUPKI, hingga benar-benar disepakati sebagai dasar negara. Bukan itu saja, para pejuang-pejuang kita pun terlahir dari budaya membaca dan berdiskusi yang baik. 

Oleh karena itu, pentingnya setelah membaca itu didiskusikan, selain bisa lebih mudah memahami isi bacaan juga dapat membangun kebiasaan produktif. Berdiskusi dapat melatih cara berbicara dengan baik, berlatih menyampaikan pendapat, dan menyelami permasalahan secara bersama untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik demi kepentingan bersama. 

Foto: Pexels

Editor: Saa