Beberapa waktu yang lalu saya memasuki umur yang digadang-gadang sebagai gerbang kehidupan sebenarnya. Hal-hal yang tidak mudah akan berdatangan dan hidup akan berlaku lebih keras dari sebelumnya. Orang-orang berbicara tentang betapa hidup akan sangat berubah, akan sukar bersenang-senang tanpa beban. Banyak mimpi-mimpi yang dulunya terasa sangat normal diutarakan, yang tanpa masalah diharapkan, menjadi terdengar terlalu tinggi dan muluk-muluk. Hidup terasa sangat berbeda, tapi apa benar ini salah umur? Atau hidup yang salah? Mengapa sekarang sukar sekali membuat mimpi dan sulit sekali percaya akan hal itu?

Merupakan pengetahuan umum, barangsiapa yang melanggar janji, yang melanggar komitmen tidak akan lagi mendapat kepercayaan. Teman terdekat kita pun, ketika sudah berjanji dan mengkhianati kepercayaan kita maka sedikit banyak kepercayaan kita terhadapnya akan berkurang. Tentang teman yang selalu melanggar, berkali-kali menyepelekan janji untuk bertemu misalnya sulit dibayangkan jika kita masih bisa percaya padanya. Sehari-hari kita banyak membuat janji dengan orang lain, janji untuk bertemu, janji untuk membantu dan banyak janji lainnya. Ketika janji itu kita tepati, kita akan memperoleh kepercayaan dari mereka.

Disisi lain, jika melanggar janji maka hilang juga kepercayaan. Kita begitu takut kehilangan kepercayaan dari orang lain, entah karena kita takut sendiri, takut ditinggalkan atau takut tidak mendapat pertolongan. Yang jelas, kita begitu takut kehilangan percaya dari orang lain.

 

Melanggar Janji Pada Diri Sendiri

Selain banyak membuat janji dengan orang lain, sebenarnya orang yang paling sering menerima janji kita adalah diri kita sendiri. Sungguh tidak terhitung berapa banyak janji yang kita berikan, bahkan dalam satu hari pun rasanya sukar menghitungnya. Janji untuk bangun lebih pagi, janji untuk mengerjakan tugas, janji untuk makan tepat waktu, janji untuk membaca buku, janji untuk mengurangi screen time, janji untuk tidur tidak larut malam. Begitu banyak janji, tapi begitu banyak yang tidak kita anggap serius dan kita sepelekan begitu saja.

Mungkin karena merasa tidak ada beban terhadap orang lain dan tidak harus mempertanggung jawabkan kepada orang lain. Tapi sayangnya, tanpa disadari, janji-janji yang tidak kita tepati ini banyak mempengaruhi cara kita melihat diri sendiri. Kita kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri. Bagaimana akan percaya kepada orang yang banyak melanggar janji, kan?

Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri karena masalah sering melanggar janji mungkin tidak kita bayangkan, tapi bisa direnungkan. Apakah kehilangan keberanian dan kehilangan percaya akan mimpi sendiri ada hubungannya dengan hal ini? Apakah kepercayaan akan mimpi dan kemampuan diri sendiri ada hubungannya dengan kebiasaan kita mengecewakan diri sendiri?

Mungkin ada benarnya jika sebelum menyalahkan keadaan, menyalahkan situasi, menyalahkan umur, dan menyalahkan hidup, kita harus belajar melihat lebih dekat kepada diri sendiri. siapa tau memang benar bahwa mimpi yang kita anggap terlalu muluk untuk dikejar, kita yang tidak lagi percaya pada kemampuan diri sendiri, adalah salah kita yang membiarkan kepercayaan itu hilang.

Mungkin memang benar kata Kunto Aji,

Sebelum kau menjaga, merawat, melindungi segala yang berarti, yang sebaiknya kau jaga, adalah dirimu sendiri”.

Sebelum menepati dan menjaga kepercayaan orang lain, mungkin ada baiknya kita menjaga percaya pada diri sendiri.

 

Penulis: Oase Aulia Amjad

Ilustrator: Ni’mal Maula