Sekarang kebahagiaan begitu mudah di dapat. Dari genggaman tangan semua bisa diraih. Tapi mungkin ada baiknya kita berhenti sejenak dan menata ulang hidup kita.
Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan dopamine detox. Akan tetapi tulisan ini akan bercerita tentang dopamine detox yang tidak mengubah hidup saya.
Masalah Saya (Mungkin juga Kamu Alami)
Sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir yang sudah tidak mengambil kelas, otomatis tanggungan saya tinggal satu, tugas akhir. Tidak adanya kelas, dan minimnya pekerjaan sampingan, membuat saya kebingungan mengatur waktu.
Waktu yang harusnya bisa dimanfaatkan buat produktif ternyata habis menatap smartphone. 5 menit membuka instagram sewaktu bangun, tiba-tiba berubah jadi 3 jam. Sisa tenggat waktu proyek habis karena terlena maraton film atau komik.
Tapi pasti ada orang lain yang merasa seperti ini, kan?
Perkembangan zaman saat ini memungkinkan kita mengakses banyak hal lewat genggaman tangan. Mau janjian ketemu orang tinggal chat lewat WhatsApp, mau tau kabar doi tinggal stalk aja Instagramnya, mau ngajak kenalan juga tinggal bales story.
Kemudahan akses yang kita punya sekarang juga termasuk kemudahan mendapat kebahagiaan. Kamu mau makan enak tinggal order aja di aplikasi, duduk manis aja nanti juga dateng sendiri. Kamu mau nonton film juga sekarang gak perlu pergi ke bioskop kan?
Kemudahan-kemudahan ini menyenangkan. Jelas. Otak kita suka kesenangan, apalagi bila mudah digapai. Tanpa disadari hal ini memotong alur penyelesaian masalah. Ketika mucul masalah, refleks kita justru kabur nonton YouTube daripada menyelesaikan masalah tadi.
Dari sini dopamine detox menjadi pilihan yang terlihat menarik untuk keluar dari jeratan masalah saya.
Bukan tanpa alasan otak kita mengejar kesenangan. Penyebabnya karena suatu hal yang dinamakan: dopamin.
Dilansir dari Harvard Health Blog, dopamin adalah salah satu neurotransmiter di dalam tubuh and yang berpengaruh terhadap penghargaan, motivasi, pembelajaran, dan kesenangan.
Kadar dopamin dalam tubuh biasanya cenderung meningkat ketika kita melakukan kegiatan yang menyenangkan. Hormon ini punya peran penting bagi manusia karena membantu untuk fokus, waspada, termotivasi, dan tentu saja bahagia.
Dopamine detox juga dikenal sebagai dopamine fasting. Tapi fasting bukan berarti puasa makan minum gitu, bukan.
Sebenarnya kegiatan yang perlu dilakukan cukup sederhana, yaitu dengan membatasi kegiatan-kegiatan yang mampu menaikkan kadar dopamindalam tubuh secara instan.
Jadi dopamin itu kan muncul ketika otakmu mengharapkan adanya suatu reward atau kesenangan. Ketika otakmu menghubungkan kegiatan tertentu dengan kesenangan, maka cukup dengan membayangkan kegiatan tersebut sudah cukup buat menaikkan kadar dopamin.
Contohnya misal kamu suka banget main pasir di pantai. Nah otakmu bakal otomatis meningkatkan kadar dopamin waktu kamu nyium bau pantai.
Terus waktu kamu beneran main pasir di pantai, otakmu yang kebanjiran dopamin bakal semakin menghubungkan kegiatan main pasir di pantai dengan kegiatan yang menyenangkan.
Hal yang sama juga terjadi waktu kamu memainkan ponsel. Notifikasi di layar ponsel bisa memberikan kadar dopamin yang tinggi bagi mereka yang kecanduan bermain ponsel.
Nah, dopamine detox bertujuan untuk mengatur ulang otakmu dalam menghasilkan dopamin.
Aktivitas Selama Dopamine Detox
Pada saat kita menjalani dopamine detox, kita mencoba menahan diri dari kegiatan impulsif yang mengganggu. Jauhkan benda-benda yang menjadi pendorong perilaku impulsif.
Misalnya, coba letakkan ponsel di tempat yang sulit terjangkau saat sedang mengerjakan sesuatu. Atau minimal atur ke mode silent.
Saat dorongan muncul, cobalah untuk merenungkan apa yang kamu rasakan pada saat itu. Apa kamu butuh buru-buru pegang handphone? Kenapa? Kalau ditunda masalahnya apa?
Cari kegiatan lain yang sekiranya menghalangi kamu dari kegiatan impulsif yang kamu hindari. Terus coba kamu pikir lagi kegiatan lain apa yang bisa kamu lakukan. Hal ini bila kamu terapkan secara terus menerus, bisa mengatur ulang otakmu agar tidak terburu-buru kembali ke kegiatan impulsif yang selalu menjadi pelarianmu ketika ada masalah.
Mengapa Dopamine Detox Tidak Mengubah Hidup Saya?
Jawaban singkatnya, karena tidak dilakukan.
Sebagaimana sebagian besar orang lainnya, tidak semua kegiatan impulsif mengganggu hidup saya. Dalam kasus saya, hanya di urusan internet/gaming. Sudah sejak kecil sepertinya saya tidak bisa lepas dari telepon genggam.
Bahkan di bangku SMA, saya kerap curi-curi bermain ponsel ketika bosan dengan pelajaran. Ponsel begitu berharga karena semua informasi ada di ponsel. Mungkin hanya urusan contek-menyontek saja ponsel tidak ambil bagian dalam hidup saya.
Sebenarnya masalah saya tidak seakut itu. Saya bisa berinteraksi dengan baik dengan orang lain selama berjam-jam tanpa sibuk memandang layar ponsel. Saya juga bisa tenang latihan di dojo tanpa khawatir adanya notifikasi masuk.
Tapi pandemi menghilangkan hal penting yang saya butuhkan, distraksi.
Saya pernah ada di fase merasa tidak punya teman. Minimnya interaksi dengan orang lain membuat saya makin sensitif terhadap notifikasi pesan masuk. Ditambah ada beberapa faktor yang mengharuskan saya siaga bila ada panggilan.
Usaha saya mencari pelarian dengan memasak menemui jalan buntu, karena balik lagi resepnya ada di ponsel. Mau membaca buku tapi wujudnya masih file. Akhirnya balik lagi ke masalah di atas.
Untungnya sekarang interaksi dengan manusia lain tidak terlalu sulit. Saya kembali menemukan distraksi yang saya cari. Lambat laun saya bisa kembali mengatur ulang ritme kerja saya.
Mungkin saya tidak berhasil menerapkan dopamine detox secara maksimal. Tapi setidaknya saya jadi paham apa yang perlu saya lakukan dan hindari.
Siapa tau dengan membaca artikel ini, kamu yang sempat punya masalah yang sama dengan saya bisa mendapat pencerahan juga. Jadi gimana, mau coba dopamine detox?
Editor: Lail
Gambar: Onur Binay on Unsplash
Comments