Sudah satu bulan saya di rumah saja dengan pertanyaan yang selalu bercokol di kepala “apakah saya masih mempunyai masa depan?”. Kebijakan untuk di rumah saja yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menangani covid-19 ini membuat kerjaan saya hanya berputar-putar di sekitar rebahan, kuliah online, scroll medsos, marathon buku, dan mengukur diameter batang pohon depan kos.

Minggu ini saya baru saja dapat kuliah online yang membahas tentang Masalah Kejahatan: Kejahatan, Tuhan dan Pengalaman manusia. Saya tertarik pada pernyataan dari salah satu kawan saya yang mengatakan bahwa:

“Wabah Covid-19 termasuk masalah kejahatan”

Perlu di garis bawah, saya rela repot-repot menulis tulisan sepanjang 600 kata ini, bukan untuk mendikotomi pernyataan kawan saya yang harus masuk kategori salah atau benar. Sebab menurut saya, hidup di era sekarang bukan lagi memperdebatkan benar atau salah, tapi lebih ke bagaimana kita bisa menemukan solusi dari masalah itu.

Saya ingin sedikit bercerita dari perspektif sains yang pernah saya baca dari salah satu penulis kesayangan. Seorang professor geografi asal Amerika Serikat yang seringkali mengunjungi negara tetangga bagian timur dengan bendera merah-hitam bergambar burung dan lima bintang dan punya kebiasaan unik yakni meneliti burung.

Ribuan tahun lalu, manusia pernah mengalami wabah dengan jenis penyakit yang tidak menular. Sebagai contohnya adalah diabetes. Tapi, apalah arti dari penyakit yang tidak menular? Penyebab kematian kebanyakan dari mereka bukan karena diabetes itu sendiri, melainkan ‘ketidaktahuan’ mereka untuk menangkal dan mengobati dari penyakit diabetes. Juga karena ‘keterbatasan’ media untuk mendapatkan kemudahan informasi yang belum seperti sekarang ini.

Tapi, bagaimana jika seandainya saja sejak ribuan tahun lalu masyarakat sudah hidup damai, serba mudah, tidak ada kejahatan, tidak ada wabah, tidak ada perang antarsuku, segala sumber daya melimpah, lalu apa yang akan terjadi ribuan tahun kemudian atau sekarang ini?

Dalam wabah covid-19 hari ini, manusia diharuskan mencari solusi dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan mereka untuk mencegah penyebaran yang memakan lebih banyak korban. Hari ini dengan adanya teknologi, kita tetap bisa mensosialisasikan dan mendapat informasi tentang perkembangan wabah dari belahan bumi lain dalam waktu yang singkat.

Ada sebab tentu ada akibat. Wabah Covid-19 hari ini dapat dijadikan sebagai pengalaman bersama. Juga penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan baru –terutama dalam bidang medis, untuk diwariskan pada generasi masa depan sebagai hikmah dan pembelajaran bagi mereka.

Lalu, apakah mungkin Tuhan sedang berbuat jahat dan menjadikan manusia hari ini sebagai kelinci percobaan untuk manusia di masa depan?

Seperti yang saya paparkan diatas, kita sadar bahwa wabah ini ada sebab akibatnya. Wabah datang menyerang siapa dan kapan saja tanpa diduga, tanpa persiapan dan meninggalkan pertanyaan bagi banyak manusia. Tapi kita janganlah terus sibuk mempertanyakan apa jawaban dari sebab akibat tersebut. Sebab yang utama adalah melawannya dengan tidak meremehkan dan sok tahu apalagi menyebar kebohongan. Juga menekan egoism, serta saling merangkul dan berempati.

Meski agaknya kalimat berikut tidak terlalu cocok dijadikan penutup. Tapi semoga kita sadar bahwa di balik wabah ini, ada sejarah dan harapan baik untuk peradaban di masa depan.

 

“Ada banyak sekali pengetahuan yang tidak kita tahu dari agung-Nya semesta. Sekarang, kita seperti sedang terdampar di pulau kecil. Untuk sampai di daratan yang luas, kita perlu menambah pijakan setapak demi setapak”.

 

Penulis: Yaya Ratnasari

Ilustrator: Ni’mal Maula