Berbicara tentang generasi Z memang tidak ada habisnya dan selalu menciptakan hal-hal unik. Istilah generasi Z pada awalnya adalah pengelompokkan kelahiran di tahun 1995-2010, jika dikalkulasi maka akan berada pada usia sekitar 12 tahun – 27 tahun. Seperti yang diucapkan oleh pepatah masa muda adalah penjelajahan diri paling hebat.
Penjelajahan diri ini lah yang menjadi asas utama dalam membentuk kepribadian seseseorang. Terkhusus pada generasi Z atau anak muda zaman sekarang yang sedang berada di arus lepas landas nya percepatan teknologi. Teknologi yang dengan canggih menyuguhkan berbagai tampilan maya pada sebuah layar kaca. Namun, menciptakan persepsi baru terhadap penyerapan yang dilihat oleh para anak muda.
Pergerakan pada semakin canggihnya teknologi dan berkembang pesatnya penggunaan sosial media. Menciptakan asumsi baru terhadap cara para kaula muda dalam menikmati masa mudanya. Alih-alih mencari jati diri, kebanyakan dari mereka lebih sering terpapar dan mencontoh segala yang disuguhkan oleh media. Selain itu juga menimbulkan rasa ingin membanding-bandingan diri mereka sendiri terhadap diri orang lain.
Gen Z Paling Dekat dengan Medsos
Penyuguhan yang ada di dalam sosial media memang pada dasarnya tidak menutup kemungkinan. Bahwa setiap apa yang kita lihat akan menimbulkan efek secara positif maupun negatif terhadap orang yang menerima. Dalam hal ini, anak muda dan lingkungan sosial nya menimbulkan interaksi yang sangat signifikan melalui jejaring media, mereka lebih jauh memperlihatkan kecenderungannya sebagai hak pemuasan pada diri mereka. Fenomena tersebutlah yang menjadikan anak muda terbiasa melihat dengan sudut pandang sederhana tentang bagaimana setiap orang menemukan jati diri nya.
Tidak jarang mereka juga membuat anggapan bahwa proses yang ada pada diri orang lain didapat dengan cara instan. Proses instan yang dimaksudkan dalam kehidupan. Sebagaimana suguhan sosial media yang di konsumsi oleh mereka, seperti memperbaiki pendapatan, meniti karir, pemilihan pasangan, sampai dengan pembentukan penampilan.
Mereka memiliki keinginan kuat untuk mencapai sesuatu dengan cara yang cepat dan hasil yang tepat tanpa melihat bagaimana proses yang sesungguhnya. Hal ini menjadi sebuah candu bagi setiap anak muda untuk melihat proses yang berasal dari diri orang lain. Mengolah lalu menerapkannya ke dalam kehidupan mereka. Saat tahu bahwa porsi setiap orang berbeda-beda, terciptalah rasa pembandingan diri terhadap pencapaian yang ada pada sekitarnya. Lalu, seperti apa harusnya generasi Z pada saat ini?
Mengenali diri lebih dalam
Jika ditelaah bersama setiap orang dapat mengenali diri lebih dalam melalui self-concept. Dengan adanya konsep diri seseorang dapat memberikan persepsi pada diri nya yang didapatkan melalui interaksi pada lingkungan sosial, atau berfokus pada kemampuan-kemampuan yang ada di dalam dirinya. Hal ini pun layak dijadikan sebagai tolak ukur yang dapat digunakan agar mampu mengenali diri.
Melakukan pengenalan diri yang lebih dalam tentu saja berarti bahwa kita menghargai sepenuhnya kepemilikan diri sendiri, sehingga memberikan dorongan untuk terus maju ke arah yang lebih baik. Tidak ada salahnya mencintai diri dengan apa adanya, daripada memilih untuk berlarut membandingkan dengan diri orang lain. Karenanya, jika kita semakin tidak mengenali diri sendiri maka rasa percaya diri pun akan semakin berkurang.
Lebih banyak Belajar pada Proses
Pencarian jati diri seorang anak muda memang tidak melulu berasal dari hasil instan, itu lah yang menjadi alasan agar kita tidak melihat pencapian orang lain hanya dari proses singkatnya saja. Memang bukan sesuatu yang salah untuk melihat pencapaian orang lain. Yang salah adalah ketika kita membandingkan diri sendiri terhadap proses orang lain. Membangun proses dengan perlahan terhadap kemampuan-kemampuan dan kelebihan yang di miliki adalah fokus utama yang harus terus di bangun dan menanamkan prinsip bahwa proses merupakan pengalaman berharga yang membutuhkan waktu panjang.
Barang kali, bisa saja apa yang disuguhkan oleh mereka hanya hal-hal yang baik. Namun, sampai ke kita malah terkesan sebagai sesuatu yang instan. Menjadi anak muda memang penuh dengan berbagai pengambilan keputusan dan mempelajari pengalaman. Karena menjadi anak muda harus lebih peka terhadap keadaan lingkungannya. Maka mengenali diri sedalamnya dan menghargai proses menjadi kunci agar tidak lagi hadir perasaan membandingkan diri sendiri.
Comments