Ade Londok beberapa minggu kemarin sempat muncul ke permukaan setelah video odading Mang Oleh viral, namun sekarang dia mendadak hilang begitu saja. Entah dia terbang ke langit paling tinggi sampai kita enggak bisa melihatnya atau justru tenggelam ke dasar laut yang paling dalam.
Fenomena ini rupanya menggelitik Mas Dhimas Raditya untuk membuat sebuah tulisan yang berjudul “Dari Ade Londok, Kita Belajar Bahwa Mendadak Viral Patut Diwaspadai”. Sebuah tulisan yang bagus dan menarik, silakan baca kalau punya waktu luang.
Tapi ada beberapa hal pengin saya bicarakan di sini terkait tulisan Mas Dhimas.
Pertama, Mang Ade Londok nggak pernah terpeleset.
Termasuk menyebut “goblog” pada seorang pemuda-yang-membonceng-keponakannya-dengan-muatan-yang-membahayakan. Sejak awal kan Mang Ade memang sudah seperti itu. Jelas-jelas dalam video “odading Mang Oleh” juga ada kata “goblog” dan itu merujuk pada manusia. Kenapa video yang satu viral sebagai hal yang lucu sedangkan yang lainnya enggak?
Jadi jelas Mang Ade bukan terpeleset di situ. Memang netizen, klean-klean ini yang nggak ngerti bahwa kata “goblog” itu tergantung intonasinya. Bisa jadi umpatan dan ucapan yang biasa saja bagi orang Sunda, bahkan bisa dianggap titik atau koma.
Nah jadi seharusnya titel “youtuber yang pandai berkata kasar” itu dipertanyakan kembali. Bukannya awal viralnya Mang Ade juga dari kata-katanya yang kasar? Standar ganda di mana-mana.
Kedua, masalah candaannya yang kelewatan di televisi nasional.
Saya yakin, Mang Ade memang murni niat bercanda. Karena buat orang-orang seperti saya dan Mang Ade, candaan begitu biasa saja. Kalau pun salah, Mang Ade bersalah karena melakukannya pada orang yang lebih tua dan baru bertemu.
Terakhir, saya pikir kita nggak harus belajar apa-apa dari fenomena muncul dan hilangnya Mang Ade. Biarin aja udah. Nggak usah terlalu dibikin serius. Mang Ade pun adalah orang yang bisa menghibur orang–khususnya orang Sunda.
Lagipula Mang Ade, saya yakin 12949583929%, nggak pernah punya niat buat viral. Awalnya Ia cuma orang-orang biasa aja yang senang berinteraksi dengan followers-nya yang berjumlah ribuan orang lalu kebetulan aja mendadak tenar. Mang Ade bukan si anjayani yang dengan sadar memanfaatkan perilaku netizen Indonesia untuk mendapatkan perhatian lalu ingin mendapatkan cuan dari sana.
Kalaupun ada yang harus belajar, menurut saya, adalah orang-orang yang memiliki panggung. Mereka harus belajar melihat siapa saja yang pantas tampil di panggung miliknya. Jangan hanya karena viral dan ramai diperbincangkan, lantas diundang tampil ke panggungnya. Jadi menurut saya memang sejak awal kita nggak perlu belajar apa-apa dari Ade Londok itu sendiri. Begitu, Mas Dhimas?
Comments