Saya Sedih ketika melihat satu persatu konten kreator youtube pada berhenti membuat kontennya. Misalnya channel skinnyindonesian24 yang digawangi sama Andovi dan Jovial yang mengungkapkan akan pamit dalam setahun kedepan.
“Youtube semakin mewadahi konten gorengan, padahal masih banyak gado-gado yang lebih bergizi,” kata mereka.
Kreator Youtube Berhenti, Kegelisahan Penikmat
Padahal sebagai penikmat youtube konten yang mereka sajikan membawa warna baru dalam media kita bisa jadi sesuatu yang membuat kita terinspirasi. Selain itu menjadi perangsang kita untuk berani mengekspresikan diri dalam suatu komunitas berbagi video.
Harus tetap diakui saat ini youtube masih populer menjadi media untuk menyebarkan berbagai macam konten. Juga menjadi tempat belajar yang instan bagi banyak orang dan menjadi alternatif hiburan bagi yang sudah bosan dari acara tv.
Youtube membuat kita bisa menemukan video dari berbagai kalangan bahkan dari berbagai macam tempat diseluruh dunia.
Terlepas dari segala konten yang tersedia di youtube, sekiranya memang tidak ada sesuatu yang sempurna. Walaupun saat ini youtube masih menjadi primadona saat memilih dan mencari video di dunia maya. Namun hal itu juga tak terlepas dari berbagai macam kekurangan yang terdapat pada sosial media laman video sharing tersebut.
Karena kebutuhan dari masing-masing individu dalam pencariannya berbeda-beda pada youtube, tentunya konten yang disajikan pun beragam. Mulai kesesuaian dengan substansi bidang sampai kualitas video satu dengan yang lain.
Kreator Youtube Ternama Berhenti, Kalah Saing?
Tapi saat ini fungsi youtube untuk menjadi ajang membuat konten berkualitas Perlahan mulai tegerus. Hal-hal semacam ini yang membuat youtube bagi sebagian kalangan mulai dianggap hanya menjadi ajang untuk bisnis semata. Mungkin itulah yang membuat beberapa kreator youtube ternama berhenti.
Saat ini kita tidak diberikan rekomendasi video apa yang kita sukai atau kita butuhkan. Tetapi malah video yang sedang viral padahal gak ada faedahnya.
Hal ini mungkin karena selera penonton youtube yang mulai bergeser ditambah dengan kondisi pandemi yang membuat acara televisi dipenuhi dengan pemberitaan covid-19. Mungkin itu penyebab banyak orang yang sebelumnya menonton tv untuk mencari hiburan menjadi beralih menonton youtube.
Akhirnya konten youtube yang sedang viral seakan yang dibuat sesuai dengan selera penonton yang kebanyakan kurang dengan hal hal yang bersifat edukatif dan mengutamakan hiburan semata.
Jejaring dan platform yang disediakan oleh youTube tidak hanya memberikan ruang bagi kreator untuk mengekspresikan diri, namun juga memberikan kesempatan bagi penonton untuk memilih jenis tontonan yang inginkan. Bertemunya kedua kepentingan tersebut merupakan dasar dari munculnya engagement antara kreator dan penonton.
Akibat nya ya pilihan selera sebagian penonton youtube tidak selalu berbanding lurus dengan kepentingan ekspresi diri kreator. Basis engagement inilah yang membuat YouTube sadar untuk mengutamakan kepentingan selera penontonnya dalam rangka mempertahankan eksistensinya. Engagement tersebut pula yang menjadi dasar dari ketertarikan perusahaan untuk menjadikan YouTube sebagai media pemasaran baru.
Perubahan di Youtube, Bikin Kreator Kewalahan?
Penyebab yang lain juga perihal Ketenaran kreator di internet dan dunia nyata juga turut mengantarkan kreator kepada tujuan nya menjadi keuntungan ekonomis dalam membuat konten. Banyak munculnya pengguna youtube baru tak bisa dipungkiri mengubah ekosistem di dalamnya.
Perusahaan pengiklan juga ikut memberikan legitimasi atas ketenaran kreator dan YouTube secara sengaja menjadi tertarik merekomendasikan video mereka kepada para penonton. Baik secara langsung maupun melalui Adsense, sebagai medium tempat beriklan.
YouTube menarik keuntungan dari wacana demokratisasi media yang berdampak kepada tingginya akses masyarakat terhadap YouTube dan akhirnya menjadikan youtube sebagai media dengan tujuan bisnis semata (Wasko dan Erickson dalam Snickars dan Vondreau, 2009: 384).
Berubahnya fungsi youtube yang dulu sebagai wadah berekspresi berdampak pada aktivitas kreator dalam membuat konten hal ini terjadi beriringan seiring dengan komersialisasi yang terjadi di YouTube (Wasko dan Erickson dalam Snickars dan Vondreau, 2009). Sebelumnya berada pada tingkatan redefinisi nilai yang dikaji dari isi dan kualitas konten sesuai atau tidak berkembang menjadi bentuk kepopuleran dari aktivitas kreatif kreator di YouTube secara keseluruhan.
Penyesuaian antara aktivitas kreator untuk memanfaatkan sistem algoritma baru antara penonton dengan kreator berakibat mereka juga harus dituntut menyesuaikan selera penonton. Akhirnya fokus pada kuantitas pada saluran masing-masing kreator. Bukan kualitasnya.
Karakteristik konten yang hanya fokus pada kuantitas ini pula yang akhirnya mulai mengaburkan batas antara konten di youtube dan di media mainstream.
Hal .yang berakibat penonton youtube apalagi penonton lama harus mulai menerima kenyataan kalau yang trending rata-rata sama dengan tayangan televisi. Kini juga para kreator youtube lama dan yang baru bergabung harus berusaha lebih keras untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Pastinya timbul kesulitan untuk mengekspresikan dirinya terkecuali ikut membuat konten sesuai selera penonton.
Comments