Belakangan saya prihatin dengan realitas sosial di lingkungan tempat tinggal pacar saya. Setiap kali saya berkunjung, terlihat banyak sekali orang-orang yang baru memulai membuka usaha jualan makanan. Kata pacar saya, itu akibat dikeluarkannya mereka dari pekerjaan lama. Rata-rata mereka adalah buruh pabrik, tadinya. Banting setir jadi pengusaha tanpa bekal apa-apa. Pokoknya asal buka usaha aja, apalagi mempertimbangkan selera konsumen.

Dengan pendidikan yang kurang memadai dan skill seadanya, membuat mereka kesulitan mendapat pekerjaan. Jadi, menjadi pengusaha memang sudah “jalan ninja” yang paling tepat daripada menganggur lama. Untuk memilih bertani pun butuh lahan, tentu modalnya akan lebih besar. Lebih-lebih, hasil bertani ini musiman, sehingga tidak cocok untuk mencukupi kebutuhan harian yang sudah sangat mendesak. Menjadi buruh tani pun akan sulit untuk bersaing dengan mereka yang dari awal sudah menjadi buruh tani.

Hal yang menjadikan saya prihatin adalah pengetahuan dasar mereka tentang bagaimana mekanisme pasar. Bisa dibilang mereka masih nol besar dalam hal ini. Karena, memang ini respons mendadak dari tantangan kehidupan yang baru. Mungkin belum pernah terpikir kalau mereka bisa mendadak menganggur, makanya tanpa mempersiapkan bekal apa pun untuk memulai sesuatu yang baru.

Persepsi saya mengenai tidak pahamnya mereka dengan mekanisme pasar dibuktikan dengan masih jauhnya konsep jualan mereka dari ideal umumnya. Nah, saya ingin membagikan bekal pengetahuan dasar tentang selera konsumen yang sebaiknya dipahami betul sebelum memulai berjualan.

1. Konsumen Akan Memilih yang Lebih Bersih

Karena pernah terjun langsung di bidang ini, setiap pergi ke tempat jualan makanan, apa saja entah itu warung makannya. Baik itu kaki lima di pinggir jalan atau ke tempat mbah-mbah yang menjajakan jajanan di depan Indomaret, saya sering mengamati setiap detail hal yang bisa saya amati.

Dari sekian tempat jualan makanan, tempat yang menawarkan makanan yang bersihlah yang paling rame dikunjungi. Mendapat label bersih ini juga ternyata didukung dengan penampilan warung (baca: tempat jualan). Sebelum orang masuk, terlebih dahulu bakal menyeleksi dari luar warung mana yang berpenampilan bersih, dengan bekal asumsi, bersih luarannya, pasti bersih juga dalemnya.

Ketika masuk, kebersihan ruangan, penampilan pelayan, itu bakal lebih dulu dinilai, sebelum akhirnya menilai kualitas kebersihan makanan. Karena semua itu penting untuk memvalidasi bersih tidaknya makanan yang bakal disajikan.

2. Konsumen Akan Memilih yang Pelayanannya Ramah

Keramahan pelayanan ternyata juga menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan warung makan yang akan dikunjungi. Pengalaman saya, jualan jadi rame salah satunya, karena abang saya yang ramahnya bukan main. Sama dia semua disahabatkan. Menempatkan diri seolah sudah mengenal lama. Pintar berbasa-basi, sampai pembeli punya kesan positif tersendiri.

Besok-besok bakal berkunjung lagi. Ya, meski, kadang ada sedikit pengunjung yang akan, “Ih, apaan, sih, sok kenal banget, anjir!!!” Biasanya datang dari mereka yang anak rumahan. Nggak pinter bersosialisasi.

Sebaliknya, warung dengan penjual judes, galak, kaku, dan suka ngomel-ngomel biasanya bakal sepi pengunjung. Kecuali, kalau warung itu punya kekhasan yang nggak dimiliki warung lain. Nggak bakal jadi masalah serius.

Akan tetapi, masalahnya banyak warung-warung yang sekadar tiru-tiru dan nggak punya kekhasan, mulai jenis makanan, rasa masakan hingga interior ruangan. Hampir-hampir banyak yang mengikuti pola umum. Jadi, kalau itu saya, mending ke tempat lain. Sama-sama beli makanan, yang di tempat lain juga banyak, masa di sini diomeli, memangnya saya ngemis?

3. Memilih yang Harganya Lebih Murah dan Porsi Lebih Besar

Dari sekian faktor itu, ini bisa jadi faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan orang memilih tempat makan. Biasanya mereka yang datang dari kalangan masyarakat menengah bawah. Biarpun hanya selisih ratusan rupiah, misalnya, banyak yang bakal memilih yang lebih murah. Karena sebagian orang berpikir, selisih mungkin memang kecil, tetapi kalau itu diakumulasi selama satu bulan pembelian secara berkala bisa berhemat pengeluaran lebih besar, kan?

Besar kecilnya porsi yang disajikan ini penting bagi konsumen untuk menentukan murah mahalnya makanan. Akan dianggap murah kalau makanan tersebut porsinya lebih besar dibanding dengan makanan yang sama di tempat lain. Kebanyakan orang bakal memilih ini.

Apalagi, konsumen menengah bawah yang sering menggabungkan dua waktu makan sekaligus. Misalnya, makan siang dan makan malam digabung jadi makan sore. Mereka pasti bakal memilih makanan dengan porsi yang besar. Ya, biar apalagi, kalau bukan, biar nggak kelaparan lagi tengah malam.

Ya, begitu sih, pengetahuan dasar yang memang harus betul-betul dipahami pengusaha yang akan memulai atau yang sedang berwirausaha. Tanpa pengetahuan dasar ini, saya kira usaha akan susah berjalan maju, ya, sekalipun jalan, asumsi saya itu usaha bakal jalan di tempat. Ada kemungkinan juga bakal gulung tikar. Jadi, pintar-pintar saja berstrategi.