Resign atau mengundurkan diri dari pekerjaan di suatu perusahaan menjadi hak setiap karyawan. Selama sesuai dengan perjanjian/kesepakatan awal dan tidak melanggar aturan, hal tersebut sah-sah saja dilakukan. Apalagi jika seorang karyawan sudah menemukan tempat kerja yang dirasa lebih baik, sesuai harapan, dengan segala benefit yang sepadan.
Sudah Menjadi hak Karyawan untuk Resign dan Semestinya Diapresiasi
Sudah sewajarnya, ketika ada rekan kerja yang mengundurkan diri dari sebuah jabatan itu diberi apresiasi. Paling tidak diberi ucapan selamat, karena sudah berhasil melangkah ke tempat yang memang diyakini lebih baik. Kalaupun memang ada pesta kecil-kecilan sebagai kenang-kenangan sekaligus acara perpisahan, bolehlah dilakukan untuk sekadar memeriahkan sekaligus sebagai ungkapan bahwa kita, sebagai rekan kerja, ikut berbahagia atas pencapaian tersebut.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak seindah demikian. Beberapa karyawan di sebagian perusahaan, terkadang malah mendapat perlakuan yang menyebalkan.
Kalau diminta traktiran, okelah. Walaupun dirasa memberatkan, anggap saja sebagai persembahan terakhir yang bisa diberikan demi kebersamaan. Lha ini, mau resign tapi malah di-kepo-in sampai bikin risih.
“Pindahnya ke perusahaan mana? Lokasinya di mana?”
“Gajinya berapa? Benefit-nya apa aja?”
“Yakin di tempat baru akan lebih nyaman dan betah dibanding di sini (kantor lama)?”
Dan seterusnya, dan seterusnya.
Jika memang seorang rekan tidak ingin bercerita atau menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan, ya biarkan aja. Itu kan hak dia. Selain itu, pertanyaan yang diajukan terlalu sensitif dan personal. Bahkan, sedikit confidential.
Maksud saya, ya sudahlah. Resign itu kan mutlak menjadi hak setiap karyawan. Pada saat momen itu terjadi, siapa pun karyawannya, sekalipun orang terbaik yang menempati suatu posisi, tidak ada kata lain, selain merelakannya. Sebab, tidak sedikit juga karyawan yang mengajukan resign karena ingin mengembangkan kemampuan dan potensi di perusahaan barunya nanti.
Tolonglah, sebisa mungkin, dikurang-kurangi budaya julid dan saling sindir ketika ada rekan kerja yang pengin resign. Jangan dimusuhin atau diintimidasi.
Banyak karyawan yang ingin keluar kantor baik-baik, karena sudah masuk dan mengenal rekan-rekan di kantor (lam) dengan cara yang baik pula. Kenapa niatan baik tersebut tidak direspon dengan hal yang baik juga, sih?
Misalnya saja, berharap sekaligus mendoakan yang terbaik di tempat kerja baru. Bisa mendapatkan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan dan sesuai keinginan dan masih banyak lagi yang bisa disampaikan.
Jangan Dianggap Pengkhianat
Bagi rekan kerja yang resign, tentu akan lebih menyenangkan jika mendapat penawaran perihal bantuan seperti apa yang bisa dilakukan agar bisa meringankan proses resign. Hal sederhana seperti bantu beres-beres perlengkapan yang selama ini ada di kantor pun bisa menjadi hal yang berkesan.
Bagi para atasan, mungkin juga bisa memberi penawaran atau pernyataan, “Kalau kamu mau balik lagi, tempat ini selalu terbuka. Kami betul-betul sangat kehilangan talenta terbaik yang dimiliki perusahaan. Kalau butuh sesuatu atau bantuan, jangan sungkan untuk menghubungi atau sekadar menyapa, ya.”
Saya sangat yakin. Pernyataan seperti itu akan jauh lebih menenangkan dan memberi semangat bagi para karyawan yang ingin resign dari kantor. Di satu sisi, bikin klepek-klepek juga, Pak, Bu. Tersanjung gimana gitu.
Mau bagaimana pun, yang namanya karyawan itu tetap rekan kerja. Anggap mereka sebagaimana rekan kerja pada umumnya.
Karyawan yang ingin resign dan pindah tempat kerja itu, mohon sekali, jangan diartikan sebagai pengkhianat, Pak, Bu. Coba diingat lagi kebersamaan dan kontribusi seperti apa yang sudah diberikan selama bekerja.
Semoga saja, hal seperti itu bisa lebih dipertahankan dan dijadikan suatu budaya di lingkungan pekerjaan, dibanding harus ada gesekan antara karyawan satu dengan lainnya di lingkungan kerja saat ada rekan yang resign.
Kan enak gitu, kalau kita datang ke suatu perusahaan memberikan kesan yang baik, ketika keluar pun meninggalkan kesan yang tidak kalah baiknya. Jadi adem gitu.
Bagi karyawan yang pada akhirnya resign pun, ada baiknya belajar untuk tidak menjelek-jelekan perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya. Mau bagaimana pun, sampeyan sudah mendapatkan gaji, ilmu sekaligus kemampuan, juga pengalaman yang tak ternilai di tempat sebelumnya. Lebih baik fokus saja untuk memikirkan kontribusi dan inovasi seperti apa yang akan diberikan di kantor baru.
Comments